Satu bulan.Waktu yang tidak terbilang sebentar untuk Sunggyu lalui dalam kebingungan. Selama itu pula ia terus merasa resah dalam pencarian. Ia begitu takut akan bayangan-bayangan buruk yang terus menghantuinya.
Bohong jika di awal Sunggyu menyatakan menyerah. Buktinya namja itu kembali menemui pemilik hatinya setelah sepekan berlalu sejak perdebatan itu terjadi. Meski pada akhirnya Sunggyu harus menelan kekecewaan saat tahu pertemuan yang ia harapkan tak akan pernah terjadi.
Minha menghilang.
Begitu saja, tanpa jejak. Sunggyu hampir frustrasi mencarinya kesana kemari dan semua usaha itu tak membuahkan hasil.
Kekhawatirannya perlahan tumbuh saat mendapat sepenggal cerita dari tetangga Minha bahwa yeoja itu kolaps seminggu yang lalu. Sunggyu berusaha menepis pikiran buruk dalam kepalanya dengan membangun pikiran baru yang positif. Namun itu tak berhasil karena kenyataan yang ada di depan matanya mengatakan hal yang sebaliknya.
Sunggyu masih ingat bagaimana Minha mengerang saat rasa sakit menyerang bagian kepalanya. Sunggyu juga ingat kala tetes demi tetes darah jatuh dari hidung bangirnya. Bahkan ia ingat saat Minha jatuh pingsan di pertemuan pertama mereka. Semuanya berkaitan dan merangkai satu kesimpulan pahit yang mesti ia telan.
~~
Tokyo, Jepang
Dedaunan mulai berguguran diterpa semilir angin musim gugur. Itu berarti waktu telah bergulir dua bulan lamanya semenjak ia kembali kemari.
Minha menatap kosong jajaran pohon maple dari balik jendela rumah sakit. Melayangkan pikirannya jauh ke seberang sana, ke tempat belahan jiwanya berada.
Rindu dalam dada terasa begitu menyiksa. Namun Minha masih tetap menahan diri untuk tidak mengungkapkannya. Ia tak ingin mengusik Sunggyu yang mungkin sudah menemukan kebahagiaannya di sana. Tapi sungguh, kali ini ia begitu resah. Ia sudah terlalu lelah untuk bertahan. Kali ini mungkin akan menjadi akhirnya, maka Minha ingin menyampaikan apa yang sesungguhnya kepada Sunggyu.
Minha meraih ponselnya di atas nakas samping tempat tidur. Beberapa saat mencari nomor Sunggyu yang masih ia simpan dengan baik. Ia menatap layar ponselnya sekilas kemudian menekan icon panggil.
"Yeoboseyo."
Suara hangat yang begitu ia rindukan terdengar setelah beberapa saat menunggu. Air mata menggenang begitu saja seiring helaan napas lega yang Minha hembuskan.
"Yeoboseyo, siapa ini?"
Minha tersenyum tipis.
"Sunggyu...oppa."
Keheningan tercipta untuk sesaat. Di seberang sana Sunggyu tengah mengingat-ingat pemilik suara seseorang yang tengah menelponnya. Dan kala ingatan itu ia temukan kedua iris Sunggyu melebar sempurna.
"Minha? Jung Minha? Yah! Kemana saja kau, hah?!" Pekik Sunggyu menahan tangis. Ia begitu terkejut sekaligus merasa lega bisa mendengar suara lembut Minha sekali lagi.
Minha tersenyum tipis mendengar pekikan kesal Sunggyu.
"Mianhae, ada hal penting yang harus aku selesaikan. Bagaimana kabarmu, oppa?"
Panggilan itu, Sunggyu sangat merindukannya. Hatinya terasa menghangat saat Minha tak lagi memperlakukannya seperti orang asing.
"Tidak ada yang perlu kau cemaskan karena aku selalu sehat" jawab Sunggyu yang kembali mengundang Minha untuk tersenyum.
"Syukurlah, aku senang mendengarnya"
"Lalu, bagaimana denganmu?"
Minha terdiam saat Sunggyu balik bertanya padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Time Walking Through Memories [ COMPLETED ]
FanfictionKetika waktu memerangkapku dalam ingatan masa lalu, tentangmu, tentang kita. Satu harapan yang selalu ku rapal. Esok, aku bisa melihatmu lagi. -Kim Sunggyu- Masa hidupku memang tidaklah panjang. Namun, kesempatan mengenalmu di waktu yang singkat ini...