Remember

301 20 12
                                    

Jalanan kota Seoul telah menjadi objek tatap namja bermata sipit itu sejak puluhan menit yang lalu. Sejak ia bersama seluruh rekan satu groupnya masuk ke dalam van hitam yang biasa mereka gunakan untuk memudahkan aktifitas mereka sebagai seorang idol.

Sebenarnya tidak ada yang menarik disana dan jika diteliti lebih lanjut, tatapan mata itu terlihat kosong. Tidak ada sedikitpun semangat yang terpancar di wajahnya. Ia tampak lelah dan penuh keputus asaan. Ini begitu kontras dengan sikapnya di hadapan media yang selalu tampak ceria dan mempesona. Tentu ia tak akan menampakan wajah sedih itu meski batinya begitu terkoyak rasa sakit dan kehilangan yang teramat dalam. Ia harus tetap menjadi seseorang yang profesional, begitu pikirnya.

Hal itu pun bukan lagi sebuah rahasia bagi para membernya. Mereka tau, sangat tau malahan, apa yang tengah dialami sang leader hingga mengganggunya dan mengubahnya dari sosok yang terkenal arogan dan bawel menjadi pemurung. Seseorang telah menghancurkan pertahanan diri sang leader dengan kepergiannya. Menghilang, tanpa jejak.

"Hyung"

Kim Myungsoo, visual Infinite menegur sang leader yang sejak tadi diam menatap keluar lapisan kaca jendela van di sampingnya. Sunggyu yang merasa ditegur menoleh pelan dan mendapati van yang telah kosong, menyisakan dirinya dan sang visual. Jangan lupakan tatapan iba yang terpancar dari sorot mata Myungsoo.

"Kaja, kita sudah sampai"

Sunggyu hanya tersenyum dan melangkah keluar menyusul keenam member lain yang sudah mendahuluinya.

"Kaja"

Sunggyu tersenyum lagi dan menampakan wajah berseri saat hendak memasuki gedung dimana ia dan membernya akan melangsungkan konser.

Di belakang sana, keenam namja itu menatap sang leader dengan tatapan sedihnya. Mereka tak bisa berbuat apapun untuk mengembalikan kebahagian namja itu yang seolah sirna begitu saja tepat saat sosok itu pergi. Mereka ingin mencari dan menemukan sosok itu, tapi bagaimana? Harus mencari dimana? Mereka tak cukup punya banyak waktu dan tenaga untuk mencari satu sosok yang bahkan entah kehidupannya masih berlangsung atau telah tiada di belahan bumi ini.

Dan tepat saat langkah lelah Sunggyu kembali memasuki apartemen mewah miliknya, sakit itu semakin terasa.

Setiap sudut yang ada dalam jangkauan penglihatannya selalu mengingatkannya pada sosok itu. Disana, di sebuah sofa coklat panjang, sosok itu selalu duduk bersila sambil memeluk bantal untuk menonton tv setiap kali datang kemari. Di dapur itu, mereka pernah menghabiskan waktu bersama untuk memasak dan makan berdua sambil bercanda dan kadang saling mengolok. Sunggyu tersenyum tipis kemudian melangkah mendekati sebuah kursi malas di depan lapisan kaca besar yang menampakan pemandangan kota Seoul saat melihat ke luar sana. Di tempat itu, ia selalu mendapati sosok itu tertidur pulas sambil mendengarkan lagu-lagu miliknya atau Infinite. Bahkan kamarnya yang selalu ia jadikan tempat private, pun tak luput dari kenangan tentang sosok itu. Sunggyu terheran saat ingat dengan suka rela ia membiarkan sosok itu berbaring di atas kasur kebesarannya.

Sunggyu tersenyum miris saat kenangan-kenangan itu kembali berputar dalam ingatannya. Ia bahkan masih ingat dengan jelas wajah itu, tatapan matanya, senyumnya. Sunggyu juga masih bisa merasakan hangat genggaman tangan itu saat mengenai kulitnya. Bagaimana sosok itu bergelayut manja ke arahnya meski Sunggyu selalu berontak dan mengomelinya. Suara itu, bahkan masih terdengar jelas menggema menyapa pendengarannya.
Perlahan mata Sunggyu terpejam bersamaan dengan jemarinya yang naik unuk meremas dadanya yang mulai sesak. Bahkan airmata itu kembali menetes tanpa disuruh. Sunggyu kesal setiap kali ia dihantui rasa rindu pada sosok itu dan dengan bodohnya ia membiarkan rindu itu membunuhnya tanpa perlawanan.

Bodoh?

Yah, Sunggyu merasa demikian. Seharusnya ia menyerah dan melupakannya. Dia dan rasa yang entah sejak kapan tumbuh memenuhi hatinya. Yang jelas, Sunggyu selalu ingin bersamanya, menjadi kekuatannya untuk terus bertahan.

Satu hal yang Sunggyu ingat. Ia ingin memastikannya. Dia dan kebenaran tentangnya. Sunggyu masih berharap esok ia masih bisa melihat wajah itu lagi. Mendengar suaranya, menyapanya, mengenggam tangannya, melakukan banyak hal yang dulu selalu membuat mereka tertawa dan bahagia.

Sunggyu menginginkannya.

Sunggyu merindukannya.

Sunggyu terperangkap dalam waktu yang terus mengembalikan ia ke masa lalu dan mengingatkannya akan sosok itu. Sunggyu ingin melihatnya baik-baik saja.

"Minha~ya, bagaimana kabarmu?"

-TBC-

Hai~

Aku kembali dengan sebuah cerita baru. Mamas sipit yang jadi main cast disini hahaha.

Semoga kalian suka dan, have a nice day 😘

Time Walking Through Memories [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang