Gila penderitaan gue belum berenti sampe situ aja. Hari pertama MOS gue jadi bahan bullyan kakak kelas gue. Sial! Gue harus banyak bersabar kalo kayak gini terus.
Berhubung gue nerd jadi gak ada anak-anak yang mau temenan sama gue. Tapi ada satu anak yang mau ngajak gue ngobrol selama pelaksanaan MOS hari ini. Kalau gak salah namanya Kania Aurellia.
“hai” sapa Kania.
“hmm, hai juga” balasku
“namaku Kania Aurellia, kamu siapa?”
“aku Kataya Aghata -nama samara gue-”
Kemudian hening melanda kami berdua. Karna gue merasa agak canggung sama Kania, akhirnya gue membuka suara untuk bilang kalo gue mau masuk kelas.
“sorry ya Kania, aku mau ke kelas dulu”
“ehh.. emm okey”
Setelah itu gue langsung berjalan menuju kelas gue yang terletak di lantai 3. Gue menyusuri koridor sambil menundukan kepala. Gatau kenapa gue jadi minder sendiri liat penampilan temen-temen gue yang begitu mewahnya. ‘Stop it Carolline! Lo itu lagi dalam misi penyamaran okey!’ teriak hati gue. Okey gue gak boleh minder liat mereka, tekad gue.
Setelah jalan sekian lama akhirnya gue sampai didepan kelas gue. Gue langsung masuk dan mencari tempat duduk gue. Disini system tempat duduknya sesuai dengan absen. Absen gue 14, berarti gue duduk sama absen 13 di barisan tengah-tengah. Tempat yang cukup nyaman menurut gue. Tapi di meja sebelah gue belum ada yang nempatin. Mungkin orangnya masih dilapangan kali, pikir gue singkat.
Gue pun memperhatikan seisi kelas, kelas yang lumayan bagus dan cukup besar menurutku. Hampir sama dengan ruang kelas di sekolah gue yang dulu, namun yang ini lebih besar. Kelas gue menampung sekitar 30 siswa. Setelah bosan memperhaikan luas ruang kelas, gue memutuskan untuk mengambil novel yang selalu ada di dalam tas gue.
Belum lama gue membaca-baca novel, gue merasa ada seseorang yang duduk di bangku sebelah. Mungkin teman sebangku gue. Kemudian gue langsung menutup nove yang tadi gue baca dan mendongak kan kepala agar bisa melihat siapa yang duduk di bangku sebelah gue.
Betapa terkejutnya gue, ternyata yang duduk dibangku sebelah gue adalah Kania. Dia juga sama terkejutnya melihat gue. Tapi gue berusaha menguasai keterkejutanku.
“hai” sapaku kikuk
“hai juga Kataya” jawab Kania sambil mengembangkan senyum terbaiknya
“kamu masuk kelas ini juga?” bodoh sekali kau Carolline, rutukku dalam hati. sudah jelas-jelas Kania duduk disampingmu.
“eh.. iya” jawabnya kikuk.
Kami kembali terdiam, menyelami pikiran masing-masing. Sampai tiba-tiba Kania membuka suara.
“hmm namamu Kataya bukan?” tanyanya dengan nada agak ragu
“iya, memangnya kenapa?” tanyaku sedikit bingung
“tidak apa, tapi rasanya aku seperti pernah melihatmu” jawabnya
“benarkah? Dimana?” tanyaku agak penasaran
“di televisi, mukamu mirip dengan anak pengusaha terkaya di Indonesia, Carroline Santiago.”
“be—benarkah?” aku bertanya dengan gugup
“iya, namun Carolline tidak menggunakan kacamata hipster sepertimu”
‘Syukurlah dia tidak terlalu memperhatikanku secara detail’ batinku
“ah mungkin saja kamu salah, mana mungkin mukaku mirip dengan Carolline, dia kan anak pengusaha kaya raya, sedangkan aku anak biasa-biasa saja.” Jawabku sekenanya.
“mungkin ya, mungkin aku salah. Mana mungkin Carolline mau sekolah disekolah seperti ini. Ia kan kaya raya mungkin saja ia melanjutkan studynya di luar negeri.”
“itu bisa jadi alasan.” Kataku sambil tersenyum kecut.
“oiya, kenapa kau mau berbicara dengan seorang nerd sepertiku?” tanyaku lagi
“hmm, aku pikir kau membutuhkan teman untuk berbicara” jawabnya
“jangan bilang kau hanya kasihan melihatku yang tak punya teman?” sanggahku
“tidak.. tidak.. bukan seperti itu maksudku. Aku pikir mungkin kau anak yang baik, sehingga aku mau mengajakmu berbicara.”
“yakin kau mau berbicara denganku tulus? Tidak ada maksud karna kasihan?”
“tidak sama sekali Kataya, sejujurnya aku ini termasuk anak yang susah untuk bergaul juga. Jadi jarang sekali aku bisa memiliki teman” katanya dengan jujur.
“kau serius? Kau kan cantik, pasti banyak yang mau berteman denganmu, berbeda sekali denganku.”
“ya begitulah. Mungkin aku memang cantik, tapi aku terlalu pendiam, sehingga aku agak sulit untuk berteman. Disekolah lamaku, aku selalu menyendiri. Jarang sekali yang mau berbicara padaku. Kebanyakan dari mereka berbicara padaku juga jika ada perlu saja.” Tuturnya panjang lebar,
“mungkin kita bisa menjadi teman?” tanyaku sedikit ragu
“benarkah? Kau serius mau menjadi temanku?” Tanyanya dengan nada tak percaya
“hmm yaa.. asalkan kau tak malu saja berteman dengan seorang nerd seperti aku ini.”
“oh ayolah, baru kali ini ada yang menawarkan padaku untuk menjadi temannya. Aku tidak akan pernah malu berteman denganmu. Kita kan harus berteman pada siapa saja tanpa pandang bulu.”
Astaga Kania begitu baik. Mungkin aku bisa mempercayakannya sebagai teman pertamaku disini. Semoga saja begitu sampai seterusnya.
*************************************************************************************
Ahoyyyy, gimana-gimana? Bagus gak? Gak ya? Yaudahlah gapapa, yang penting aku udah usahain yang terbaik hehehe
Jangan lupa vote dan comment terus yaaa... Yang mau kasih saran juga boleh kokk, kritik? Boleh juga :D bebas kalian mau kasih masukan, kritik dan saran apapun
Salam Penulis ~CV~
PIC: Kania Aurellia

KAMU SEDANG MEMBACA
Behind The Glasses
Teen FictionBingung? Sudah pasti. Awalnya aku merubah penampilan hanya untuk mencari "Real Friend" Tapi apa jadinya jika aku juga bertemu dengan jodohku berkat penampilanku ini? Tapi siapa yang akan menjadi jodohku? Dia atau Dia?