Episode 5

808 126 18
                                    

Tapi sudah tercetak jelas rasa sakit dan terluka di hati Shin Hye yang sulit dicari obatnya.
Ia mampu menyembunyikannya dengan baik dari siapa pun, sehingga tidak pernah ada yang tahu kondisi hatinya sesungguhnya. Ia melewati hari di bangku kuliah dengan suasana hati yang sebenarnya terluka. Untungnya mereka menimba ilmu di universitas berbeda sehingga tidak pernah saling bertemu. Dan selang 10 tahun kemudian, tepatnya 2 bulan lalu Shin Hye bertemu lagi dengan Yong Hwa dalam suasana yang sudah sangat jauh berbeda. Luka hati itu sudah merepih di hatinya seiring berjalannya waktu.

Shin Hye sedang berjalan sendiri menuju kelas kala sebuah mobil tiba-tiba berhenti.
"Jogiyo!" terdengar seseorang berteriak seperti ditujukan padanya. Ia menolehkan muka ke arah datangnya suara.
"Park Shin Hye!" orang itu tampak mengenalinya. Ia menajamkan penglihatannya menatap pria itu, dan ia terkaget sebab ia pun sangat mengenalnya.
"Jung Yong Hwa-ssi! Aku tidak keliru bukan?" sapa Shin Hye pula.
"O my God! Aku sungguh tidak percaya ini. Lama tidak bertemu, Shin-ah!"
"Nde, annyong, Yong Hwa-ssi?"
Mereka kemudian berjabatan.
"Aku sangat baik. Kau pun tampaknya sama. Kau bekerja disini?"
"Nde, aku bekerja disini. Dan kau?"
"Aku sedang mencari lokasi untuk pembangunan gedung Theater?"
"O ya. Dari sini kau terus lurus ke sebelah barat. Di sana gedung Fakultas Seni Pertunjukan, ada aula. Masuklah ke sana. Di aula itu sedang dilaksanakan pertemuan membahas pembangunan tersebut." jelas Shin Hye menunjukan jalan.
"Senang sekali bisa bertemu denganmu di sini. Apa kapan-kapan kita bisa mengobrol? Sekarang sepertinya tidak bisa."
"Tentu saja. Aku bekerja di sini. Kantorku di gedung yang berwarna merah itu. Carilah aku di sana! Jika bukan jadwalku mengajar, kau pasti menemukanku."
"Baiklah, Shin Hye-ssi. Sampai jumpa! Terima kasih informasinya."
"Sama-sama."
Yong Hwa kemudian menaiki mobilnya lagi, melaju mengikuti arah yang ditunjukannya.

Itu pertemuan 2 bulan lalu setelah sekitar 10 tahun mereka tidak saling bertemu. Dan setelah itu Yong Hwa sering menemuinya. Sebab rupanya ia salah satu tim arsitek yang akan turut menggarap proyek pembangunan gedung Theater tersebut. Nyaris setiap hari ia datang ke lokasi proyek dan pasti akan menghampirinya setiap datang kesana. Jika kebetulan Shin Hye sedang di kelas, ia akan menunggu. Seringnya ia datang pada jam makan siang, dan mereka makan di kantin kampus. Atau jika sedang di perpustakaan, Yong Hwa pun cuwek saja menghampiri ke sana.
Shin Hye tentu saja tidak keberatan. Hingga tanpa sadar Yong Hwa menceritakan semua hal kepadanya.

Yong Hwa seakan lupa jika dulu pernah sangat marah pada Shin Hye. Tapi tentu saja Shin Hye tidak keberatan untuk menjadi pendengar yang baik. Ia justru senang jika Yong Hwa tidak merasa marah lagi terhadapnya. Tapi dari pertemuan yang intens tersebut, dan Yong Hwa yang kembali sangat akrab dengannya, membuat terkadang tercetus candaan Yong Hwa yang mungkin tidak disadarinya, namun menghadirkan luka hatinya yang dahulu terasa lagi.
"Jadi akhirnya kalian bertunangan?" tanya Shin Hye usai Yong Hwa menceritakan statusnya dengan Seo Hyun.
"Begitulah. Tapi anehnya, setelah bertunangan aku malah merasa kian jauh darinya."
"Wheo?"
"Entah. Dan merasa Seo Hyun jauh berubah sekarang."
"Kalian sudah cukup lama pacaran. Sejak SMA. Masa malah semakin tidak mengenal karakter satu sama lain?" Shin Hye tidak percaya.
"Seseorang bisa berubah bukan? Dan itu yang terjadi pada Seo Hyun."
Shin Hye diam.
"Sayang kita harus berpisah dulu, Shin-ah. Padahal mungkin kita akan jauh lebih cocok bila bersama."
Shin Hye tersenyum. "Jangan berandai-andai. Syukuri semua yang telah kau dapat sekarang. Lalu kapan rencananya kalian akan naik pelaminan?"
"Aku malah merasa tidak yakin sekarang."
"Jangan becanda, Yong Hwa-ya! Seo Hyun akan sedih kalau mendengar..."
Yong Hwa mengurai senyum.

Tentu saja Shin Hye tidak menggubris guyonan Yong Hwa itu, tapi Yong Hwa selalu mengulang-ulangnya seperti sungguhan.
"Aku mungkin pacaran dengan Seo Hyun, tapi saat menikah nanti bisa saja tidak dengan dia kan?"
"Apa kau mengganggap pertunangan kalian permainan hingga kau bisa dengan cuwek ungkapkan itu?" hardik Shin Hye tidak suka.
"Aniya. Aku serius pada awalnya, tapi sekarang aku merasa bosan. Mungkin gara-gara aku bertemu lagi denganmu."
"Hati-hati dengan bicaramu, Yong! Ada yang mendengar nanti dan aku tidak mau dicap menjadi orang ketiga diantara kalian." Shin Hye sangat khawatir, tapi Yong Hwa malah menyeringai santai.
"Kalau ternyata memang benar, bagaimana?" tanyanya nakal.
"Tentu saja aku akan menolak. Aku akan bertunangan 3 bulan lagi. Kau jangan jadi pengacau!"
"Mwoya? Kau akan bertunangan?" Yong Hwa tidak main-main kaget.
"Pria yang pergi bersamaku ke gala dinner perusahaanmu, dialah calon tunanganku."
"Ajhussi itu?"
"Jangan merendahkannya. Dia orang baik. Makanya aku tidak menolak dipertunangkan dengannya."
"Kau jangan becanda, Shin-ah!"
"Aku tidak memaksamu untuk percaya. Aku memintamu untuk jangan bermain-main lagi dengan ucapanmu padaku."
"Apa kau yakin mencintai ajhussi itu?"
"Namanya Kim Rae Won, panggil dia seperti itu!" Shin Hye tersinggung Yong Hwa terus menyebutnya ajhussi.
"Iya, apa kau yakin mencintai dia, Shin-ah?"
"Yang penting aku bersedia bertunangan dengannya, itu menjelaskan lebih dari cukup perasaanku terhadapnya."
Baru Yong Hwa diam, dengan tatapan yang tidak lepas dari wajah di depannya. Ia sungguh-sungguh merasa kaget dengan pengakuan tersebut.
Dan bukan hanya kaget, namun kecewa. Nah, lho! Apa maksudnya?

"Apa memang yang kau suka dari dia hingga kau tidak menolak untuk bertunangan dengannya?" Yong Hwa terus mengejar.
"Dia sosok yang dewasa, menyayangi aku dan keluargaku, dia juga bertanggung jawab. Dan yang penting hatiku memilihnya."
Yong Hwa membuang pandangannya ke arah yang jauh. Obrolan mereka kemudian terhenti.
"Wheo?" Shin Hye merasa sangat penasaran. Kenapa pria ini seperti kecewa mendapati kenyataan itu?
"Aku kecewa." Yong Hwa tidak menyembunyikan perasaannya.
"Kenapa? Kau tidak suka melihatku hidup bahagia?"
"Kau tidak harus memilih dia."
"Whe? Karena dia ajhussi?" Shin Hye tersinggung.
"Kuharap kau memikirkan lagi keputusanmu itu, sebelum terlanjur."
"Hehe..." Shin Hye terkekeh.
"Kau tidak harus pusing memikirkan nasib hidupku, Yong Hwa-ya! Aku bahagia saat ini." senyum Shin Hye. Yong Hwa terdiam.
📚

Seperti setitik bintang yang muncul di langit kelam secercah harapan yang hadir di hati Yong Hwa kala bertemu kembali dengan Shin Hye. Dan telah menumbuhkan semangat hidupnya kembali. Namun sekarang langit di dalam hatinya gelap lagi.

"Siapa namanya calon tunanganmu itu?" tanya ibunya Seo Hyun saat gadis itu membawanya ke sana.
Ibu dan ayahnya bercerai, dan ibu yang tinggal dengannya serta ayahnya saat ini adalah ibu sambungnya. Ibu kandungnya tinggal di Gimpo dengan suami barunya.
"Jung Yong Hwa." jawab Seo Hyun lamat, mereka mengobrol di ruangan berbeda. Tapi Yong Hwa dapat mendengar obrolan mereka.
"Kenapa kau harus memilihnya untuk menjadi tunanganmu?"
"Kenapa tidak? Aku mencintainya, Eomma. Dan aku datang ke sini bukan untuk meminta restumu. Hanya untuk memberitahumu, aku akan bertunangan. Aku senang jika kau dengan ajhussi bisa menghadiri."
"Aku tidak suka pada calon tunanganmu itu." tandas ibunya Seo Hyun membuat panas telinga Yong Hwa.

Kenapa ibu kandung Seo Hyun tidak menyukainya? Padahal mereka kenal pun tidak. Pantas sikapnya tidak manis terhadapnya saat menyambut kedatangan mereka tadi.
"Eomma memang selalu tidak menyukai kekasihku. Sebab Eomma menginginkan aku menikah dengan pria pilihannya. Dia itu anak temannya, dia seorang direktur sebuah perusahaan." jelas Seo Hyun.
"Dan kau tidak menginginkan direktur itu sedikit pun, makanya kau lebih memilihku?" Yong Hwa menohok.
"Apa kau meragukanku sekarang?" tatap Seo Hyun. Yong Hwa diam.

Faktanya, penolakan ibu kandung Seo Hyun terhadap dirinya, sangat mengusik. Yong Hwa tidak bisa melupakan sorot matanya yang menyiratkan dengan jelas penolakan. Bagaimana pun ia menginginkan restu dari semua pihak. Terlebih ibu kandung Seo Hyun meski selama ini tidak tinggal bersama dengan Seo Hyun.

Bersambung...

Jujur, moodnya terbang buat lanjutin ff ini. Maka tersendat-sendat seperti ini...

Namun, Author merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikannya.

So, meski tertatih-tatih dan alurnya bolak balik... tetap lanjut. Moga sih readers tetap dapat menikmati! 😊😜

A Heart That HurtsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang