"She loved me for the dangers i had passed, and i loved her that she did pity them." - William Shakespeare.
Pasca mengetahui bahwa Candra pengidap DID (Disasosiatif Identity Disorder), Ratih terus menerus menanamkan dalam kepalanya agar selalu berfikir positif. Bahwa tidak akan terbukti Candra berkepribadian ganda sampai Ratih bertemu sendiri dengan kepribadian lain cowok itu. Gadis itu pun sepakat bersama Retta untuk bersikap biasa saja sekaligus merahasiakan semua ini dari Candra maupun teman-temannya.
Beberapa hari ini dia juga sibuk berbagai macam buku tentang kepribadian ganda. Juga artikel-artikel dari kasus kepribadian ganda. Dan Ratih harus gigit jari ketakutan begitu sadar bahwa memang ada di dunia ini orang-orang yang memiliki kepribadian ganda. Yang lebih menyeramkan lagi adalah, kebanyakan pengidap DID itu tak hanya memiliki satu kepribadian ganda. Namun banyak! Bahkan ada yang sampai sembilan kepribadian dalam satu orang. Membuat ia berpikir, berapa banyak sisi lain yang ada di tubuh Candra?
Ratih menghentikan langkahnya kala mendengar keributan dari dalam. Ia baru saja sampai di rumah Candra, agenda rutin yang harus dilakukannya setelah mereka jadian.
"GUE BILANG GAK MAU KE KALIMANTAN!"
"CANDRA KAMU BERANI MEMBANTAH ORANG TUA?!"
"PERSETAN! LO TUH GAK PANTES DIANGGEP ORANG TUA!"
BRAK! Lalu suara pintu tertutup dengan keras menyentakkan Ratih kaget. Ia memegang jantungnya yang terasa mau copot. Ada Ayah Candra di rumah? Batin Ratih. Kalau iya berarti ini bukan waktu yang tepat untuk mengunjungi Candra. Buru-buru gadis itu membalikkan badan, namun sebuah suara berat menghentikan tangannya yang akan membuka pintu.
"Kamu siapa?"
Suara Papa Candra! Ratih membalikkan badan. Dan tersenyum kepada lelaki yang berwajah sangat mirip dengan Candra itu.
"Eh? Siang, Om. Ini Ratih," jawab gadis itu sambil mendekati Wara. Ia mencium punggung tangan Ayah Candra sebagai formalitas.
"Oh, Pacarnya Candra?" Wara mengangkat sebelah alisnya.
Ratih tersenyum canggung. Bingung harus menjawab bagaimana. "Ehm... Iya. Om," jawab gadis itu pada akhirnya.
Wara mengusap wajahnya kasar. Terlihat lelah. "Pantesan anak itu gak mau diajak pindah ke Kalimantan. Ternyata dia punya pacar!"
Ucapan Ayah Candra itu membuat Ratih bingung. "Candra... Mau pindah ke Kalimantan, Om?"
"Iya. Tolong ya, Ratih. Kalau keberadaan kamu di dekat Candra menghalangi segala rencana yang sudah saya buat. Mending kamu jauhi anak saya...,"
"Ta--tapi kenapa, Om?"
Wara menepuk pundak gadis itu pelan. "Karena sudah lama Candra tidak tinggal dengan saya. Saya ingin menebus kesalahan dengan mulai merawat anak saya sendiri. Selayaknya Ayah yang merawat anaknya...," Papa Candra tersenyum kepada Ratih. "Candra ada di dalam kamarnya. Kalau kamu ingin menyelesaikan segala hubunganmu seperti yang saya minta tadi." tandas Wara melanjutkan. Lelaki paruh baya itu langsung meninggalkan Ratih dengan keterpakuan.
Bilang aja gak ngerestuin hubungan gue sama Candra! Batin Ratih kesal. Sakit hati juga rasanya. Dan mendengar Candra yang berencana pindah ke Kalimantan membuat hatinya gelisah. Masih banyak teka-teki yang harus terpecahkan, malah ada masalah baru lagi. Dan kalimat Papa Candra tadi? Memangnya selama ini Candra tinggal bersama siapa?
Ratih mendesah pelan. Menyingkirkan segala kegalauan dalam hati. Ia memilih melangkahkan kakinya ke kamar Candra. Ketika sampai, ia langsung membuka pintu. Buka aja gak usah pake ketuk atau permisi. Titah sang bos besar kala itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE NEW YOU [Completed]
Fiksi RemajaNyatanya ini lebih dari sekedar kutukan. Lebih dari mimpi buruk paling menyeramkan sekalipun. Mungkin kalimat itu yang bisa menggambarkan nasib Nirwasita Ratih Kusumastuti kala dirinya memiliki teman SMA--pada akhirnya menjadi kekasih--seorang Candr...