Rae Won mematikan ponselnya, lalu memasukan benda slim persegi itu ke dalam saku jasnya.
"Aku mendengar dari Shin Hye, kau membatalkan pertunangan?" tanya Rae Won memulai obrolan.
"Nde."
"Shin Hye juga bilang karena ibu kandung tunanganmu tidak merestui kalian?"
"Iya, itu hal penting yang tidak boleh aku abaikan bukan?"
"Aku setuju denganmu. Aku pun pasti akan melakukan hal yang sama jika itu terjadi padaku."
"Hari pertunangan Anda dengan Shin Hye semakin dekat, Gyosu-nim. Bukankah kurang dari 2 bulan lagi?" tatap Yong Hwa lekat ke wajah rivalnya.
"Iya, persiapannya bahkan sudah hampir final. Hanya pakaian yang akan aku kenakan di hari H nanti masih perlu perbaikan, tangannya kebesaran..." senyum Rae Won tidak menyembunyikan rasa bahagianya.
"Itu masa yang membahagiakan, Gyosu-nim." gumam Yong Hwa perih.
"Aku tahu kau dengan Shin Hye sudah bersahabat sejak SMP. Kalian lama tidak saling bertemu, kemudian sekarang bertemu lagi. Tidak bisakah kalian sekarang sedekat dulu?" todong Rae Won, menohok untuk mengorek bagaimana sesungguhnya perasaan arsitek muda ini terhadap calon tunangannya.Terlihat Yong Hwa menyeringai kecut.
"Ini lebih baik dari yang Anda pikirkan, Kim Gyosu-nim. Banyak yang sudah terjadi terhadap kami berdua sejak SMP dulu. Bukan pertama kali pula kami berbeda pendapat dan tidak saling menegur. Tapi semua ini akan segera berlalu. Anda tidak perlu khawatir. Saat hari pertunangan Anda tiba nanti, aku pasti orang pertama yang menyaksikan disana." ujar Yong Hwa meyakinkan. Kim Rae Won tidak bicara lagi.Namun satu hal yang tidak bisa disembunyikan, yakni sorot matanya. Tidak bisa dusta Yong Hwa menderita mendapati kenyataan itu.
"Apa kalian pernah berpacaran?" tanya Rae Won tanpa diduga.
Yong Hwa menggeleng. "Ani. Ketika SMP pertama kali aku bertemu Shin Hye, aku menyukainya. Tapi Shin Hye tidak menyukaiku ketika itu. Bahkan aku pernah memberi dia bunga saat dia memenangi lomba lukis, dia membuang bunga itu dengan sangat marah di hadapanku. Kami seperti anjing dan kucing, Gyosu-nim." jelas Yong Hwa, perih mengenang masa lalunya."Setelah itu kau tidak pernah menyukainya lagi?" desak Rae Won. Yong Hwa diam. Meneguk minumannya. Bibirnya lalu mengurai senyum.
"Ketika SMA aku membuat kesalahan padanya. Aku memarahi dia karena dia salah memilihkan kado ulang tahun. Kado yang Shin Hye pilih membuat aku gagal candlelight dinner dengan Seo Hyun. Aku lalu mendiamkannya. Seperti itu masa lalu kami. Tapi aku akan bahagia jika dia hidup bahagia, Gyosu-nim. Jika dia sudah memilih Anda, aku percaya padanya, Anda akan mampu membuat hidupnya bahagia."
"Jika ternyata dia tidak bahagia hidup denganku, apa yang akan kau lakukan?" Rae Won mengorek lebih dalam. Yong Hwa tersentak hingga membuatnya terbatuk, ia tersedak.
"Aku mohon pada Anda untuk melepaskan dia!" jawab Yong Hwa spontan.
"Kau bisa membuat hidupnya bahagia?" kejar Rae Won terus mendesak.
"Entah. Namun jika aku diberi kesempatan, aku ingin membuatnya bahagia. Aku akan menebus setiap kesalahan yang telah kulakukan padanya. Yaitu membuatnya bersedih, membuatnya menangis... itu yang selama ini telah kulakukan padanya, Gyosu-nim."
"Kau mencintai dia, Yong Hwa-ssi?" telisik Rae Won menatap dalam. Jung Yong Hwa terdiam sesaat.
"Nde." angguknya tidak menampik. Rae Won menghela napas dalam."Namun bagiku sekarang semuanya sudah terlambat Gyosu-nim. Shin Hye tidak memiliki rasa apa pun lagi padaku. Aku mengabaikannya cukup lama dulu membuatnya tidak dapat mengharapkan apa pun lagi padaku. Anda tahu, pepatah yang mengatakan : sesuatu memiliki arti setelah kita kehilangannya. Seperti itu yang terjadi padaku sekarang. Tapi aku tidak menyesal ketika tahu orang beruntung itu adalah Anda, Kim Gyosu-nim." tandas Yong Hwa. "Sebab aku tahu Anda orang baik."
Rae Won mengurai senyum dalam.Ia tahu Yong Hwa mengatakan hal sebenarnya. Di satu sisi Yong Hwa mengharapkan Shin Hye, di sisi yang lain dirinya merasa telah melukainya. Dan kesempatan baginya sudah tertutup sebab Shin Hye akan segera bertunangan dengan pria lain. Yong Hwa tidak boleh jadi pengacau.
Rae Won memacu mobilnya sambil benaknya melayang ke banyak hal. Ia tidak harus merasa bersalah sebab Shin Hye bukan kekasih siapa pun saat ia memintanya untuk bertunangan. Tapi sekarang ia ragu, benarkan Shin Hye menginginkan dirinya untuk jadi tunangannya? Dan dapatkah Shin Hye hidup bahagia dengannya? Rea Won menambah kecepatan lari kendaraannya.
📚Orang tua Shin Hye dan orang tua Rae Won mulai tampak sibuk untuk persiapan pesta pertunangan putra putri mereka. Kebahagiaan terpancar dari wajah mereka. Rae Won menjadi semakin khawatir. Namun Shin Hye tampak turut mempersiapkan diri.
Pertunangan mereka akan digelar meriah di sebuah hotel, itu kesepakatan yang dibuat kedua belah pihak. Dan hari itu tiba tinggal menghitung hari.Shin Hye baru keluar dari kantor Rae Won mengantar bekal sarapan yang ia bawa, saat berpapasan dengan Yong Hwa yang baru tiba di tempat parkir. Yong Hwa segera memarkir mobilnya. Ia ingin mengajak sahabatnya itu berbicara, tergesa ia turun dari mobil.
Sejak ia menjelaskan dirinya dengan Seo Hyun mengakhiri pertunangan, mereka belum pernah bertemu lagi.
"Shin Hye-ssi!" panggilnya sambil berjalan menghampiri.
Shin Hye menghentikan langkah. "Kau punya waktu untuk kita bicara sebentar?" tanyanya.
"Nde, dimana kita akan bicara?"Mereka kemudian berbicara di taman di halaman gedung kesenian.
"Aku sudah mendengar dari Kim Gyosu, hari pertunangan kalian 2 minggu kurang dari sekarang. Tempatnya di hotel." ujar Yong Hwa.
"Nde, orang tua kami yang memutuskan hal itu semua. Aku sendiri tidak mengundang banyak orang." tukas Shin Hye.
"Kau tahu, setelah hari pertunanganmu nanti kita haram bertemu seperti ini, sebab tunanganmu pasti tidak akan suka."
Shin Hye diam."Meski begitu, aku turut bahagia. Asal kau bahagia aku pasti bahagia, Shin Hye-ya!" tatap Yong Hwa. Shin Hye balas menatap tanpa suara.
"Maaf, selama ini aku selalu bersikap tidak menyenangkan padamu. Dan bahkan sebelum itu. Aku ingin saat kita bertemu nanti setelah kau bertunangan dengan Kim Rae Won Gyosu, kita tetap bisa jadi teman. Sebab pembangunan gedung theater itu akan memakan waktu lama, dan kita pasti akan sering bertemu, Shin Hye-ya. " jelas Yong Hwa.
"Apa kau akan membenciku setelah aku bertunangan nanti, Yong Hwa-ya?" tatap Shin Hye baru bersuara. Yong Hwa mengurai senyum.
"Aku terlalu banyak membuat kesalahan padamu selama ini hingga kau berpikir seperti itu. Tentu saja tidak, Shin Hye-ya. Kau harus bahagia dengan pertunangan itu, eoh? Pria itu pria baik, kau tidak salah memilih."
Shin Hye menatap tajam mata teduh di depannya. Ia ingin mencari tahu kondisi hati Yong Hwa lewat tatapannya itu.
"Mianhe, Yong Hwa-ya! Aku harus meninggalkanmu. Semoga kau akan cepat menemukan pengganti Seo Hyun. Kau pun harus bahagia." harap Shin Hye perih. Sebab hatinya sendiri mengucurkan darah. Ia tidak ingin meninggalkan lelaki ini tapi semuanya harus terjadi.
"Nde, I will... Aku pasti bahagia, Shin Hye-ya." senyum Yong Hwa untuk kesekian kali.
Sedikit pun ia tidak ingin memperlihatkan hatinya yang berdenyut nyeri dan berdarah. Ia tidak boleh mengacaukan rencana indah pertunangan teman remajanya itu.Setelah itu Yong Hwa melangkah mendahului meninggalkan bangku taman yang seperti turut bermuram pagi itu. Meninggalkan Shin Hye yang masih duduk melamun. Jika bisa ia ingin mengingkari semua yang terjadi, dan menganggapnya mimpi. Namun tidak bisa. Ia pun kemudian berdiri setelah mengusap pelupuk matanya yang membasah. Ia harus bisa melewati semuanya dengan hati yang tegar. Sebab Yong Hwa pun tampak merelakan keputusannya tersebut.
Shin Hye melangkah meninggalkan bangku taman. Punggung Yong Hwa terlihat di kejauhan sana. Langkahnya gontay, tak bertenaga. Seperti juga dirinya, harapannya seperti mati. Apakah memang harus begini akhir cintanya? Apakah benar Kim Rae Won pelabuhan terakhir hatinya?
Bersambung...
Jika melihat komentar readers, rupanya kali ini readers terpecah. Ada yg mendukung yongshin dan ada yg mendukung raeshin... hm 😕
(Raeshin...😃 maksa!)
Nampaknya pula kali ini Author tdk akan bisa memuaskan keduabelah pihak...
KAMU SEDANG MEMBACA
A Heart That Hurts
عاطفيةBeberapa part dalam ff ini dihapus, karena versi buku sedang dalam proses cetak. Sering kali kita tidak menyadari sesuatu memiliki arti hingga dia hilang tak tahu rimbanya. Begitu pun dengan perasaan, sering kali kita abai dan meremehkan hingga kita...