Hari ini adalah peringatan satu tahun kematian Kyuhyun. Tak ada acara istimewa untuk memeringatinya. Ini memang bukan perayaan seperti halnya perayaan ulang tahun. Perayaan ini adalah perayaan untuk mengenang arwah orang yang telah berada di alam baka. Meninggalkan yang masih bergelut di dunia fana. Hanya ada untaian doa-doa yang dipanjatkan untuk arwahnya.
Lee Hyukjae sudah kembali ke Seoul setelah menghabiskan hampir seluruh waktu liburannya di Gwanmaedo. Ia berhasil membujuk ibunya supaya diperbolehkan pulang lebih awal. Alasannya ia ingin mengunjungi makam Kyuhyun saat peringatan satu tahun kematiannya.
Ibunya maklum tentu saja. Beliau maklum karena beliau juga mengenal siapa Kyuhyun. Hyukjae selalu menceritakan semua tentang Kyuhyun saat anak itu pulang ke rumah. Beliau juga beberapa kali sempat bertemu dengan Kyuhyun dan sedikit berbincang dengannya.
Lee Hyukjae tiba saat malam hari di Seoul. Ia terpaksa pulang sendiri ke Seoul tanpa ibunya. Ibunya itu masih harus mengurus neneknya yang meminta perhatian lebih dari anak perempuan tertuanya itu. Ayah Lee Hyukjae menjemputnya di pelabuhan. Ayah Hyukjae memang hanya menginap dua hari saat mengantar Hyukjae dan ibunya ke Gwanmaedo. Setelah itu, beliau kembali lagi ke Seoul karena masih harus bekerja.
Bulan Agustus yang kurang bersahabat. Seoul sangat panas. Suhu yang menyengat membuat tubuh gerah dan bermandikan peluh. Meskipun musim panas hampir berakhir, namun udara hari itu masih membuat keringat bercucuran.
Lee Hyukjae membawa tangkaian bunga lily putih di makam Kyuhyun. Hyukjae tidak sendirian di sana. Ia bersama Cho Hanji, ayah Kyuhyun, dan Park Jung Soo, bruder yang merangkap sebagai wali kelas Kyuhyun tahun lalu.
Pemakaman itu sangat sepi. Hanya ada mereka bertiga hari itu. Ayah Kyuhyun duduk di samping makam yang terbuat dari marmer putih dengan gambar Kyuhyun tersemat di bagian atas nisan. Tangan rentanya mengusap sayang wajah anak yang ia besarkan dengan penuh cinta selama lebih dari lima belas tahun.
Beliau menyusuri lekuk wajah anak kesayangannya itu. Satu tahun yang terlewat tanpa Kyuhyun begitu menyiksa. Semangat hidupnya sirna sejak ia pertama kali menerima kabar duka itu. Dunianya runtuh saat itu juga. Hidupnya hancur seketika itu juga.
Ia tak ingin memercayai kabar itu. Namun, saat membuka kain putih yang menutupi jasad anaknya itu, mau tak mau ia harus menerima kenyataan paling menyakitkan sepanjang hidupnya. Kenyataan bahwa anaknya tak akan pernah bersamanya dan memanggilnya ayah lagi.
Tangis dan tetesan air mata tak bisa mengembalikan semuanya. Ribuan kali ia menyebut dan memanggil nama anaknya itu, tak akan bisa membuatnya kembali ke pangkuannya. Anaknya telah pergi. Kyuhyunnya telah pergi untuk selamanya. Tuhan lebih mengasihinya daripada dirinya.
Mungkin ini hukuman untuknya karena telah menyangsikan kejujurannya. Mungkin ini hukuman baginya yang telah memaksanya tinggal di tempat yang tidak pernah ia inginkan. Andai saja dulu ia memercayai ucapan Kyuhyun tentang wanita pilihannya, mungkin saat ini ia masih bisa memeluk anaknya itu. Mereka berdua bisa hidup bahagia meski hanya berdua.
Wanita itu, Kang Jin Ah, bahkan tak ada bersamanya saat ia jatuh terpuruk. Wanita itu malah pergi meninggalkannya begitu saja saat ia tenggelam dalam lubang hitam tanpa dasar. Saat ia membutuhkan seseorang yang kuat untuk tempatnya bersandar, wanita itu malah beranjak pergi.
Sungguh, Cho Hanji merasa menyesal sekarang. Namun, nasi sudah menjadi bubur. Penyesalannya tiada berguna sekarang, hanya menambah luka yang masih menganga dan bernanah di hatinya.
Cho Hanji menghapus air matanya saat seseorang menepuk bahunya menenangkan. Bruder Park, menguatkannya dengan sorot matanya yang meneduhkan. Selama ini, saat berkunjung ke kapel asrama, Cho Hanji memang sering bercakap-cakap dengan Bruder Park. Bruder Park menjadi tempat bagi Cho Hanji menumpahkan segala kegundahan hatinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
UNTOUCHABLE
Hayran KurguKebersamaan dua orang sahabat, Cho Kyuhyun dan Lee Hyukjae, di asrama sekolah. Semua mereka rasakan dan bagi bersama walaupun mereka tahu kebersamaan itu tidak abadi selamanya.