"Katakan dengan jujur ada apa? Sebab kalian sudah berani datang padaku dan mengaku dengan gamblang bahwa kalian saling cinta." todong Rae Won.
Shin Hye menghela napas dalam sebelum berbicara.
"Mianheyo, Oppa. Jeongmal mianhe! Sekali lagi aku mengecewakanmu."
"Apa jawabanmu ini berarti kalian tidak akan melanjutkan komitmen padahal kalian sudah membuat ibuku sakit?" pandang Rae Won.
"Bukan seperti itu. Kami berpikir untuk beristirahat sejenak. Justru karena aku telah membuat Eommonim sakit. Meski pun kami bersama, aku tidak bisa memberikan hatiku dengan utuh karena aku merasa sangat bersalah pada Oppa dan terlebih pada Eommonim."
"Aku sudah tidak mempermasalahkan hal itu. Emmoni juga. Sebab berkat kejadian itu, berkat Eommoni sakit, aku bertemu kembali dengan Yoo Jeong. Kau tidak harus terus merasa bersalah padaku. Kau tahu, semua ini skenario Tuhan. Tuhan sangat tahu yang terbaik untuk kita." urai Rae Won. Shin Hye diam.Entah kenapa setelah jalan terbuka justru mereka menjadi gamang. Shin Hye tidak berani memulai karena masih merasa bersalah pada Rae Won, entah alasan Yong Hwa apa? Sore itu ketika Rae Won menghampiri tim arsitek yang mulai ambil ancang-ancang untuk penentuan rangka kontruksi gedung, semua personilnya lengkap di sana.
Ini pertama kali Rae Won menghampiri mereka lagi setelah cuti menikah. Maka tak pelak mereka mengelukannya saat ia menampakan diri di tengah-tengah mereka.
"Aigo... Kim Gyosu-nim! Pantas kami mencium aroma pengantin baru, rupanya Anda yang datang." goda salah satu yang paling senior diantara mereka.
"Nde, dan selama kutinggal berlibur agaknya kalian semua bekerja keras sehingga aku tertinggal banyak." balas Rae Won menebar pandangan mencari sosok Yong Hwa.
Sosok yang dicarinya itu ada di meja paling belakang, mengembang senyum menatap padanya.
"Ceritakan pengalaman bulan madunya, Gyosu-nim!" goda yang lain melupakan kertas gambarnya.
"Yang pasti tak kan terlupakan, Geonchungga-nim. Jika tidak percaya silakan tanya pada yang sudah mengalaminya yang ada di ruangan ini."
"Dahsyat, Gyosu-nim!" sahut salah satu yang paling senior membuat suasana jadi gaduh sebab ada yang sampai memukul-mukul meja. Rae Won tersenyum lebar."Supaya tidak banyak mengganggu, kulihat kalian semua sedang sangat fokus bekerja. Aku cuma mau kasih undangan, bahwa kami akan menggelar pertunjukan theater dalam rangka ulang tahun fakultas seni. Tempatnya di gedung theater kota, akhir pekan ini. Bagi yang punya waktu luang, silakan datang. Dengan membawa undangan ini, gratis. Tidak ada biaya masuk." jelasnya sambil meletakan beberapa lembar surat undangan di atas meja.
Tepuk tangan bergemuruh tanda sangat menyambut baik dan suka dengan undangan untuk menikmati pertunjukan seni berkelas.
"Kamshahamnidha, Gyosu-nim! Satu surat ini berlaku untuk berapa orang?" salah satu dari mereka segera mengambil tumpukan kertas itu.
"Boleh untuk 2 orang, Ahn Geonchungga-nim! Tapi harus betul pasangan Anda, istri atau kekasih. Jangan istri atau kekasih orang." tukas Rae Won lagi-lagi membuat gaduh. Mereka saling tunjuk sesama temannya, yang potensial membawa pasangan asal."Bagaimana jika kami bermaksud hendak mencari pasangan disana, apa disediakan, Gyosu-nim?" pertanyaan nakal itu mendapatkan tepukan bergemuruh lagi.
"Itu aku kurang tahu, harus tanya panitia." sergah Rae Won.
"Tapi mahasiswi jurusan theater itu cantik-cantik! Makanya Kim Gyosu-nim betah mengajar. Bukan begitu, Gyosu-nim?"
"Hanya mahasiswi saja yang cantik, Jo Geonchungga-nim. Mahasiswanya tidak." geleng Rae Won. Tawa bergema lagi. "Baiklah, aku pamit dulu. Silakan dilanjutkan pekerjaannya."
"Nde, terima kasih banyak undangannya, Gyosu-nim!" Mereka menganggukan kepala tanda berterima kasih. Rae Won balas mengangguk sambil beranjak.
📚Diacara pentas theater itu mereka semua datang tidak ada yang absen satu pun. Cukup menarik minatnya melihat pertunjukan theater secara live. Apalagi Rae Won sebagai sutradaranya, mereka penasaran dengan kemampuan pria ramah nan kharismatik itu. Apa seperti performanya yang memang meyakinkan, atau lebih hebat lagi?
Ada yang datang membawa pasangan, ada juga yang datang sendiri saja bergabung dengan teman-temannya lagi. Yong Hwa sudah pasti datang sendiri, duduk dan mengobrol dengan temannya lagi.
Dari jajaran akademisi, ada Shin Hye tentu saja turut hadir dan staf pengajar yang lain. Bahkan dari lain fakultas banyak yang turut hadir. Mereka menempati tempat duduk paling depan bersama tamu undangan VVIP lain. Yong Hwa diam-diam memperhatikannya dari belakang. Ia merindukannya namun hanya bisa menatap.
