Tak ada yang ingin berteman dengan moster sepertiku, aku berbeda dengan mereka.
Mereka tidak menyukai kemampuanku, apa lagi ketika pupil mataku mengeluarkan cahaya biru, kemampuan aneh yang dapat melihat kenangan masa lalu seseorang.
Aku tak mengetahui sebabnya, yang aku ingat saat itu aku dikelilingi api, aku bisa mendengar panggilan ayah dan ibu, tapi api semakin besar dan besar, suara mereka berganti menjadi jeritan parau, dari balik kobaran api aku dapat melihat dia, seseorang dengan senyuman mengerikan di wajahnya, ia menyeringai dalam bayangan, dan semuanya menjadi gelap.
Setelah kejadian mengerikan itu, aku kehilangan kedua orang tuaku, hidupku semakin hancur dengan tidak adanya teman yang kumiliki.
.
Sepuluh tahun tak terasa sudah ku lewati, aku masih dengan kehidupan minimku, berjalan menyusuri jalanan kota ini seperti biasanya, aku pergi ke toko terdekat untuk membeli mie instan, malam itu sangat sunyi, pengunjung toko pun tidak terlalu banyak dan disana lah aku bertemu dengan seseorang.
Dia adalah pesuruh Mila, orang yang saat ini berada di hadapanku, satu-satunya orang yang menghargai keberadaanku di dunia ini, seseorang yang aku rasa seusia dengan ibuku jika saja dia masih hidup.
Mila merawatku, memberiku tempat tinggal dan membiayai sekolahku.
Aku sangat menyayangi Mila, ia orang baik, aku rela melakukan apapun untuknya.
.
Saat aku lulus sekolah, Mila memanggilku, dan untuk pertama kalinya aku hanya berada 5 meter darinya.
Semua pesuruhnya berbaris mengelilingiku, sempat ada rasa takut yang menghantuiku, namun aku tak memikirkannya.
Mila berdiri dari kursinya, aku dapat melihat wajah cantiknya saat ia membuka topeng yang selama ini menutupi wajahnya, ia berjalan mendekatiku.
Untuk pertama kalinya jantungku berdebar sangat cepat, ku rasakan darahku mendidih, peluh dingin mengalir berjatuhan.
Aku tak menyangka Mila terlihat sangat muda, dan aku pun terpesona olehnya.
Mila menatapku tajam, matanya sungguh sangat indah, aku memperhatikan wajah cantik itu dan aku rasa aku jatuh cinta kepadanya.
.
Sesaat setelah ia menatapku, ia membalikan tubuhnya, ia berjalan menuju salah satu pesuruhnya, aku tak dapat mendengar apa yang mereka bicarakan tapi aku yakin mereka membicarakanku.
Saat Mila melangkah memasuki kamar mewahnya, pesuruh itu menghampiriku, ia menyuruhku untuk mengerjakan suatu misi.
Ia menceritakan secara rinci apa yang harus kulakukan, awalnya aku menolak bahkan aku hampir muntah mendengarnya namun pesuruh itu berkata bahwa jika aku menolak, itu akan membuat Mila kecewa.
.
Pikiranku mulai kacau, aku masih mempertimbangkan misi menjijikan itu, aku sangat takut, aku merasa tubuhku bergetar hebat tapi mau bagaimana pun Mila adalah orang yang membuat hidupku lebih baik.
Dengan rasa berat hati aku mengiyakan perintah tersebut dan bergegas menuju lokasi yang diperintahkan. Aku mengendap-mengendap dan memakai topengku, mengeluarkan katana yang menjadi simbol di kediaman Mila.
Saat semuanya telah siap, aku berjalan perlahan masuk ke dalam rumah itu, terus menyelinap hingga sebuah suara terdengar dari balik tembok tempatku berdiri.
Aku dapat mendengar tawa canda keluarga itu, tanganku sempat melemas dan tekadku sempat hilang namun terdengar sebuah suara indah "Kau bisa Dion". Jantungku berdegup, sekarang yang ada di pikiranku adalah membahagiakan Mila.
Aku mendobrak masuk, kulihat wajah mereka mulai gelisah, pria dari keluarga tersebut berusaha menghadangku, namun ku ayunkan katanaku dan membelah tubuhnya menjadi dua bagian, suasana menjadi tegang, wanita dihadapanku menjerit histeris, ia menghampiri mayat pria itu, dan tanpa pikir panjang aku mengayunkan kembali alat di tanganku dan...
Zrashhhh!!!!
Kepala wanita itu menggelinding tepat ke pangkuan anak laki-laki yang menatapku dengan air mata yang terus berlinang, "Dua hati sudah cukup." pikirku, aku pun membekap anak itu dan membiarkannya hidup.
.
Aku menyeret kedua mayat itu menjauhi tubuh anak laki-laki yang tak sadarkan diri itu. Aku menyeretnya dengan susah payah dan sebuah mobil pan hitam pun muncul.
Aku dan kedua pria berbaju hitam memasukan kedua mayat itu ke dalam mobil dan mobil pun melaju cepat.
Sesampainya di kediaman Mila, kedua mayat itu dibawa menuju gudang belakang dan seorang pesuruh menuntunku untuk masuk ke dalam kamarku.
.
Telepon kamarku berdering, aku mengangkatnya dan itu dari Mila. "Di, terima kasih, aku tahu kamu bisa, sebagai hadiahnya bisakah kamu ke kamarku sekarang".
Aku masih memegang gagang telepon dan merasakan jantungku yang hampir meledak, tanpa membuang waktu, aku bergegas menuju kamar Mila.
Aku merapikahkan rambutku, dan mengetuk pintu besar itu, pintu itu terbuka perlahan, aku pun terpaku.
Aku melihat Mila dengan balutan gaun merah yang sangat menggoda, ia menatapku dengan mata indahnya, tanpa ku sadari kakiku melangkah mendekatinya.
Mila kini berada dihadapaku, dia sungguh sangat cantik, bahkan aku merasa aku tak dapat bergerak saat itu, Mila tersenyum simpul, ia menarik katana yang berada di pinggangku keluar dari sarungnya, dan ia berbisik "aku ambil milikku ya Dion".
Aku semakin terpaku dan tubuhku terus gemetar, sampai-sampai bibir ini tak mampu mengeluarkan kata-kata.
Mila tersenyum semakin lebar dan perlahan aku melihatnya menyeringai, tangannya meraih tanganku dan semuanya pun tergambar dengan jelas di kepalaku.
"Aku hanya butuh hati kalian, jadi berhentilah memberontak!!!"
"Wanita iblis, aku harap kau mati!!!"
"Ayah ibu!!!" aku tersentak, pandangan itu pun menghilang, aku memegangi kepalaku yang terasa sangat sakit, aku dapat melihat kejadian itu, Mila ada disana, memenggal kepala kedua orang tuaku. Aku masih dalam keadaan syok dan berusaha menenangkan diri, aku mengangkat kepalaku, dan menatap tajam Mila.
Ia masih berdiri di hadapanku, menyeringai seperti saat itu, namun satu hal yang tak ku sadari adalah sebuah pedang panjang yang menembus dadaku.
Mila terkekeh dan aku masih dapat merasakan tubuhku yang dikoyak paksa, pandanganku mulai kabur dan sebuah suara terdengar "Seharusnya kau membawakanku tiga hati, sayang."
KAMU SEDANG MEMBACA
CreepyPasta
HorrorAlone. Yes, that's the key word, the most awful word in the English tongue. Murder doesn't hold a candle to it and hell is only a poor synonym. Source creepypasta.com and other translate by myself.