Salah!
Ini semua salah!
Tidak seharusnya Minha berharap. Tidak seharusnya Sunggyu membalas perasaannya. Tidak seharusnya hubungan di antara mereka tumbuh semakin dalam.
Salah!
Minha terus mengutuk keadaan yang menyeretnya semakin jauh ke dalam hubungan yang tak semestinya ada. Ia benci saat harus melibatkan Sunggyu dalam ketidak pastian ini. Hidupnya tidak akan lama dan ia tak ingin membawa penyesalan di sisa hidupnya dengan menyakiti Sunggyu. Karena bagaimanapun, di akhir nanti Sunggyu-lah yang akan paling tersakiti.
Memang, Minha mengakui perasaan berlebihnya hanya tertuju pada Sunggyu. Tapi selama itu pula ia tak pernah berharap lebih. Ia hanya ingin merasakan kebersamaan dengannya sejenak sebelum waktu itu tiba.
Minha menatap lagi layar ponselnya. Mengamati fotonya bersama Sunggyu yang sengaja ia jadikan sebagai wallpaper. Lagi-lagi dadanya terasa sesak mengingat waktunya yang semakin singkat.
"Mianhae."
~~
Sunggyu tidak tahu apa yang terjadi dan ia benci dengan segala perubahan sikap yang ditunjukan Minha padanya. Padahal minggu lalu mereka masih sangat akrab, tapi tidak hari ini. Minha yang sekarang bukanlah Minha yang ia kenal. Ia begitu asing.
"Jadi, apa yang ingin anda pesan Sunggyu-ssi?"
Sunggyu-ssi?
Sumpah demi apapun Sunggyu benci saat mendengar namanya disebut seperti itu, seolah ia hanya orang asing bagi Minha. Dan menyebalkannya, yeoja itu tak sedikitpun peka dengan perasaan kesal Sunggyu. Atau mungkin sengaja mengabaikannya? Entahlah, yang jelas Sunggyu muak dengan sikap acuh yang ditunjukan Minha padanya.
"Sebenarnya ada apa denganmu?" Sunggyu tak bisa lagi menahan diri untuk tidak bertanya.
Minha menatapnya sekilas dan kembali sibuk dengan kegiatan makannya. Mengabaikan tatapan tajam Sunggyu yang seolah ingin mengulitinya.
"Jung Minha!"
Geraman tertahan Sunggyu mengalihkan atensi Minha. Yeoja itu menegakkan posisi duduknya, membalas tatapan Sunggyu dengan ekspresi datar.
"Aku datang kemari untuk makan. Dan soal pertanyaanmu, aku menjawab 'tidak apa-apa'. Jadi tolong biarkan aku menyelesaikan makananku karena masih ada banyak hal yang harus aku lakukan setelah ini." jawab Minha tanpa merubah sedikitpun ekspresinya.
Sunggyu mengepalkan tangannya erat-erat. Meredam emosinya yang mulai merangkak naik.
Hari yang Sunggyu harapkan menjadi hari yang menyenangkan berbalik seratus delapan puluh derajat menjadi begitu mengesalkan. Ia ingin mengajak Minha bersenang-senang sekaligus usahanya untuk memperdalam hubungan di antara mereka. Namun sikap Minha yang berubah tiba-tiba membuatnya melupakan niat awal itu. Otaknya mulai sibuk mencari alasan yang sekiranya bisa menjelaskan perubahan Minha terhadapnya. Dan Sunggyu telah menarik satu untuk menjadi kesimpulannya.
"Kita perlu bicara." Sunggyu segera menahan lengan Minha saat yeoja itu hendak masuk ke apartemennya begitu saja, seolah Sunggyu tidak ada di sana saat ini.
"Mwoya?" Minha menampakan wajah malasnya. Merasa enggan untuk membangun pembicaraan apapun dengan Sunggyu.
"Katakan apa yang terjadi?! Kenapa kau bersikap seperti ini padaku?"
"Apa yang kau bicarakan?" Minha membuang muka.
"Apa aku menyakitimu?"
"Ck! Sudahlah."
"Apa karena pernyataanku waktu itu?"
"..."
Hening. Minha diam seribu bahasa dan itu meyakinkan Sunggyu bahwa dugaannya kali ini benar.
"Apa itu mengganggumu?" Suara Sunggyu terdengar lirih.
Minha mulai merasa tak nyaman, ia berusaha melepas cengkraman tangan Sunggyu di lengannya.
"Sudahlah."
"Jawab aku!"
Minha tertegun saat Sunggyu membentaknya. Ini bukan kali pertama namja itu berteriak padanya, tapi kali ini berbeda. Minha merasa bersalah saat mendengar ada nada terluka di sana.
"Kau hanya perlu mengatakan yang sebenarnya. Katakan jika kau tidak suka. Katakan jika kau membenciku. Katakan jika kau tidak ingin menjalani ini denganku. Katakan apapun asalkan jangan bersikap seperti ini!" Suara Sunggyu bergetar. Begitu terluka.
Perlahan Minha menarik napas. Meredam sesak yang terasa kala menyadari namja yang ia cintai terluka karena dirinya. Tapi ini yang terbaik.
"Ne, aku membenci semua ini. Aku tidak ingin bersamamu." jawab Minha sedatar mungkin. Berbanding terbalik dengan hatinya yang terasa semakin terhimpit sesak.
"Lalu apa artinya sikap manismu selama ini? Kau bahkan mengatakan kau menyukaiku. Apa artinya itu Jung Minha?" Tuntut Sunggyu tak mau kalah.
Minha menampakan senyum tipis. Menatap lekat iris penuh amarah Sunggyu dan menjawab.
"Kau terlalu berlebihan Sunggyu-ssi. Fans mana yang tidak menyukai idolanya? Begitupun aku," Minha melepas eratan tangan Sunggyu perlahan.
"Aku tak punya perasaan lebih terhadapmu, dan tolong jangan pernah mengusikku dengan pengakuan menggelikan seperti itu lagi."
Kedua mata Sunggyu melebar. Tak menyangka Minha akan mengatakan hal macam itu padanya. Hatinya benar-benar sakit saat tahu Minha tak pernah menganggapnya lebih dari sekedar idolanya. Sunggyu sadar, perasaannya bertepuk sebelah tangan.
"Kau..."
Sunggyu menatap dalam kedua iris Minha. Mencoba memastikan kebenaran dari balik tatapan datar itu. Sunggyu menghela napas berat, menyerah karena tak mampu memahami arti tatapan itu untuknya.
"Aku mengerti."
Sunggyu berlalu dengan perasaan hancur. Meninggalkan Minha di belakang sana dengan segunung rasa bersalah. Setetes air mata jatuh dari pelupuk mata Minha. Menyakiti Sunggyu adalah dosa terbesar yang akan selalu ia ratapi.
"Mianhae."
Isakan itu lolos begitu saja. Menyiratkan pilu yang begitu mengusik jiwa. Saat itu setitik cairan merah pekat menetes ke punggung tangan Minha. Yeoja itu terdiam dan menyentuh hidungnya. Aliran darah segar itu menyadarkan Minha bahwa waktunya memang semakin menipis.
Segurat senyum tipis sarat akan luka Minha sunggingkan. Setidaknya keputusan ini benar, Sunggyu berhak atas kebahagiannya. Dengan kebohongan ini Minha telah membebaskan Sunggyu dari belenggu keegoisannya.
-TBC-
[ 820 words ]
Udah dapet jawabannya, kan?
Sunggyu ditolak Minha. Sebagai gantinya bakal digelar resepsi nikahannya WooGyu di kebon(?) belakang rumah saya. Katanya biar nggak ketahuan media, begitu😁
Vote -nya jangan lupa, loh.
Annyong...
29/11/2017
Gyubee
KAMU SEDANG MEMBACA
Time Walking Through Memories [ COMPLETED ]
FanfictionKetika waktu memerangkapku dalam ingatan masa lalu, tentangmu, tentang kita. Satu harapan yang selalu ku rapal. Esok, aku bisa melihatmu lagi. -Kim Sunggyu- Masa hidupku memang tidaklah panjang. Namun, kesempatan mengenalmu di waktu yang singkat ini...