3. Good or Bad

8.3K 879 255
                                    


"There is nothing either good or bad, but thinking makes it so." -William Shakespeare.

Candra melirik jam Rolex yang melingkar di tangan kirinya sudah menunjukkan pukul delapan lebih lima belas menit. Artinya lima belas menit lagi pelajaran Bahasa Indonesia akan usai. Sambil mengumpat pelan ia mempercepat langkahnya menuju kelas 11 IPS 3--kelasnya.

Ia bukannya takut akan kemarahan Bu Inda yang terkenal dalam deretan guru paling galak dan sangat menjunjung tinggi kedisiplinan di sekolah. Cowok itu hanya takut pada Ratih karena ia tidak dapat memenuhi keinginannya datang ke sekolah dalam waktu setengah jam. Yang benar saja. Perjalanan dari rumah ke sekolahnya butuh waktu dua puluh menit. Itu saja Candra sudah ngebut dan beberapa kali mempertaruhkan nyawa nyelip bus besar dan menerobos lampu merah.

Sesampainya di kelas, ia melihat Bagas dan Nisa sedang presentasi di depan. Dan Bu Inda sedang fokus dengan power point di layar depan kelas. Ia mengendap-endap menuju ke meja nya di pojok belakang. Yang sontak membuat ia menjadi pusat perhatian anak-anak sekelas. Nisa yang sedang berbicara di depan kelas juga turut menghentikan penjelasannya tentang novel Laskar Pelangi.

Merasakan suasana kelas yang mendadak menjadi hening, Bu Inda mengarahkan tatapannya ke anak-anak didiknya. Dan beliau langsung menemukan penyebab dari perusak pelajarannya ada pada pemuda berbadan tegap yang menjulang tinggi--dengan kemeja putih yang tidak dimasukkan ke celana abu-abunya--ditambah rambut yang sedikit basah dan acak-acakkan, sontak membuat Bu Inda geleng-geleng kepala.

"CANDRA MAHESA!"

Teriakkan Bu Inda membuat Candra yang sudah akan sampai ke mejanya mendesah pelan. Bisa gak sih gue gak dapet omelan sehari aja! Batinnya. Cowok itu lantas membalikkan badan dan menanggapi Bu Inda dengan santai.

"Ya, Bu?"

"Kamu tahu jam berapa ini?! Kamu telat lagi kan! Kamu itu jadi murid kok hobinya telat! Masuk kelas bukannya mengucap salam malah main nyelonong begitu saja! Kapan kamu jadi baiknya, Candra?" ucap Bu Inda dengan nada yang kelewat menahan marah.

"Saya lupa tadi mau bilang Assalamualaikum, itu saya udah bilang kan barusan," jawab Candra kelewat tidak sopan untuk ukuran berbicara pada guru. Tapi anak-anak sekelas biasa saja. Kelakuan Candra setiap hari memang begitu. Jadi mereka sudah tidak heran lagi.

"Lagian saya ini baik kok Bu, saking kelewat baiknya saya mau masuk pelajarannya Ibu buat ikut presentasi tugas! Tuh, teladan banget kan saya!" lanjut Candra berbangga diri.

"Terserah kamu mau bilang apa! Saya gak menerima kamu di kelas saya! Lupakan presentasi dan sekarang kamu keluar kelas!" perintah Bu Inda dengan galak. Tidak dapat mentolerir lagi kelakuan murid paling bandel di sekolah ini.

Candra yang mendengar itu sontak memasang wajah memelas. Ia akan berdrama. Jika biasanya cowok itu disuruh keluar kelas, ia dengan senang hati akan menuruti namun tidak dengan sekarang. Ia akan tetap memperjuangkan hak asasinya biar dia dan Ratih bisa ikut presentasi.

"Yah Ibu... Ibu kok jahat sih. Masa muridnya mau belajar malah disuruh keluar. Saya itu juga mau punya nilai, Bu! Lagian saya sudah mengerjakan resensinya dengan susah payah sampai harus begadang, sekarang saya gak boleh presentasi? Dimana kebijaksanaan Ibu sebagai seorang guru yang tugasnya mencerdaskan anak didiknya?"

Ratih yang mendengar jawaban nyablak dari Candra itu kontan melotot. Ngerjain sampe begadang apaan! Orang gua yang begadang semalem juga! Gadis itu geleng-geleng kepala sambil berpikir. Kok bisa ya ada manusia terlahir sebegini sarapnya? Batin Ratih jenggah.

Bu Inda yang menyadari jika perdebatan ini diteruskan malah akan membuat jam pelajarannya habis, lebih memilih mengalah. Berhadapan dengan satu muridnya ini memang harus sering-sering sadar diri jika tidak ingin cepat tua.

THE NEW YOU [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang