Episode 16

633 104 8
                                    

Shin Hye melangkah dengan gontai menuju tempat parkir, Yong Hwa sudah menunggunya disana setelah Shin Hye tidak menyahuti sambungan teleponnya beberapa kali.
"Aku sudah tahu apa yang terjadi, kau tidak harus menghindariku. Kita bisa bicara baik-baik." todongnya begitu Shin Hye tiba dan nyaris balik lagi.
"Mianhe, aku tidak punya pilihan." ujar Shin Hye.
"Bisa kita pergi ke suatu tempat untuk bicara?"
Shin Hye menggeleng. "Maaf, Yong Hwa-ya! Aku tidak ingin merubah hatiku lagi. Aku sudah sangat bersalah pada Rae Won Oppa."
"Aku juga bukan ingin memaksamu, aku hanya ingin bicara."
"Aku harus ke RS. Mianheyo." Shin Hye segera melangkah mendekati mobilnya. Yong Hwa tidak bicara lagi.

Shin Hye meninggalkan Yong Hwa yang masih menatapnya dengan pilu. Ia sendiri beruraian air mata kala menancap gas meninggalkan pelataran parkir kampus. Hatinya bukan menginginkan apa yang dilakukannya. Hatinya menginginkan berbicara dengan lelaki itu. Menyatakan jika sedikit pun hatinya tidak berubah padanya. Namun apa daya? Yong Hwa datang sangat terlambat.

Di RS calon ibu mertuanya sedang dilakukan pemeriksaan oleh dokter. Rae Won yang menemaninya.
"Karena suatu alasan, selanjutnya ibu Anda akan ditangani oleh rekan kami, Tuan. Beliau saat ini sedang di perjalanan." ujar dokter yang menangani ibunya kepada Rae Won.
"Apa beliau sama hebat dengan Anda, dokter?" tatap Rae Won. Pria sepantarnya itu mengurai senyum dalam.
"Beliau lebih hebat dari saya. Saat ini beliau selesai melaksanakan tugas sebagai dokter utusan dari Jepang."
"O, nde. Baiklah, dokter. Terima kasih banyak." angguk Rae Won.
"Ibu menunjukan progres yang baik. Mohon dijaga semangatnya."
"Nde, aguesmidha."

Rencana pesta pertunangan yang sedianya akan dihelat akhir minggu ini, terpaksa juga mundur sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Sebab kondisi ibunya Rae Won masih belum memungkinkan untuk mengikuti pesta.
Shin Hye setiap hari menjenguknya ke RS.

Dan di hari ke-4 calon ibu mertuanya dirawat, Shin Hye dibuat kaget oleh calon ibu mertuanya yang menangis keras saat dokter wanita itu memeriksanya.
"Anda masih ingat aku, Eommonim?" tanya sang dokter.
"Han Yoo Jeong." ucapnya tidak terdengar jelas.
"Nde. Betul sekali, Eommonim. Syukurlah Eommonim masih mengingatku." dokter cantik itu lalu memeluk Eommonim yang juga mengangkat tangannya minta dipeluk. Lalu meraung menangis.
"Ini ibu teman SMA-ku. Apakah Agashi...?" dr. Han Yoo Jeong menoleh pada Shin Hye yang menghampiri mereka sambil kaget.
"Oh, nde. Saya..."
"Park Shin Hye, ca-lon tu-na-ngan Ra-e Won." Eommonim menjelaskan.
"Oh, perkenalkan. Han Yoo Jeong. Dokter yang selanjutnya akan menangani calon mertua Anda." Dia mengulurkan tangannya. Segera Shin Hye menerima uluran tangan dokter cantik itu.

Lebih terasa ringan dan lebih menenangkan ketika dokter yang merawat calon mertuanya adalah orang yang kenal baik dengan Eommonim. Sebab dia jadi sangat memperhatikannya. Ditambah mereka lama tidak bertemu. Sejak dia dengan Rae Won menyelesaikan SMA-nya, baru sekarang lagi bertemu. Setelah Yoo Jeong jadi dokter spesialis syaraf.

Dan luar biasa, sejak ditangani Yoo Jeong, Eommonim menunjukan progres yang luar biasa. Dia bahkan sudah diijinkan pulang, tinggal nanti kontrol ke RS sambil melakukan therapy berjalan dan menggerakan tangannya sebelah kanan yang masih lemas.
Kondisi Eommonim saat meninggalkan RS tidak sehat sempurna. Melainkan sebelah tangan dan kakinya lemas sehingga tidak bisa berjalan. Hal ini membuat rencana pesta pertunangan Rae Won dan Shin Hye masih tertunda. Tentu saja Shin Hye akan setia menunggu, sampai calon ibu mertuanya dapat mengikuti.
📚

Shin Hye baru keluar dari kelas sore itu saat tidak sengaja berpapasan dengan Yong Hwa di jalan menuju aula. Awalnya keduanya tampak tidak peduli, tapi Yong Hwa akhirnya menyambar tangan Shin Hye. Merasa tidak tahan dengan suasana kaku yang terbangun.
"Sekali saja mari kita bicara, Shin Hye-ya! Aku bukan ingin mengacaukan rencana pertunangan kalian." ucapnya.
Shin Hye yang merasakan hal yang sama akhirnya tak bisa menolak.

Mereka kemudian menuju sungai Han.
"Bukankah aku sudah bilang, bagaimana pun akhir hubungan kita, kita akan sering bertemu sebab proyek yang tengah kutangani membutuhkan waktu cukup lama untuk menyelesaikannya. Kau jangan merasa bersalah padaku, Shin Hye-ya." ucap Yong Hwa setelah mereka duduk di bangku di pinggir sungai.
"Maaf, karena aku mengingkari janjiku."
"Aniya, bukan kau yang salah tapi aku. Aku datang bukan disaat yang tepat."
"Aku tidak bisa melawan takdirku, Yong Hwa-ya." Shin Hye menatap wajah pria yang sangat dicintainya itu dengan mata yang berkaca-kaca.
"Jangan menangis. Aku akan bahagia jika kau bahagia. Aku tahu Kim Gyuso-nim orang baik. Dan Tuhan tahu yang terbaik untuk kita."
Mendengar penuturan itu air mata Shin Hye malah semakin deras mengalir. Ia menunduk menyeka air matanya. Tapi lalu Yong Hwa mengangkat dagu Shin Hye, air matanya yang membanjir itu lantas ia hapus dengan jemarinya.

Di kejauhan, di dalam mobil, sepasang mata mengawasi mereka berdua. Ia melihat mobil Shin Hye dan mobil Yong Hwa beriringan keluar dari kampus. Dirinya yang baru memasuki gerbang kampus, tergoda untuk membuntuti mereka berdua. Sepertinya mereka bukan menuju tempat berbeda. Benar saja, mereka berdua menuju tepi sungai Han.

Awalnya mereka terlihat berbicara biasa, tapi lalu tangan Yong Hwa terlihat menghapus wajah Shin Hye. Dan sekarang mereka terlihat berpelukan.
Rae Won menghela napas dalam sambil meletakan kepala pada kedua tangannya yang disilangkan di belakang. Mereka tampaknya saling mencintai begitu dalam. Keduanya tampak terluka saat menghadapi acara pertunangannya. Tapi hari pertunangannya itu sepertinya semakin pasti sebab kondisi kesehatan Eommoni sudah semakin baik. Rae Won akhirnya menyalakan mesin mobil, lalu melaju meninggalkan sungai Han.
📚

Eommoni sedang dianamnesa Yoo Jeong saat Rae Won menghampirinya ke tempat therapy. Tadi yang mengantarkan Abeoji, tapi lalu menyuruhnya menjemput selesai Eommoni mengikuti therapy.
Dia berdiri dari kejauhan memperhatikan yang dilakukan dokter terhadap pasiennya. Melatih jalan.
"Pegang tanganku, Eommonim! Nde. Bagus, Eommonim. Tahan...! Bagus! Eommonim pintar!" teriak Yoo Jeong membuat wanita lumpuh sebelah itu tersenyum bahagia. Tawanya keras khas penderita stroke. Membuat Rae Won pun mengembangkan senyumnya, antara sedih dan bahagia dengan semangat ibunya untuk sembuh.

Rae Won menghampirinya sambil bertepuk tangan.
"Aigo... ibu siapa yang pintar itu, Yoo Jeong-ah?" tanyanya.
"Rae Won.." lirik ibunya.
"Eommoni keren! Bukan begitu, Yoo Jeong?" Rae Won mengacungkan jempolnya.
"Sangat keren." dokter cantik itu turut mengacungkan jempol.
Dia tertawa sambil menyeka air liurnya yang mengalir tanpa dapat ditahan di bibirnya yang mencong ke kanan.
"Eommonim setiap hari berlatih keras, sebab sudah tidak sabar ingin segera menyaksikanmu bertunangan, Rae Won-ah. Bukan begitu, Eommonim?" tanya Yoo Jeong seperti bertanya kepada anak kecil.
"Nde. Tapi..." wajah Eommoni berubah serius menatap Yoo Jeong dan anaknya bergantian.
"Whe, Eommonim?" Yoo Jeong menekuk lututnya mensejajarkan tubuhnya dengan Eommoni.
Wanita stroke itu mengambil tangannya dan tangan Rae Won lalu ia satukan.
"Eo-mmo-ni i-ngin ka-li-an ber-tu-nang-an." ucapnya membuat seketika Rae Won dan Yoo Jeong melepaskan tangan mereka yang bertumpukan dalam genggaman ibunya.
"Apa maksud, Eommoni?" senyum Rae Won.
"Rae Won sudah punya calon, Eommonim." imbuh Yoo Jeong pula.
"Eo-mo-ni i-ngin ka-li-an ber-tu-nang-an." ulangnya membuat mereka saling pandang.
"Oke, yang penting Eommonim segera sembuh." angguk Yoo Jeong. Wanita tua itu tersenyum senang.

Merasa tidak enak hati dengan keinginan ibunya, Rae Won minta teman masa remajanya itu meluangkan waktu setelah ia mengantarkan ibunya pulang. Ia harus membicarakannya dengan Yoo Jeong. Jangan sampai Yoo Jeong jadi memikirkannya dan menganggap omongan ibunya itu serius.
"Apa aku harus datang ke rumahmu? Atau kita bertemu diluar?" tanya Rae Won setelah ibunya aman di dalam mobil. Yoo Jeong mengantarnya sampai mobil, sebab Eommoni menginginkan itu.

Bersambung...

Secercah harapan untuk yongshin, readers. Moga aja Rae Won menerima usul ibunya.

Cuma masalahnya, apa dr. Yoo Jeong juga masih single...???

Let's check the story next !

A Heart That HurtsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang