Unconscious

168 18 4
                                    


Salju tampak turun dengan lebat menutupi seluruh kota Seoul hingga berwarna putih keseluruhannya.

Sesosok namja bercoat hitam tengah berjalan pelan di trotoar. Sesekali ia membenarkan syal yang melingkar di lehernya hingga menutupi sebagian wajahnya agar tidak ada yang mengenalinya. Dia Kim Sunggyu, pasti kalian mengenalnya, bukan? Namja tampan bermata sipit yang tenar dengan panggilan hamsterGyu, grandpaGyu, leaderGyu atau Gyuzizi atau lainnya yang kalian ingat -silahkan tambahkan sendiri-. Seorang leader dari boygroup ternama Infinite sekaligus solois bersuara emas yang mampu meluluh lantahkan hati wanita manapun yang melihatnya.

Sunggyu menghela nafas pelan setelah masuk ke dalam mobilnya. Senyumnya mengembang sebelum akhirnya menyalakan mesin mobil dan menjalankannya menjauh. Seseorang menelponnya siang tadi dan memintanya untuk bertemu di salah satu café tak jauh dari apartemen yang ia tinggali. Sebenarnya ia sendiri sedikit ragu untuk menyanggupi pertemuan ini, tapi rengekan itu tidak berhenti menyambangi telinga Sunggyu hingga namja itu akhirnya luluh.

Tiga puluh menit berlalu, Sunggyu tiba di tempat perjanjian. Sesaat ia melirik keadaan di sekitarnya dan mendengus kesal kemudian berjalan masuk ke dalam café. Tak butuh waktu lama Sunggyu menemukan sosok yang memiliki janji dengannya itu. Ia menggerutu sebal.

"Kenapa kau selalu memilih tempat seperti ini? Kau tidak ingat dengan siapa kau akan bertemu?" Protes Sunggyu sesaat setelah ia duduk di kursinya.

Yeoja itu santai-santai saja dan menyesap green tea  miliknya dengan amat tenang. "Tentu saja aku ingat siapa kau, dan tempat ini... aman-aman saja asal kau tau!" Tanggapnya sambil menatap Sunggyu datar.

Sunggyu mendengus kesal "Ini sama saja kau berniat bunuh diri!" Cibir Sunggyu sesaat sebelum waiters  menyambanginya dan menanyakan pesanannya kemudian pergi setelah mencatat pesanan Sunggyu.

"Jika yang kau maksud media yang akan meliput dan menyebarkan berita bahwa aku kencan denganmu, itu tidak jadi masalah" jawabnya lalu meminum green teanya lagi.

Sunggyu memutar matanya malas. Sudah berkali-kali ia mendengar kalimat seperti itu dan ia bosan. "Kau melupakan fansku dan para sasaeng yang bisa menyerangmu kapan saja saat tau keberadaanmu, Hwang Yemi"

Yeoja itu, Yemi, hanya diam tanpa menanggapi. Sunggyu ada benarnya, jika berita seperti itu tersebar sudah pasti keselamatan Yemi terancam oleh fans Sunggyu yang mungkin saja tidak terima dengan kebenaran berita itu. Sunggyu hanya tersenyum sinis menatap Yemi seolah tau apa yang dipikirkan yeoja itu.

"Jadi, ada apa?" Sunggyu bertanya. Ia tak sabar dan tak suka membuang waktunya di tempat ini terlebih, ingat! Tempat ini sangat ramai.

Yemi mengulas senyumnya sesaat kemudian menatap Sunggyu intens. "Kau lupa? Perlu aku mengulang pertanyaan yang sama?" Jeda sesaat. "Aku butuh jawaban!"

Suara Yemi terdengar tegas dan menuntut. Yah, Sunggyu tentu ingat jawaban apa yang dimaksud Yemi dan kalau boleh jujur Sunggyu sangat tidak suka membahas masalah yang satu ini.

"Kau belum menyerah juga?"

Yemi mendesis kesal saat Sunggyu yang harusnya menjawab malah balik bertanya kepadanya.

"Dengar! Sudah berkali-kali aku menegaskan padamu, kita hanya teman. Aku tau ini menyakitimu, tapi sadarlah, kalaupun kita berkencan kau lah yang akan paling tersakiti"

Yemi diam mencerna kalimat yang terlontar dari mulut Sunggyu. Namja yang sangat ia cintai meski mereka baru saling mengenal dua bulan yang lalu. Kau pasti tau apa yang ia rasakan saat mendapat penolakan seperti saat ini. Sakit, tentu saja. Tapi ia sudah terbiasa dan ia sudah terlalu terobsesi dengan sosok Sunggyu hingga ia tidak bisa menyatakan diri untuk menyerah dengan semua ini.