Pentas itu hanya selama kurang lebih 2 jam. Tapi cukup sukses. Tepuk tangan tak henti bergemuruh saat layar panggung ditutup dan lampu dinyalakan, kemudian seluruh aktor dan aktris termasuk sutradara naik ke panggung memberi hormat pada penonton bahwa penampilan mereka selesai.
Setelah mereka semua meninggalkan panggung, lalu lampu panggung mati. Ganti lampu gedung itu yang dinyalakan, sebab penonton akan beranjak pulang. Sosok Shin Hye tidak nampak lagi di jangkauan penglihatan Yong Hwa. Ia segera menuju ke basement.
Yong Hwa baru menyalakan mesin mobil dan bersiap akan membawa mobilnya kala pintunya terdengar ada yang mengetuk. Segera ia menurunkan kaca mobil. Rae Won membungkukan badan untuk mengajaknya bicara.
"Yong Hwa-ssi, mianh. Aku mau titip seseorang. Tolong antarkan dia ke rumahnya. Dia tidak bawa mobil karena tadi ikut mobilku. Tapi sekarang aku tidak bisa membawanya lagi sebab aku akan jemput istriku. Sini... naik!" tangannya melambai ke belakang mobil. Yong Hwa menatap spion, melihat siapa yang dimaksud Rae Won.Di belakang sana, wajah Shin Hye tampak kesal menatap mantan calon tunangannya itu.
"Ish... bilang Oppa tidak mau mengantarku." omelnya.
"Iya, memang. Kau juga tidak tahu diri ingin menumpang dengan pria yang sudah beristri. Sini, cepat naik!" Rae Won sudah membukakan pintu mobil Yong Hwa.
Shin Hye tak urung melangkah dengan wajah ditekuk. Ia lalu menaiki mobil Yong Hwa tanpa suara. Setelah duduk Rae Won yang menutupkan pintu mobilnya.
"Jangan hanya saling diam, kalian bicaralah. Bicarakan semua hal supaya clear. Saling diam itu bukan solusi." ocehnya membuat Yong Hwa menarik ujung bibirnya sedikit, sementara Shin Hye menatapnya galak.
"Turunkan matamu! Kau jangan membelalakiku!" dampratnya pada Shin Hye.
"Baiklah, Gyosu-nim. Kami pergi." pamit Yong Hwa siap melajukan mobilnya.
"Nde, hati-hati di jalan!"
"Gomasmidha. Annyonghaseyo, Gyosu-nim!"
"Nde."
Yong Hwa kemudian membawa mobilnya meninggalkan basement.Beberapa saat mereka saling diam, namun setelah keluar dari basement terdengar Yong Hwa memecah kebisuan.
"Oremanidha, Shin Hye-ya! Apa kabarmu?"
"Baik, seperti yang terlihat. Dan kau apa kabar?" Shin Hye menoleh ke sisi kirinya.
"Aku juga baik. Hanya aku merindukanmu." tukas Yong Hwa apa adanya. Shin Hye speacless. "Apa kau tidak merindukanku?" toleh Yong Hwa lagi.
"Sangat." bisik Shin Hye tidak berani keras. Pipinya tiba-tiba terasa hangat.
"Aku ingin berbicara banyak denganmu malam ini, apa bisa kita pergi ke suatu tempat?"
"Haruskah ke tempat yang tenang?" tanya Shin Hye.
"Iya, tapi yang ada makanan dan minuman."
"Bukan sungai Han?"
"Ani. Cafe atau hotel."
Shin Hye tersenyum. "Kuharap kau bukan ingin mengajakku mesum." tepisnya.
"Tidak. Aku ingin mengobrol santai denganmu sambil menikmati makanan dan minuman, sambil menikmati alunan musik lembut. Aku merindukanmu, rindu menatap wajahmu, rindu bicara denganmu..."
Shin Hye diam, sekujur tubuhnya berdesir. Ia pun sama sangat merindukan lelaki ini. Amat sangat merindukan.Tidak jauh dari perempatan jalan, Yong Hwa membelokan mobilnya ke sebuah Cafe. Mereka kemudian memilih duduk di pojok ruangan, tempat yang tidak akan dilalui banyak orang. Seperti yang dikatakannya, Yong Hwa menatap wajah Shin Hye lekat setelah mereka duduk berhadapan. Membuat Shin Hye salah tingkah untuk beberapa jenak lamanya.
"Cukup, jangan pandang terus wajahku! Aku malu..." Shin Hye menunduk, tapi tangan Yong Hwa menegakan lagi dagunya.
"Aku ingin melihat wajah yang selalu kurindukan setiap malam ini dengan puas, Shin Hye-ya!" Yong Hwa masa bodoh.Bersambung...
Readers-nim, tolong jangan bully yongshin dan author!
Sebab tidak mudah untuk menyatukan hati kami bertiga setelah banyak masalah pelik timbul. (Hah...??? Kami bertiga...???😒)
😄😍😘
#maklumi saja
KAMU SEDANG MEMBACA
A Heart That Hurts
RomantikBeberapa part dalam ff ini dihapus, karena versi buku sedang dalam proses cetak. Sering kali kita tidak menyadari sesuatu memiliki arti hingga dia hilang tak tahu rimbanya. Begitu pun dengan perasaan, sering kali kita abai dan meremehkan hingga kita...