Part 14

544 29 0
                                    


Sore ini Bunga berniat pergi ke ladang untuk membaca Diary Ibu. Bukan berarti harus banget di ladang, hanya saja itu menjadi salah satu tempat ternyaman untuk bersantai. Tempat yang sangat mampu memberikan kenyamanan. Pun juga ladang itu sudah menjadi basecamp baginya.

Ayah mau ngajak Bunga pergi ke ladang, ayah lagi di jalan. Ayah tepatin janji ayah main layangan, ajak Disha juga yah, Dean juga gak papa sekalian ajak.

Bunga membaca pesan yang barusan masuk, sms dari ayahnya. Jika ayahnya mengajak Bunga untuk bermain layangan di ladang, berarti Ia akan tunda untuk membaca diary ibunya. Mungkin malam nanti, sebelum Bunga beranjak tidur. Itung-itung sebagai pengantar tidur, seakan ibunya yang bercerita. Meski hanya sekedar bayangan. Udah bayangan, semu pula.

Dengan Disha tentu Bunga mau. Tapi kenapa harus Dean pula. Kenapa ayahnya ingin Dean ikut? Pun bagaimana Bunga bisa memberitahu Disha untuk mengajak bermain layangan bersamanya. Tidak ada yang bisa dihubungi kecuali nomer Dean sendiri. Haruskah Bunga meminta pada Dean untuk menyampaikannya pada disha?


Sebelum bertindak ke arah sana, Bunga membalas terlebih dahulu sms ayahnya.

Beneran Ya? Disha nya aja ya, gak pake Dean.

Bunga merasa gak enak harus menawar pada ayahnya. Sebenarnya Bunga tak masalah jika Dean pun ikut, hanya saja bagaimana cara menyampaikannya?

Kenapa? Ayah mau sama Deannya juga.
Gak papa dong,
biar ayah kenal.

Biar ayah yang nelpon deh,
Bunga punya kan nomernya?

Ada yah,
entar Bunga kirimin.

Cieee...ternyata punya.
Yaudah Bunga aja yang nelpon.

Bunga ya?

Iya.

Tapi,

Udah, ayo cepetan.
Ayah bentar lagi nyampe.

Iya deh Yah.

Bunga gak bisa menawar lagi pada ayahnya. Mau tidak mau Bunga harus menghubungi Dean. Gak papa, asal Disha ikut.

Bunga merasa ragu bagaimana caranya menghubungi Dean. Beberapa kali Bunga mencoba tapi terus diurungkannya. Namun jika terus seperti itu bagaimana bisa Ia menghubungi Dean. Waktu sudah menunjukkan pukul 14.15. Sudah akan beranjak sore. Benar-benar Bunga harus menghubungi Dean.
Perlahan, akhirnya keberaniannya terkumpul juga. Satu kali panggilan, Dean tak mengangkatnya. Apa Dean lagi sibuk? Bunga mencobanya sekali lagi, jika tak diangkat juga, mungkin benar Dean lagi sibuk.

Hallo, assalamu'alaikum.

Ucap Bunga saat mengetahui ada yang mengangkat telponnya.

Wa'alaikumsalam, kenapa? kangen ya?

Ucapnya. Sepertinya benar itu suara Dean.

Ini kak...

Apa? Dean memotong ucapannya.

Ayah mau ketemu sama Kak Dean dan Disha, ngajakin main layangan.

Ayah kamu ngajak aku? Beneran? Kok bisa? Wahh... kamu ngenalin aku ke ayah kamu ya. Bilang apa? Calon menantu kan?

Diary Ibu (Cerita Usang Membawa Rindu) SelesaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang