3

11.7K 943 143
                                    

Kedua bola mataku masih menatap mata Shagam. Ia menatapku sangat tajam. Tangannya masih kuat menahan tangan kiriku. Shit! Apa maksud pria ini? Alasan pertamanya membuatku ingin segera meludahinya.

"Dua : Ketika aku menikah denganmu. Popularitasku akan naik dan makin bersinar. Semua orang akan semakin mengenal bahwa Shagam Prasrari adalah psikiater hebat di Indonesia. Tentunya itu akan menguntungkan diriku dan tempat praktikku. Kau sangat berguna buatku, Amarel..."

Plak! Aku menampar pipi di sisi satunya lagi. Gay ini memang sinting. Dia benar-benar memanfaatkanku dan kakek. Tak bisa kuterima. Senyuman sinisnya benar-benar membuatku muak. Fuck!

"Kau brengsek! Cuih! Tak akan kubiarkan kau memanfaatkan keluargaku!"

"Tiga : Hanya kau yang tahu identitas diriku sebenarnya. Kau lah perempuan satu-satunya di dunia ini yang mampu bersanding denganku dan aku yakin kau mampu menutupi kelemahanku."

Aku langsung meludahi wajah Shagam yang berada tepat di depanku. Aku muak sekali melihat wajah dan tingkahnya itu. Dia pikir dia siapa? Berani sekali dia berbicara seperti itu? Dia pikir aku akan mau hidup dengannya? Dasar gay tak tahu diri. Sudahlah gay, matre, biadab. Mati sajalah kau Shagam!

Ia malah menyeringai lebar di hadapanku sambil menghapus salivaku yang mengenai wajahnya. Aku juga merasakan tindihan tangan kanannya mulai longgar. Ini kesempatanku untuk kabur darinya. Aku pun melepaskan pegangannya, lalu kudorong tubuh besarnya itu. Ia mundur beberapa langkah. Aku tersenyum. Dasar pria lemah, tapi....

Hap! Belum sempat aku melangkah jauh, ia berhasil menangkap tanganku. Pegangannya sangat kuat. Tanganku sakit. Kutatap wajah Shagam penuh amarah.

"Maumu apa lagi sih homo?"

"Jangan menolakku..."

"Kau sinting!" pekikku kuat dan kuhempaskan tangannya dengan kasar. Aku pun membuka pintu di balik anak tangga ini.

"Kau akan menyesal Amarel!" teriaknya kuat sekali.

Ah aku tak peduli. Biarkan saja dia bicara sendiri. Benar-benar biadab. Dia secara terang-terangan memberitahu alasan mengapa ia harus menikahiku. Kau berubah Shagam. Sosokmu yang dulu kukenal tak seperti ini.

Tak kusangka, air mata ini kembali turun karena perbuatannya.

***

Aku sekarang sedang duduk di meja bar. Kuteguk terus vodka dengan alkohol paling tinggi di diskotik ini. Kepalaku rasanya mau pecah menghadapi kakek, mama, dan Shagam. Ini semua karena perjodohan tak masuk akal itu. Mereka kira aku tak laku apa sampai dijodohkan seperti itu? Seandainya saja aku memiliki keberanian untuk membeberkan jati diri Shagam yang sebenarnya ke mereka semua. Kira-kira apa yang akan terjadi?

"Hey, tambahkan lagi minumannya!" teriakku ke salah satu bartender. Ia adalah seorang pria. Dengan sigap, ia langsung memberiku sebotol vodka. Lagi-lagi kuteguk vodka ini. Aaaah setidaknya pikiranku sudah agak tenang sekarang. Thanks alcohol.

Tiba-tiba aku jadi teringat Usya. Apakah dia masih asyik bercumbu dengan Om Goldienya itu? Ketika aku menginjakkan kakiku di diskotik ini, aku melihat dari jauh Usya sedang duduk berhadapan di pangkuan Om Goldie dan mereka sedang asyik bercumbu ria. Sebenarnya aku benci dengan Om Goldie. Ia adalah seorang pria yang tak setia. Mengapa dia memilih untuk menikah kalau pada akhirnya dia memilih untuk berselingkuh? Usya juga bodoh. Mau saja dia menjadi wanita kedua. Berulang kali aku mengingatkannya, tapi hanya masuk kuping kiri keluar kuping kanan.

Aku tahu Om Goldie itu termasuk tampan untuk pria berumur 40 tahun. Badannya saja masih tegap. Tingginya 180, kulitnya sawo matang, hidungnya mancung, ditambah bulu-bulu halus di sekitar dagu dan rahangnya. Satu lagi dia tidak buncit seperti pria yang sudah menikah pada umumnya. Benar-benar mempesona. Pertama kali Usya mengenalkannya padaku saja, sebenarnya aku juga naksir dengannya. Aku merasa dia sangat hot di atas ranjang, tapi kuusir jauh-jauh perasaan itu. Sekali lagi aku tegaskan. Jika aku sudah berkomitmen, maka aku akan setia pada orang itu selamanya.

[C2] He's not NORMAL!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang