Aku baru saja keluar dari Sekolah Menegah Pertama (SMP). Bukan karena aku sengaja ingin keluar dari sekolah, bukan karena aku membenci sekolah, bukan juga karena aku dikeluarkan oleh pihak sekolah. Lebih tepatnya masa belajar aku di SMP sudah berakhir. Sudah waktunya untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya yaitu Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Aku pernah mendaftarkan diri ke SMA dan SMK ternama di daerahku, sekolah yang menjadi favorit teman-temanku sewaktu SMP. Namun aku tidak lulus dalam tes pertama untuk bisa bersekolah di sekolah favorit itu. Entah apa penyebabnya, mungkin aku masih kurang pintar atau aku memang bodoh. Padahal sewaktu SMP, aku terpilih menjadi calon ketua osis dengan nomor urut tiga, walaupun hasil akhir dari pemilihan ketua osis itu menunjukan aku masih tidak layak untuk memimpin organisasi terbesar di sekolahku. Aku juga pernah terpilih menjadi calon ketua Pramuka dengan nomor urut dua, namun sepertinya Tuhan masih belum mengijinkanku untuk menjadi ketua organisasi terbesar kedua di sekolahku. Teman-temanku sebagian ada yang diterima di sekolah favorit ada juga yang bernasib sama sepertiku, tapi kebanyakan yang diterimanya.
Aku tidak putus asa. Akhirnya aku masuk ke SMK swasta yang masih di daerahku yaitu SMK Bakti. Menurut temanku yang diterima di sekolah favorit, SMK Bakti ini sekolah pembuangan, sekolah yang menerima siswa dari manapun tanpa melalui tes. Aku kira hanya aku seorang yang masuk ke SMK Bakti, ternyata ada satu temanku dari SMP juga masuk SMK Bakti. Menjadikan aku punya teman satu SMP yang masuk ke SMK Bakti. Aku tidak tahu apa-apa mengenai SMK Bakti, yang aku tahu hanya siswa-siswinya akan menggunakan seragam sekolah selagi mereka bersekolah di hari yang tidak libur.
Beberapa hari yang lalu ketika melakukan pendaftaraan, aku di suruh datang kembali tepat di Hari Sabtu untuk di berikan pengumuman bahwa Hari Senin akan dilaksanakan Masa Orientasi Peserta Didik (MOPD).
Hari Sabtu telah tiba, aku pergi ke sekolah Bakti bersama temanku di waktu pagi sekitar pukul tujuh lebih lima belas menit, atau mungkin lebih enam belas menit, atau mungkin aku masih tertidur pulas. Nyatanya aku sudah berada di suatu ruangan kelas yang ada di sekolah Bakti, sedang menyimak kakak kelas yang memberikan informasi untuk pelaksanaan MOPD di Hari Senin mendatang. Kakak kelas yang ada di depan kami berjenis kelamin perempuan. Sepertinya dia kelas sebelas, kalaupun bukan berarti dia kelas dua belas. Aku duduk sebangku dengan teman satu SMPku, memperhatikan ke depan, memperhatikan kakak kelas, memperhatikan wajahnya yang menurut penglihatanku dia cantik. Setelah mengetahui wajahnya cantik, aku melirik kebawah untuk memastikan bahwa kaki dia benar-benar menginjak lantai.
Hari itu juga, detik itu juga, aku telah memutuskan kalau dia adalah pacarku, meskipun dia tidak menganggap aku adalah pacarnya. Setidaknya aku sendiri yang menganggapnya. Selesai memberikan informasi mengenai MOPD, dia langsung meninggalkan ruangan kelas. Waktu di sekolah untuk hari ini sudah berakhir. Aku langsung pulang bersama teman satu SMPku ke rumah masing-masing dengan menaiki angkot.
Oh iya, namaku Mamat. Nama panjangku Mamat Junamat Bakri. Dan teman satu SMPku yang masuk ke sekolah Bakti bernama Kuskus Diwantara, dengan nama panggilan Engkus. Inilah kisah kami selama sekolah di SMK Bakti untuk mendapatkan seorang pacar. Selamat membaca.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA-CINTAan
MizahKuskus dan Mamat mempunyai misi yang di ikrarkan untuk berlomba mendapatkan pacar di sekolah barunya, dengan sanksi akan melakukan perintah apapun bagi pemenangnya. Selama melakukan misi mereka selalu sama tujuannya, yaitu wanita yang sama.