Episode 3

855 128 15
                                    

Membelah jalan menembus kegelapan malam Shin Hye diantar Rae Won menuju rumah. Membicarakan Seo Hyun dan Yong Hwa terhadap Rae Won selama dalam perjalanan, memaksa memorinya mengingat lembar demi lembar masa lalu yang tengah berusaha ia kubur.
Dan lembaran-lembaran itu sulit untuk ia hapus lagi dari benak saat ia sudah berada di dalam kamarnya. Bahkan menjadi sangat jelas setiap lembarnya bermunculan.
Sepuluh tahun ini ia telah susah payah membuatnya terkubur, tapi dalam beberapa menit saja semuanya melela lagi dengan nyata, atas pertemuannya dengan Seo Hyun dan Yong Hwa.

Sejak bertemu Yong Hwa 2 bulan lalu dan terjadi pertemuan intens dengannya selama kurun waktu itu, hatinya tidak sedalam ini mengingat semuanya. Berulang kali mendengar dari mulutnya yang banyak mengeluhkan Seo Hyun, juga biasa-biasa saja. Sebelumnya ia pun tidak pernah melihat Yong Hwa mengenakan cincin pertunangan mereka. Sepertinya Yong Hwa selalu melepasnya dengan alasan yang sudah ia duga, malas mengenakannya. Namun kini melihat sepasang cincin itu dengan manis melingkar di jari mereka berdua, entah mengapa ada bagian dadanya yang terasa perih. Dan ia benci benaknya merekam bayangan itu dengan baik sehingga sulit terlupa.

Malam itu ia tertidur seperti di tahun-tahun awal ia meninggalkan bangku SMA, dan mulai menapaki bangku kuliah. Sulit melupakan mereka berdua dari ingatannya.
📚

Flashback

Shin Hye membereskan buku-bukunya ke dalam tas, bel jam terakhir baru saja berbunyi. Seo Hyun ia lihat masih menyelesaikan catatannya. Tiga orang cowok mengelilingi mejanya, menunggu keputusannya. Begitu nasib siswi paling cantik, selalu dirubungi cowok-cowok. Mereka adalah ketua kelas Jung Yong Hwa, Hwang Kwang Hee dan Lee Jin Ki.
Mereka bertiga berebut gadis cantik itu. Dan minggu depan Seo Hyun akan merayakan ulang tahun ke-17, cowok-cowok itu akan bersaing berebut candle light dinner dengannya. Alias makan malam romantis.

Seo Hyun sulit menentukan siapa dari mereka bertiga yang harus ia pilih. Maka ia membuat sayembara seperti ini : siapa yang kadonya terpilih, maka dialah yang akan menemaninya candle light dinner.
Repotlah ketiga pesaing itu memilih kado. Yong Hwa langsung meminta Shin Hye mengantarnya ke Mall pulang sekolah siang itu.
"Kemana?" tanya Shin Hye tiba-tiba diseret ke dalam mobilnya.
"Temani aku!"
"Kemana?"
"Kemana saja."
"Kemana saja itu kemana?" Shin Hye menatapnya penuh curiga.
"Ke Mall atau kemana saja temani aku cari kado buat Seo Hyun."

Shin Hye cemberut tanda tidak mau tapi sudah kadung berada di dalam mobilnya dan sudah melaju membelah jalan.
"Wheo?" lirik Yong Hwa melihatnya merengut. "Kau tidak mau?"
"Nde."
"Kenapa?"
"Kau cari saja sendiri!"
"Ck, kau ini dimintai tolong segini saja!"
"Kenapa harus minta tolong padaku?" tanya Shin Hye sengak.
"Kau kan teman dekat Seo Hyun, mungkin kau tahu kado yang paling diinginkan dia."
"Kenapa tidak kau tanya saja pada Seo Hyun ingin kado apa?"
"Ya, bukan sayembara namanya kalau nanya."
"Maksudmu?" Shin Hye menuding tidak paham.
"Dia buat sayembara untuk mengajak kita candle light dinner, kado siapa yang paling dia suka, dia yang menang."
"Ck.." Shin Hye berdecak.
"Wheo?"
"Segitu inginnya kalian makan malam romantis dengan Seo Hyun?" cibirnya.
"Bukan makan malam romantisnya yang mendebarkan, tapi menjadi pemenang sayembara."
"Tapi kau curang dengan ngajak aku. Kwang Hee dan Jin Ki mungkin berusaha sendiri."
"Jangan ngajari! Tidak ada aturan dalam mencari kado. Pokoknya kado itu harus yang dia suka, maka orang itu pemenangnya."
Shin Hye tidak bersuara lagi. Ia mengunci mulutnya dengan rapat.

Meski ia merasa masgul, tapi tak urung ia membantu Yong Hwa mencari kado dengan serius. Sedikit banyak ia tahu benda kesukaan Seo Hyun.
"Kurasa Seo Hyun akan takluk padamu kalau kau memberi dia kalung bertahta berlian." ejek Shin Hye kesal terus diajak berkeliling, Yong Hwa masih saja pilih-pilih.
"Ish... kau ini! Sama sekali tidak membantu." dengusnya.
"Bagaimana kalau Jin Ki atau Kwang Hee kasih Seo Hyun kado barang seperti itu? Kau tidak punya harapan."
"Belum tentu. Bisa saja hati Seo Hyun akan tersentuh dengan kado sederhana tapi yang sangat dia inginkan."
"Dia itu anak orang berada, kurasa dia tidak butuh apa pun."
"Pikirkan yang paling ia damba! Pakai telepatimu, Shin-ah!" Yong Hwa memaksa. Benak Shin Hye bekerja keras memikirkan kira-kira apa yang Seo Hyun sangat inginkan sekarang?

Tidak banyak terpikir, sebab Seo Hyun type yang jarang mengumbar keinginan dan suka pamer barang. Ketika dia menginginkan sesuatu tidak banyak omong, tahu-tahu nanti dia memiliki apa yang dikehendakinya itu. Dia juga gadis yang makmur, tidak perlu banyak mengeluh ketika menginginkan sesuatu. Tinggal ucap, orang tuanya akan memenuhi permintaannya tersebut.
"Bagaimana kalau sepatu, Yongie?" tanya Shin Hye saat matanya menangkap sepasang sepatu cantik di rak.
"Kau atau dia yang menginginkan sepatu?" Yong Hwa langsung curiga melihat mata Shin Hye terpesona melihat rak sepatu.
"Aku suka dengan sepatu itu. Mungkin Seo Hyun juga akan menyukainya."
"Darimana kau tahu? Selera kalian bisa saja berbeda."
"Tapi apa kau tahu filosofi dari memberikan sepatu pada seseorang?"
"Apa?"
"Kau laksana memberikan dunia pada orang yang kau beri sepatu. Sebab sepasang sepatu bisa membawa seseorang ke tempat yang lebih baik dan lebih indah. Ketika kau memberikan sepatu pesta, maka kau memberi kesempatan dia untuk merasakan pesta. Ketika kau memberikan sepatu olah raga, kau pun memberi dia kesempatan menapaki kehidupan yang lebih sehat. Sepatu membawa kau berada di tempat dan kondisi yang memantaskannya." urai Shin Hye panjang.
"Benarkah?" Yong Hwa ragu.
"Entahlah. Itu kata artikel yang pernah kubaca." senyum Shin Hye.
"Ish, kau ini. Aku sudah menyimak dengan serius."

Namun tak urung Yong Hwa akhirnya memilih sepatu untuk Seo Hyun.
"Kau coba dulu! Ukuran kaki kalian kan sama." perintahnya pada Shin Hye.
"Jangan nyalahin kalau ternyata tidak sama." ucap Shin Hye seraya mencoba sepatu itu. Dan sangat pas. Tampak sangat cantik sekali di kakinya. Ia mengurai senyum. "Lihat, pas sekali di kakiku!"
"Cepat lepas! Itu bukan buatmu. Aku ambil yang ini, Eonni. Tolong dibungkus!" teriak Yong Hwa membuat bibir Shin Hye merengut.

Ia lalu membungkus sepatu itu dengan rapi, setelah itu ia memasukannya lagi ke dalam kardus lain dan dibungkus dengan sampul surat kabar. Seperti juga kado dari yang lain, sama seperti itu. Dengan ukuran yang juga sama. Sehingga Seo Hyun tidak akan tahu kado yang mana dari siapa? Bahkan mereka yang memberikan pun tidak akan mengetahui lagi yang mana kado miliknya. Sangat rahasia. Nanti Seo Hyun akan memilih 1 dari 3 yang ada. Dan pilihan Seo Hyun jatuh pada jam tangan. Sebab sangat kebetulan jam tangan miliknya rusak. Maka pemenang candle light dinner jatuh pada Jin Ki.

Yong Hwa kecewa, amat sangat kecewa. Begitu kecewanya, ia menyalahkan Shin Hye yang telah memilih kado sepatu.
"Mianh, kukira Seo Hyun akan memilih kado sepatu sebagai pemenang. Aku sungguh tidak tahu kalau jam tangan Seo Hyun rusak." Shin Hye sungguh-sungguh merasa bersalah. Ia padahal yakin Seo Hyun akan sangat menyukai sepatu yang dipilihnya.
"Apa kau sengaja memilih sepatu supaya aku kalah dan tidak mendapatkan candle light dinner dengan Seo Hyun?" tuduh Yong Hwa getas.
"Tidak, sungguh! Saat memilihkan kado itu aku sama sekali tidak punya ide walau sudah berpikir keras. Maaf!" Shin Hye menggosok-gosokan kedua telapak tangannya.
"Kau boleh beralasan apa saja, tapi aku berpikir kau sengaja melakukannya supaya aku kalah." lagi tuduh Yong Hwa pedas.
"Kau harusnya pergi sendiri saat mencari kado, jangan mengajakku. Jika akhirnya kau akan melimpahkan kesalahan padaku." balas Shin Hye kesal tak kepalang.
"Aku percaya padamu awalnya, tapi tak menyangka kau akan berbuat begini padaku."

Bersambung...

A Heart That HurtsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang