Namaku Rani, aku adalah anak terakhir dikeluargaku. Seharusnya sebagai anak terakhir aku dimanja-manja oleh orang tuaku, diberi kasih sayang setiap harinya, diberi kado doa dan ucapan ketika ulang tahun, diberi semangat dalam lomba dan ya seperti anak yang paling disayang.
Tetapi itu tidak terjadi sama sekali terhadapku tidak sekalipun tidak akan pernah. Orang tuaku lebih sayang kepada kakakku Dina, mereka selalu membanggakannya, mengutamakannya selalu dimanja memberikan semua yang ia mau. Sedangkan aku? tak pernah sama sekali, mereka selalu menjadikanku yang terakhir bahkan tak penting lagi aku selalu diabaikan tak pernah dianggap ada.
Ulang tahunku pun mereka tak ingat, mereka lupa kapan aku dilahirkan, aku tidak pernah diberi ucapan, dan aku ingin tau apakah nanti mereka semua akan ingat dengan ulang tahunku. Aku ingin mengeluarkan semua amarahku, kesedihanku, semua yang telah aku pendam selama ini di hari ulang tahunku nanti. Aku akan membunuh mereka, mereka yang tidak ingat ulang tahunku. Mereka yang tidak pernah menyayangiku
23.13 WIB
Aku bangun dari tidurku, menyiapkan alat-alat yang akan aku gunakan nanti. Entah itu pisau, kapak,atau jarum suntik milik ayahku. Aku juga menyiapkan kue yang telah ku buat sendiri. Kue sederhana dengan lilin kecil di tengahnya, dengan warna merah darah yang aku dapatkan bahannya di ruang praktik kedokteran ayahku dibungkus dengan plastik yang bertuliskan nama seseorang.Tapi aku tidak perduli itu, aku akan tetap menyiapkannya untuk aku makan nanti tepat jam 12 malam. Aku sempat kebingungan akan menggunakan pisau, kapak, atau jarum suntik itu apa semuanya, entahlah yang pasti aku akan menggunakan salah satu dari alat-alat itu nanti.
23.59 WIB
1 menit lagi ulang tahunku. Aku sudah menyiapkan kue lezat ini di hadapanku. Hanya dengan menghitung detikan saja aku akan meniup lilinnya lalu menyantapnya. 9 8 7 6 5 4 3 2 1 "fiyuhhhh" aku meniup lilinku tepat pada jam 00.00. Kini saatnya dimualai. Aku membuat harapan agar semua amarahku yang telah kupendam selama ini agar terbalaskan. Kemudian aku memakan kuenya dengan lahap walau terasa sedikit amis.00.15 WIB
Aku berjalan ke kamar kakakku dengan pisau yang kugenggam di belakangku. Aku akan membunuhnya terlebih dahulu, karena semasa hidupnya dia selalu membuatku menderita membuat orang tuaku mengabaikanku, kini saatnya untuk membalasnya. Kini aku telah disamping kakakku. Kakakku tertidur sangat pulas, aku mencoba membangunkannya."Kak Dina, bangun" ucapku dengan lembut "Ahhhh apaan sih aku masih ngantuk ngerti ga sih" bentak kakakku masih dalam keadaan menutup mata. "Kakak ingat hari ini hari apa?" tanyaku dengan menyeringai "Ahhh aku sudah bilang aku masih ngantuk Aku tidak perduli sekarang hari apa ngerti" bentak kakakku lagi. Aku hanya menyeringai lagi dan menyiapkan pisaunya untuk segera menusuknya "Sudah pergi sana" bentak kakakku lagi sambil menengok ke arahku dan kemudian aku menusukkan pisauku tepat ke arah mulutnya.
Kuhujamkan pisauku ke mulutnya berkali kali hingga tak terasa pisauku sudah hampir membelah dua kepalanya, darahnya pun bercucuran. Namun Ia masih saja meronta-ronta. Aku pun menusukkan pisauku tepat dijantungnya dan membiarkannya terus menancap. Malaikatpun mencabut nyawanya. Haha teriakku dalam hati akhirnya 1 dendamku terbalaskan.
00.45 WIB
Aku menyiapkan alat yang lain, kapak di genggamanku dan suntikan biusnya di kantung celanaku. Aku menuju kamar kedua orang tuaku. Kebetulan sekali, ayahku sedang berjalan menuju kamar kakakku. Dengan segera aku bersembunyi dan mengendap-endap berjalan di belakangnya. Saat aku sedang mengikutinya. Tiba-tiba ayahku berhenti dan menengok ke arah bawah saat aku telurusi ia sedang memperhatikan jejak kaki berwarna merah (darah kakakku) di lantai "shit" aku lupa untuk membersihkan diriku.Aku pun segera berlari kearah ayahku, sebelum ayahku melihatku. Aku pun mengambil posisi untuk membunuhnya. Ayahku menengok ke belakang "Ayah ingat dengan hari ini?" ucapku ke ayahku sambil mengangkat kapakku "Rani apa yang kau—" Ucap ayahku terpotong, aku telah menebas kepalanya darah bermuncratan dari kepalanya. "Aaaaaa" Teriak ibuku, ternyata ibuku sedang mengamatiku yang telah memotong kepala ayahku.
Aku menghampirinya dan mencoba untuk mengarahkan kapakku ke kepalanya. Tetapi ibuku menahannya "Anak durhaka kau" Teriak ibuku dengan ketakutan dan amarahnya sambil mengeluarkan air matanya. Aku tidak hanya diam, aku segera mengambil jarum suntik dari kantungku. Aku menusukkannnya ke ibuku. Dia tersentak kesakitan dan beberapa detik kemudian dia pingsan. Ternyata obat biusnya bekerja.
Ku seret ibuku ke gudang tempat dimana aku sering meluapkan amarahku. Dimana ada 3 boneka besar yang aku ibaratkan mereka. Saat aku kesal aku berlari ke gudang dan menusuk-nusuk boneka itu. Sekarang aku telah mengikat tangan ibuku dibesi dan kakinya dibesi yang lain. Aku akan menunggunya sampai aku terbangun, dan aku akan menusuk-nusuknya seperti boneka boneka itu.
03.48 WIB
Kini aku telah membawa mayat kakakku dan ayahku tidak lupa dengan kepalanya yang telah terpisah. Mati ataupun hidup mereka selalu menyusahkanku. Ibuku sudah bangun kini ia meronta-ronta dan memaki diriku agar aku melepaskan ikatannya. "Ibu apakah kau tak ingat hari ini hari apa? ucapku dengan polos. "Tidak ingatkan?Hah?" jawabku kini dengan nada yang lebih tinggi. "Eee hmm haaari hahahari" ucap ibuku terbata-bata karena tidak tahu."Lupa ya? hah? Menyayangiku saja tidak pernah bagaimana kamu bisa tahu hari apa ini" bentakku lagi "Kau tak ingat siapa yang kau lahirkan pada tanggal yang sama seperti sekarang? Aku pada tanggal dan bulan yang sama aku telah kau lahirkan? kau tak ingat? hah? Ini hari lahirku" bentakku lagi lebih keras "Mamamaaf ibu tau hari ini kamu berulang tahun tatappi–" Jawab ibuku "Hahaha ya kamu tau karena aku sudah beritahukannya tadi" bentakku lagi. "Kini semuanya sudah terlambat tak ada lagi maaf untukmu ibu, kau telah melupakanku, kini aku akan membalasnya" jawabku sambil mengangkat pisau yang mengkilap di tanganku.
"Jajajangan jangan, ibu mohon jangan nak. Aku sangat sayang padamu." mohon ibuku. "Diamlah Ibu, aku sedang mencoba untuk menikmatinya" ucapku "Tolong maafka–" ucapan ibuku terpotong dengan pisau yang tertancap tepat ke mulutnya yang cerewet, akhirnya tibalah saat dimana aku bisa meluapkan segala amarahku dengan menusuk lubang matanya, kugoyang-goyangkan pisauku keatas dan bawah, ibuku hanya bisa mengeram kesakitan dengan mulut yang bercucuran darah, kemudian aku mengambil pisauku namun bola matanya masih tertancap di pisauku, dengan perasaan sedikit jijik bercampur dengan rasa senang aku melepas pisau itu lalu kuraih kapakku melayangkan memotong kepalanya.
Aku ingin memulai hidup yang baru kembali tanpa keluarga dan sama seperti dulu tanpa kasih sayang. Aku pergi dari rumah dan meninggalkan pesan bertuliskan "Sebenarnya aku sangat menyayangi mereka tapi MEREKA LEBIH BAIK MATI"
Don't forget to give me a star😘
KAMU SEDANG MEMBACA
CreepyPasta
HorrorAlone. Yes, that's the key word, the most awful word in the English tongue. Murder doesn't hold a candle to it and hell is only a poor synonym. Source creepypasta.com and other translate by myself.