"Aku bisa menahan semua sakit itu, asal kau bersamaku"

Lagi, Sunggyu menghela nafas berat mendapati betapa keras kepalanya Yemi. Ia sudah bingung harus bagaimana lagi meyakinkan Yemi bahwa hubungan mereka tidak akan berhasil.

"Kau tidak bisa memaksa seseorang tinggal dan menyukaimu" Sunggyu menatap mata Yemi lekat-lekat, meyakinkan dirinya sendiri untuk mengatakan hal yang pasti akan menyakiti yeoja itu. "Aku tidak menyukaimu, jadi tidak ada alasan untukku menerimamu"

Dan benar saja perkiraan Sunggyu. Yemi membatu dengan perasaan sakit teriris-iris di dalam dadanya. Tangannya bahkan meremas selembar tissue yang ada di meja hingga tak berbentuk.

Sunggyu bangkit dari duduknya, tatapannya masih terkunci pada sosok Yemi yang membisu. "Maaf telah menyakitimu. Dan sebaiknya kita tidak bertemu lagi setelah ini"

Sunggyu berlalu begitu saja bahkan sebelum pesanannya datang. Ia tak peduli dan moodnya benar-benar buruk untuk tinggal berlama-lama di dalam sana bersama yeoja yang ia anggap -sedikit- gila karena terlalu memaksakan kehendaknya terhadap Sunggyu.

Di sana Yemi masih diam menatap secangkir caffe latte milik Sunggyu yang baru tiba di mejanya. Ekspresinya sangat datar meski hatinya bergemuruh penuh amarah. Kemudian seringai tipis muncul di wajahnya.

"Tidak semudah itu lepas dariku. Kim Sunggyu"

~~

Kini, Sunggyu tengah duduk menikmati secangkir kopi di café yang berbeda yang tentu saja lebih sepi ketimbang café yang ia datangi sebelumnya.
Helaan nafas berat meluncur dari mulut Sunggyu. Ia sedikit frustasi mengingat hubungannya dengan Yemi dan sekilas ia merasa khawatir. Ia tau bagaimana watak Yemi meski baru mengenalnya beberapa bulan terakhir. Yeoja itu sangat keras kepala dan ambisius. Dan akhir-akhir ini Sunggyu mengkategorikan keambisiusan Yemi sebagai hal yang tidak wajar karena, yah, dia sangat berlebihan.

Kau bisa lihat bagaimana ia mengejar Sunggyu dan dengan santainya mencari perhatian di tempat umum agar ada media yang tau dan dengan begitu semua orang akan menggap mereka berkencan. Kalian juga harus tau bahwa hal itu juga Yemi lakukan semata-mata untuk menggretak Sunggyu dan memaksa namja itu menerima cintanya agar tidak ada hal nekat lain lagi yang ia lakukan. Sayangnya, Sunggyu mengabaikan itu semua karena seperti yang ia katakan tadi, Sunggyu tak menyukainya dan ia tak mau menjalani hubungan atas dasar paksaan.

Beberapa menit setelah menghabiskan kopinya, Sunggyu berjalan keluar berniat pulang.
Di saat yang sama, seorang yeoja berjalan gontai menyusuri trotoar. Waktu masih terbilang sore kala itu tapi udara yang sangat dingin membuat siapa saja enggan untuk keluar hingga jalanan yang biasa ramai itu menjadi sepi lebih dini.

Yeoja itu terus berjalan sambil memegangi kepalanya yang semakin pening. Tapi ia terus mencoba menguatkan diri, paling tidak sampai ia menemukan seseorang untuk ia mintai pertolongan. Ia masih ingin hidup dan tak mau mati membeku jika harus pingsan sekarang. Beruntung ia melihat seluit seorang namja berjalan tak jauh di depannya. Ia mencoba mempercepat langkahnya yang mulai limbung dan meraih lengan namja itu.

"Tolong aku" dan akhirnya yeoja itu jatuh tak sadarkan diri.

Sunggyu sangat terkejut saat tiba-tiba seseorang menarik lengannya dan saat ia berbalik, seorang yeoja ambruk ke arahnya. Beruntung Sunggyu sigap dan menangkap tubuh itu agar tak jatuh ke jalanan.

"Agassi, gwaencanta? Agassi..."

Sunggyu menepuk pelan wajah yeoja itu berharap ia sadar, namun nihil. Kekhawatiran Sunggyu semakin bertambah saat cairan merah pekat perlahan mengalir keluar dari hidung yeoja dalam rengkuhannya.

Sunggyu sangat panik.

-TBC-

Baiklah, ini chapter kedua. Apa kalian suka? Oke, semoga saja...

Jangan lupa vote dan tinggalin jejak ya...see you next chapter and have a nice day 😘😘

14/3/2017

Time Walking Through Memories [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang