Pada tahun 1985, terdapat seorang wanita tua yang lumpuh dari pinggang ke bawah dan tinggal sendiran di sebuah mansion berlantai dua.
Sejak kematian suaminya, ia memiliki seorang perawat yang mengunjunginya setiap hari untuk membantunya beraktivitas karena ia benar-benar tidak bisa bergerak. Ia juga tidak bisa merawat dirinya sendiri.
Kedua lantai di mansionnya tersebut hanya dihubungkan oleh sebuah tangga tua, dan itu adalah salah satu hal yang membuatnya kesulitan. Karena saat si wanita tua itu harus pindah ke lantai lainnya, sih perawat harus mengangkatnya lalu membawa tubuhnya yang lemah seperti bayi, baik naik maupun turun tangga.
Suatu hari, kantor polisi menerima panggilan telepon mengenai adanya pembunuhan dari rumah sang wanita tua tersebut. Namun saat itu beberapa unit polisi sedang menangani kasus lainnya sehingga mereka hanya mengirimkan seorang detektif untuk memeriksa tempat kejadian perkara.
Beberapa saat kemudian sang detektif pun tiba, ia menemukan sang perawat sudah tergeletak di lantai yang penuh dengan genangan darah, lengan dan kakinya berada dalam posisi yang tidak wajar dan terdapat sobekan besar di lehernya.
Diatas tangga ternyata ada si wanita tua yang sedang duduk di kursi rodanya seraya memperhatikan sang detektf, ia hanya diam dan terlihat sangat terkejut.
Si detektif sama sekali tidak mencurigai wanita tua itu, karena tidak mungkin dia menjadi tersangka dengan kondisi seperti itu. Kejadian ini hampir mirip dengan kematian suaminya beberapa tahun yang lalu. Laki-laki itu mati lemas dalam tidurnya saat berada di lantai bawah dan istrinya dengan penuh ketakutan menelepon ke kantor polisi.
Dengan menggunakan sarung tangan sang detektf mulai mengambil foto korban. Ia juga mengumpulkan bukti-bukti yang ada, kemudian menutup mayat si perawat sampai petugas koroner datang. Ia mencari ke setiap ruangan di lantai bawah untuk mencari petunjuk.
Lalu, ia bertanya pada si wanita tua apakah ia boleh melihat ke lantai atas. Wanita tua itu pun bersikeras bahwa ia berada di lantai atas sepanjang waktu. Tapi si detektif tidak peduli, ia tetap menaiki tangga sementara si wanita tua di atas kursi roda bergeser dengan ragu-ragu.
Di dekat tangga ada sebuah koridor sempit dengan tiga pintu yang tertutup. Sang detektif pun memeriksa semua ruangan, namun ternyata semuanya kosong, tidak ada apapun, di kamar mandi juga tidak ada apa-apa.
Ia mulai gelisah saat melangkahkan kakinya secara perlahan-lahan ke kamar terakhir dimana si wanita tua biasa tidur. Ia membuka pintunya, namun segalanya tampak normal. Ada ranjang, meja tidur dengan lampu, dan lemari. I memeriksa setiap dinding ruangan tersebut, tidak lama kemudian sang detektif menyadari sesuatu yang membuat dirinya ketakutan. Dia ketakutan bukan karna apa yang dia temukan, melainkan karena apa YANG TIDAK DIA TEMUKAN. Dan itu merupakan detail kecil yang tidak mereka sadari saat melakukan investigasi terhadap kasus kematian sang suami.
Sang detektif menyadari bahwa tidak ada telepon di lantai atas. Detektif tersebut secara perlahan-lahan menarik pistolnya dan ia langsung berlari ke arah koridor, dan tiba di ujung koridor yang ia temukan hanya kursi roda yang kosong
Don't forget to give me a star😘
KAMU SEDANG MEMBACA
CreepyPasta
HorrorAlone. Yes, that's the key word, the most awful word in the English tongue. Murder doesn't hold a candle to it and hell is only a poor synonym. Source creepypasta.com and other translate by myself.