Jung Yong Hwa menghentikan ocehannya, lalu dipandangnya wajah gadis di depannya tajam. Gemas. Controllership-nya J.B. Herkert itu nampak lebih menarik minatnya, daripada ceritanya baru saja. Kisah yang bernada keluhan. Siapa yang sudi mendengar.
Tapi justru ia berani mengeluh, karena gadis ini biasanya selalu mau menjadi pendengar setianya.Beberapa saat suasana hening. Park Shin Hye, nama gadis bermata bulat dan berambut lebat itu, mengangkat wajah. Menatapnya, lalu seulas senyum merekah dari bibir merahnya.
"Dan kau tidak setuju dengan keputusan Seohyun?" tanyanya.
"Ya." tukas Yong Hwa agak terhenyak, ia sedang menatap dalam wajah cantik di depannya, yang sebelumnya tidak ia sadari bahwa paras itu begitu cantik. Maklum, mereka sudah bersahabat sejak SMP dan rumput tetangga selalu tampak lebih hijau daripada rumput di taman sendiri. Perumpamaan hatinya terhadap Shin Hye.
"Lalu kalian bertengkar?" tanyanya lagi seraya bangkit. Menyimpan kembali buku setebal kurang lebih 1000 halaman itu ke tempatnya semula. Di barisan buku-buku teori akuntansi.
"Karena rasanya aku mulai bosan dengan kesabaranku selama ini. Sejauh ini aku tidak pernah rewel dengan apa pun yang dia inginkan."
Senyum di bibir gadis itu terkuak lagi, kian lembut dan makin meneduhkan. Yong Hwa menatapnya lagi dalam.
"Atau barangkali karena kau terlalu sabar sehingga terkesan kau mengabaikannya. Sebab ada kalanya kita itu memerlukan kritik dari pasangan kita. Bukan semata kata... oke, setuju, terserah... atau hal-hal semacamnya. Dan kukira, Seohyun memerlukan itu darimu, sehingga dia merasa kau memperhatikannya."
Yong Hwa menyeringai masam, lalu kilahnya :
"Jadi yang kulakukan semuanya salah."
"Bukan itu maksudku. Tidak salah kau banyak bersabar untuk dia, tapi tidak cukup hanya sebatas bersabar. Justru yang Seohyun inginkan nampaknya keterbukaan. Yaitu jika memang kau tidak suka dengan yang dia lakukan, katakan saja tidak. Jangan iya tapi hatimu dongkol." urai Shin Hye menasehati. "Artinya kalian harus banyak berdiskusi, Yongie. Jangan biarkan kesibukan menyita waktu yang kalian miliki." lanjutnya. Yong Hwa terdiam.
"Atau sebaiknya aku akhiri saja semuanya." Yong Hwa berujar putus asa.
"Hust! Jangan sembarangan bicara. Kau dulu yang menginginkan dia, jangan sampai dia mendengar kata itu dari mulutmu." hardik Shin Hye sambil membereskan buku-buku yang akan dibawanya pergi.
"Karena kau yang menolakku duluan, makanya aku memilih dia." sambung Yong Hwa turut berdiri, melihat Shin Hye yang kemudian berdiri seraya mendekap modul dan buku-bukunya.
Sejurus kemudian ia melenggang anggun meninggalkan ruang baca perpustakaan yang tetap senyap meski dikunjungi banyak orang. Yong Hwa berjalan di belakangnya.Sepanjang jalan keluar dari perpustakaan lalu menyusuri jalan menuju tempat parkir, Shin Hye terus menganggukan kepala membalas anggukan mahasiswa yang menyapanya dengan anggukan serupa. Mereka tampak takjim terhadapnya, mahasiswa dan mahasiswi. Yong Hwa menjajari langkahnya.
"Kau tampak sangat dihormati mereka." komentarnya menyaksikan hal itu.
"Aku dosen pavorite di sini, wajar disukai mahasiswa." canda Shin Hye.
"Wah... aku mendengar suara kesombongan."
Shin Hye tersenyum manis.
"Well, Jung Yong Hwa geonchungga-nim. Kita berpisah di sini. Masih ada pertemuan yang harus kuhadiri, aku sedang ditunggu di kantor direktorat." pamit Shin Hye menekan kunci mobilnya.
"Kapan kita bisa bertemu lagi?" tanya Yong Hwa tampak tidak rela mereka berpisah.
"Kita sudah 3 kali bertemu dan kau masih mengulang-ulang cerita yang sama padaku. Nanti lagi cari topik yang lebih up date saat kita bertemu."
"Kapan itu?"
"Mmh.... nanti aku kabari lagi, eoh?" Shin Hye sudah menaiki roda empatnya.
"Jangan terlalu lama.."
"Aku ngeri untuk sering-sering bertemu kau."
"Wheo?"
"Takut ada yang menyampaikan pada Seohyun." senyum Shin Hye seraya menyalakan mesin mobil.
"Ish..!"
"Bye, Yong!"
"Nde."
Shin Hye kemudian melajukan mobilnya. Yong Hwa menatap hingga roda empat itu hilang dari pandangannya.
📚Jung Yong Hwa tiba di rumah, saat langit mulai redup. Sepi. Kemana semua orang?
Ia menjatuhkan tubuh lelahnya di atas pembaringan. Tubuh dan hatinya terasa lelah. Malam ini sebenarnya Seohyun meminta dirinya datang untuk memperingati kepergian mendiang kakeknya. Tapi dengan sejuta alasan ia berhasil menolak. Seo Jung Hyun, adalah tunangannya. Namun belum genap setahun mereka bertunangan, Yong Hwa sudah merasa bosan.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Heart That Hurts
RomanceBeberapa part dalam ff ini dihapus, karena versi buku sedang dalam proses cetak. Sering kali kita tidak menyadari sesuatu memiliki arti hingga dia hilang tak tahu rimbanya. Begitu pun dengan perasaan, sering kali kita abai dan meremehkan hingga kita...