Episode 15

637 105 13
                                    

"Ada hal penting apa, Abeoji? Membuatku kaget saja." Rae Won langsung duduk di hadapan ayahnya.
"Baru saja ada anak muda datang kesini, dia mengatakan sudah bicara padamu bahwa dia meminta kau untuk membatalkan pertunangan. Apa betul?" tatap ayahnya tajam ke iris mata anaknya.
"Nde, betul sekali, Abeoji." Rae Won tidak berusaha menutupi.
"Ommana... apa maksudnya ini?" lelaki tua beruban itu meraba dadanya.
"Mereka saling mencintai, Abeoji. Aku bisa saja tetap melaksanakan rencana pertunangan dengan Shin Hye, tapi artinya memaksa Shin Hye."
"Kenapa kau katakan seperti itu?"
"Karena Shin Hye mencintai pemuda itu, Shin Hye tidak menginginkanku."
"Jadi maksudmu, kau setuju membatalkan pertunanganmu dengan Shin Hye yang hanya tinggal beberapa hari lagi ini?" suara Tn Kim meninggi.
"Mworagu?" tiba-tiba terdengar suara Ny Kim dari pintu. Sontak keduanya menuding ke arah datangnya suara, wajah ibunya Rae Won pucat tanda sangat kaget mendengar obrolan anak dan suaminya.
"Eommoni!" Rae Won tak kalah kaget menyadari ibunya mencuri dengar hal itu. Begitu pula ayahnya, sebab tadi ia hanya sendiri di rumah.
"Coba katakan sekali lagi, Rae Won-ah! Kalian akan membatalkan pertunangan?" tanyanya berjalan menghampiri.
"Yeobo, kau mendengar sesuatu yang seharusnya tidak kau dengar. Bukan begitu maksud Rae Won." ayahnya pun berusaha tidak menyampaikannya dengan frontal.
"Aku mendengar obrolan kalian. Ada pemuda yang adalah kekasih Shin Hye yang memintamu membatalkan pertunangan, bukan begitu, Rae Won?" ulang wanita paruh baya yang tampak shock mendengar hal itu.
"Nde, Eommoni. Tapi belum berarti aku akan setuju dengan keinginannya." Percuma untuk menutupi, sebab ibunya sudah terlanjur mengetahui.
"Tapi dia tidak mencintaimu, dan kau berencana meluluskan keinginan calon tunanganmu. Apa begitu, Rae Won?" desaknya.
"Karena akan sulit bagiku bertahan jika ternyata dia tidak menginginkanku, Eommoni." Rae Won tidak bisa mengelak lagi.
"Ah, kepalaku..." dia memegang kepalanya dan lalu tumbang ke kursi.

Rae Won dan ayahnya kaget tak terkira dan segera memburu eommoni yang pingsan.
"Yeobo!"
"Eommoni, Eommoni!
Rae Won dan ayahnya menghampiri lalu berusaha membangunkan, namun Eommoni sudah pingsan.

Mereka panik dan segera membawa wanita paruh baya itu ke RS. Mengejutkan, eommoni dinyatakan stroke lantaran kelewat shock.
Kondisi tubuhnya sedang letih akibat melakukan persiapan pertunangan putra semata wayangnya, ditambah mendapat berita tidak menyenangkan tentang pertunangan itu. Dia mengalami pecah pembuluh darah di otak, menyebabkan mulutnya mencong dan bicaranya rero. Rae Won hanya mengurut kepalanya yang terasa berat. Ia sudah bertindak sangat hati-hati supaya tidak membuat ibunya shock, tapi tidak menyangka anak muda itu memiliki nyali sangat besar.

Yang dia hadapi itu ibarat mulut Harimau, tapi tanpa takut ia memasukinya. Tidak bisa menyalahkannya, sebab Yong Hwa hanya menjawab tantangannya. Ayahnya pun terlihat sangat terpukul. Ia diam tidak bersuara. Rae Won berusaha menghibur, jangan sampai keduanya berbaring di ranjang RS akibat Abeoji terlalu sedih mendapati kenyataan ini.
"Eommoni pasti segera membaik, Abeoji. Setelah Eommoni sembuh kita tetap langsungkan pestanya. Aku pasti bisa meluluhkan hati Shin Hye. Jangan khawatir!" ucap Rae Won.
"Harusnya kita tidak membicarakan masalah sensitif itu di rumah, Rae Won. Harusnya kita pergi dari rumah untuk membicarakannya." sesal Abeoji.
"Jangan Abeoji pikirkan terlalu dalam, nanti malah Abeoji ikut sakit. Kita akan segera menyelenggarakan acara pertunanganku, bagaimana jadinya jika Abeoji dan Eommoni malah sakit."
"Aniya, Abeoji akan bertahan. Ini tentang pesta sekali seumur hidupmu."
"Nde, tetaplah bersemangat, Abeoji!"
📚

Shin Hye luar biasa kaget mendengar ibunya Rae Won kena stroke dan sedang dirawat di RS. Semakin membuatnya kaget saat mendengar kronologi kejadian yang membuat calon ibu mertuanya itu terserang stroke. Adalah tiada lain karena mendengar Rae Won ingin membatalkan rencana pertunangan setelah ayahnya dikunjungi Yong Hwa.

Kedua orang tuanya marah besar mendengar hal itu dan mengklarifikasi kepadanya dengan begitu kesal. Shin Hye tidak berani mengelak.
"Jadi benar kau menjalin cinta dengan teman lamamu dan akan membatalkan rencana pertunangan kalian?" damprat Eomma amat kecewa.
"Nde." angguk Shin Hye tidak menampik.
"Apa kau masih waras, Park Shin Hye? Kau berencana mempermalukan Eomma dan Appa-mu, begitu?" teriak Eomma tak kira-kira marah.
"Tapi aku mencintainya, Eomma."
"Dan siapa yang akan merestui kalian? Appa dan Eomma tidak akan merestui kau menikah selain dengan Rae Won." Appa turut memakinya.
Shin Hye diam.
"Sekarang kau pergi ke RS. Berlutut kau pada calon mertuamu." tunjuk Eomma sangat kesal.

Shin Hye melihat kondisi ibunya Rae Won sangat memprihatinkan. Tidak terasa ait matanya menetes melihat hal itu. Ibunya Rae Won tidak marah sebagaimana Eomma, malah tangannya terulur minta ia menggenggamnya sambil berkata yang tidak ia pahami.
"Mianhata, Eommonim! Mianhamidha! Sedikit pun aku tidak berniat menyakiti Eommonim." bisiknya.
"Ka-u ha-rus ba-ha-gia de-ngan Ra-e Won, Shin-ah!" ucapnya terpatah-patah.
"Nde, aguesmidha, Eommonim!"

Shin Hye menghapus air matanya saat keluar dari kamar calon ibu mertuanya. Langkahnya menghampiri Rae Won yang duduk di kursi tunggu pasien.
"Mianhe, Oppa! Aku tidak menyangka akan begini jadinya." ucapnya sungguh-sungguh tidak menduga.
"Kau puas sekarang setelah melihat semuanya?" tanya Rae Won pedas.
"Mianhamidha! Aku sangat menyesal... amat sangat menyesal, Oppa!"
"Tapi semua sudah terlanjur terjadi. Permohonan maafmu tidak berguna."
"Aku berjanji pada Eommonim rencana pertunangan kita tetap berjalan."
"Lalu bagaimana dengan kekasihmu?"
"Oppa jangan pikirkan dia, dia tanggung jawabku."
Rae Won kemudian diam. Meski pembatalan rencana pertunangan ditarik kembali, Rae Won terlanjur tahu hati Shin Hye sudah berpaling darinya. Dan pertunangan itu terlaksana semata demi kesembuhan ibunya bukan karena Shin Hye mencintainya. Fakta itu sangat menyakitkan.

Seharian itu Shin Hye tetap di RS menemani Rae Won menjaga ibunya. Rae Won tampak masih marah padanya, sedikit pun ia tidak mempedulikannya. Setelah terserang penyakit berat ini mungkin calon ibu mertuanya itu tidak akan kembali normal seperti sediakala. Sebelah tangan dan kakinya lemas, sulit digerakan. Butuh waktu cukup lama untuk sembuh. Hal ini tentu akan menjadi beban bagi Rae Won dan ayahnya.

Jika melihat kenyataan itu Shin Hye sangat menyesali tindakannya. Sebagai bukti rasa sesalnya ia rela mengabdikan hidupnya untuk lelaki lembut hati yang telah ia lukai tersebut. Terlebih Rae Won sedikit pun tidak pernah berbuat salah terhadapnya. Rae Won lelaki baik, dirinyalah yang jahat. Berpaling darinya karena mengejar cinta remajanya. Rae Won tidak pernah menyakiti hatinya sekali pun semenjak mengenalnya. Dia bahkan terlalu baik untuk dikhianati ketulusannya.

Menyadari hal itu tak terasa matanya membasah. Ia sangat menyesal telah melukai pria sebaik Rae Won hingga menyebabkan penderitaan tak terkira buatnya. Ibunya adalah sumber grafitasi hidupnya. Ia bisa mengabaikan sakit dan deritanya sendiri asal jangan ibunya yang sakit dan menderita. Namun sekarang ibunya terkapar di tempat tidur RS dengan kondisi yang sangat mengenaskan, bayangkan bagaimana dalam luka hatinya. Shin Hye tidak bisa memaafkan dirinya sendiri menyaksikan hal itu. Dirinyalah yang menyebabkan penderitaan bagi Rae Won dan ibunya. Maka ia hanya bisa menangis menyesali semuanya.

Meski sangat marah, tak urung Rae Won menawarinya makan melihat Shin Hye tidak beranjak dari RS menemaninya seharian.
"Makanlah! Kau bisa sakit kalau perutmu tidak diisi seharian." ujar Rae Won menyorongkan roti dan susu kotak.
"Terima kasih, Oppa! Tapi aku tidak ingin makan." tolaknya.
"Tapi tubuhmu butuh makanan, kau jangan egois hanya mementingkan seleramu. Pikirkan kebutuhan tubuhmu."
Bersemu kesal tak urung Shin Hye mengambil roti dan susu yang diberikan Rae Won, lalu menyantapnya. Rae Won menatapnya. Shin Hye makan dengan tergesa antara kesal dan tidak ada selera namun dipaksa, akhirnya tersedak. Ia terbatuk-batuk. Rae Won menepuk-nepuk punggungnya. Shin Hye akhirnya menangis. Memuntahkan segala rasa yang terus bergelut di dalam benak dan hatinya. Awalnya Rae Won membiarkannya, namun akhirnya ia memeluknya. Shin Hye tersedu di dadanya.

Bersambung...

Hadeueuhhh... Author jd ingin plin plan kalau kayak gini 😛

A Heart That HurtsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang