Episode 7

779 128 12
                                    

Shin Hye melajukan roda empatnya dengan perasaan tak menentu. Benarkah yang telah Yong Hwa katakan itu? Dirinya melakukan semuanya itu? Apa ia sedang khilaf hingga ia bersikap kejam akan yang Yong Hwa lakukan terhadapnya?

Astaga! Sulit dipercaya dan sangat sulit untuk memahami. Shin Hye meletakan tas di atas mejanya lalu ia diam melamun. Benaknya terbang jauh ke masa lalu, mencoba mengingat masa itu dengan baik. Kapan persisnya ia pernah mengabaikan Jung Yong Hwa dan tidak hirau dengan perasaannya? Ia tidak ingat, benar-benar lupa.

"Kau mungkin lupa, sebab jika saja ingat apa yang telah kau lakukan padaku, kau tidak harus merasa sakit hati atas perlakukanku padamu." jelas Yong Hwa tadi.
"Apa memang yang telah kulakukan padamu?"
"Kau melukai hatiku, kau mengabaikan perasaanku dan kau membuatku kecewa hingga aku ingin membalas semuanya itu."
"Katakan lebih jelas, aku sama sekali tak paham!"
"Kau membuang bunga yang sengaja aku bawa untukmu?"
"Bunga?"
"Tapi aku memaafkanmu untuk hal itu. Kau juga berulang kali menolak perhatianku, terakhir kau menolak perasaanku."
Shin Hye diam. Berpikir dalam.
"Tahun pertama kita di SMP. Kau melakukan itu semua padaku."

Tahun pertama, artinya saat baru masuk SMP. Astaga! Di tahun pertama, ada seorang siswa berkaca mata yang masuk terlambat. Dia telat sekitar 2-3 bulan. Sebab dia siswa pindahan dari luar negeri. Di tahun itu pula di semester pertama, Shin Hye kehilangan Baek Hyun. Yang tanpa kabar berita tiba-tiba pindah sekolah mengikuti orang tuanya ke Jepang.
Baek Hyun adalah sahabatnya sejak Sekolah Dasar. Mereka tinggal bertetangga dan bersahabat sejak kecil. Di tahun pertama itu ia tidak bisa memikirkan apa pun setiap harinya selain rasa kecewanya yang mendalam ditinggal sahabat yang tanpa kabar berita. Mana ia ingin peduli dengan anak baru yang begitu penuh perhatian terhadapnya.

Saat ia memenangi lomba melukis di sekolahnya, dan anak baru itu memberinya seikat bunga. Ia langsung membuangnya di hadapan orang itu sebab biasanya Baek Hyun yang melakukan itu. Ia tidak suka saat ada orang yang meniru Baek Hyun bersikap terhadapnya. Terlebih ia berani menyatakan perasaan hatinya disaat ia masih belum dapat move on dari seorang Baek Hyun. Pada kesempatan yang lain, saat ia mulai bisa menerima kepergian sahabatnya itu, pernyataan serupa diulang oleh pemuda itu.
"Kenapa kau selalu menggangguku? Aku tidak pernah memikirkan siapa pun di hatiku. Dan aku tidak akan memberikan hatiku ini kepada siapa pun. Terlebih kepadamu. Kau paham?"
Seperti itu jawaban pedas Shin Hye atas yang Yong Hwa lakukan, yakni menyampaikan perasaannya. Membuat Yong Hwa kapok untuk berharap lagi. Jung Yong Hwa. Pemuda berkaca mata itu.

Tapi siapa menduga keadaan kemudian berbalik. Shin Hye yang akhirnya dapat melupakan Baek Hyun seutuhnya mulai membuka hati terhadap Yong Hwa ketika SMA. Tanpa sadar kehampaannya ditinggalkan Baek Hyun terobati dengan pemuda yang mengubah penampilannya saat masuk SMA. Yong Hwa melakukan operasi mata di US ketika libur sekolah. Saat kembali ke sekolah seusai libur ia melepas kaca matanya. Dan agaknya hal inilah yang membuat Shin Hye lupa dengan si kaca mata yang telah ia lukai perasaannya.

Shin Hye mengurut kepalanya yang tiba-tiba terasa berat. Pantas dengan enteng Yong Hwa katakan :

Karena kau yang menolakku duluan, maka aku memilih dia.

Ia kira Yong Hwa bercanda saat mengatakan itu kepadanya. Rupanya ia telah melupakan lembaran penting pada buku perjalanan hidupnya. Ia telah melukai Yong Hwa membuat pemuda itu berpikir untuk membalas semua perlakuannya.

Shin Hye memukul kepalanya sendiri. Selama 10 tahun ia merasa Yong Hwa telah sangat melukainya, tanpa ia ketahui ia pun telah melakukannya lebih dulu terhadap pria itu.

Ia hanya mengingat Yong Hwa yang sangat marah saat ia salah memilihkan kado ketika Seo Hyun berulang tahun. Tanpa ia sadari ia yang dengan arogan sengaja membuang bunga yang dengan tulus Yong Hwa berikan kepadanya.

Sekarang, setelah semuanya benderang seperti ini, masihkah ia berpikir pria itu tidak bisa dimaafkan? Dirinyalah yang tidak pantas dimaafkan. Masihkah hatinya merasa terluka, sementara ia pun telah membuat luka hati yang sama terhadap pria itu.
"Mianhe, Yong Hwa-ya! Aku telah melukai hatimu. Aku ingat semuanya sekarang. Jeongmal mianheyo!" bisik hatinya perih. Air matanya tanpa dapat dibendung tumpah ke pipi.
📚

Saat kembali ke lokasi proyek, Yong Hwa disambut Seo Hyun yang sudah menunggunya disana.
"Kau dari mana? Kenapa teleponmu tidak diangkat?" todong Seo Hyun.
"Eoh, mianh! Ponselku tertinggal di mobil."
"Kau dari mana?" ulang Seo Hyun.
"Cafe, disana bertemu Shin Hye jadi kami mengobrol sebentar."
"Sebentar kau bilang? Aku hampir 2 jam menunggumu disini."
"Memang kau mau apa mencariku ke sini?" Yong Hwa tampak kesal.
"Mau apa?" Seo Hyun lebih kesal lagi.
"Kau bisa mengunjungiku di rumah." Yong Hwa menangkis jengkel.
"Kau kerasan mengobrol selama 2 jam dengan Shin Hye, tapi kau tidak suka aku kunjungi." protes Seo Hyun tampak emosi.
"Aku tidak mau berdebat denganmu, cepat katakan ada apa?"
"Aku ingin kita makan siang bersama."
"Mianhe, aku tidak bisa."
"Whe?"
"Jam makan siangku sudah habis karena telah kupakai minum di Cafe. Aku akan melanjutkan pekerjaanku tanpa pergi makan siang." tandas Yong Hwa.
"Kau sungguh pintar beralasan. Kalau begitu makan malam nanti kita bersama."
"Mungkin aku juga tidak bisa."
"Apa lagi alasanmu?" susul Seo Hyun.
"Tolong kau jangan memaksaku, Hyun-ah!" pinta Yong Hwa.
"Aku bertanya bukan memaksa."
"Aku sedang banyak pekerjaan, aku harus fokus. Jadi aku tidak punya rencana pergi kemana pun meski untuk makan." tolak Yong Hwa.
"Benar-benar hanya alasan untuk menghindariku. Aku tahu walau kubilang kita cukup makan ramen saja pun untuk makan malam kita, kau pun pasti akan menolak dengan banyak dalih. Joa, Jung Yong Hwa. Jika memang ini maumu jangan salahkan aku kalau suatu saat aku berpaling darimu. Kau sungguh membuatmu ingin melakukan itu." ancam Seo Hyun sambil menghentakan kaki dan melangkah pergi. Yong Hwa hanya menatap dengan ekor matanya. Ia justru bersyukur jika Seo Hyun melakukan itu. Sehingga dirinya tidak harus bersusah payah jika ingin membatalkan pertunangannya dengan gadis itu.

Sejak bertengkar terakhir dengan Seo Hyun setelah ia menemui ibunya Seo Hyun seorang diri, kemudian melihat reaksi gadis itu yang tampak tidak peduli terhadap keberadaan ibunya tersebut, ia menjadi malas bersama-sama lagi dengannya. Ia malah memikirkan menuruti saja kehendak ibunya Seo Hyun untuk membatalkan pertunangan. Faktanya, pelan namun pasti mereka semakin menjauh kini.

Yong Hwa tidak pernah merasa merindukan lagi Seo Hyun seperti dulu. Entah jika pertemuannya kembali dengan Shin Hye salah satu penyebab rasa itu semakin hilang dari hatinya. Ia melihat Seo Hyun semakin tidak menarik.

Namun sayang seribu sayang. Shin Hye sekarang bukan Shin Hye yang dulu. Shin Hye sekarang calon tunangan seseorang. Dimana Shin Hye tampak sangat mencintainya. Yong Hwa memejamkan matanya sambil tangan terkepal.
Selanjutnya ia bisa tetap duduk di kursinya, tapi bukan bekerja. Otaknya melayang jauh ke banyak hal, dan tangannya membuat orat-oret sketsa wajah perempuan. Saat dilihatnya wakil dekan fakultas seni pertunjukan menghampirinya, ia segera meremas gambar yang sedang ia buat itu. Celaka jika dia melihatnya. Sebab sketsa wajah itu adalah wajah calon tunangannya. Ah, menyebalkan.

"Annyong!" Dia menyapa dengan sesungging senyuman ramah tanpa dibuat-buat.
"Annyong, Gyosu-nim." angguk Yong Hwa.
"Aku membawa minuman tonik, mudah-mudahan membantumu menahan kantuk." ujarnya meletakan kaleng minuman di hadapan Yong Hwa.
"Gomasmidha, Gyosu-nim. Tapi aku baru saja minum kopi di Cafe."
"O ya? Kalau begitu bisa disimpan untuk nanti sore."
"Iya, terima kasih banyak." Yong Hwa tak urung mengambil minuman itu. Bagaimana pun ia tidak bisa menolak keramahan pria ini yang sangat tulus..

Bersambung...

A Heart That HurtsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang