Lee Hyukjae duduk termangu di depan perapian bekas api unggun yang tinggal menyisakan bara. Ia termenung teringat apa yang dikatakan Guru Bong tadi di dalam kamar. Suatu perkataan yang mengiris hatinya.
Guru Bong sudah tidur setelah mabuk berat. Hyukjae sudah kehilangan rasa kantuknya. Angan dan pikirannya saling berkecamuk dalam benaknya. Apa yang sudah ia dengar dari mulut Guru Bong sendiri membuat penilaiannya pada Guru Bong mulai berubah. Rasa hormat dan kagumnya pada Guru Bong mulai luntur.
Lee Hyukjae teringat Kyuhyun. Mengingat apa yang sudah dilakukannya pada Kyuhyun setelah anak itu bercerita tentang Guru Bong, membuat hatinya semakian kacau tak keruan. Ia sudah menghindari Kyuhyun dan tidak memercayainya.
Cho Kyuhyun tentunya lebih merasa kecewa saat Lee Hyukjae menunjukkan sikap yang tak bisa menerima semua ucapannya. Lee Hyukjae kecewa pada dirinya sendiri yang tak memercayai apa yang dikatakan Kyuhyun.
Lee Hyukjae merasa egois karena lebih mementingkan ambisinya daripada sahabatnya itu. Ia lebih mengutamakan hasratnya untuk tenar daripada perasaan sahabatnya itu. Kyuhyun membutuhkan dukungan darinya, namun ia malah menghindarinya dan seolah menulikan telinganya.
Ia mendahulukan asa dan ambisi di atas rasa kemanusiaannya. Lee Hyukjae merasa dia sahabat terburuk di muka bumi ini. Ia pergi di kala sahabatnya membutuhkan kehadirannya. Ia menghindar di saat sahabatnya membutuhkan dukungannya.
"Kyuhyun-ah, mianhe, jeongmal mianhe," tangis Lee Hyukjae.
Memang benar kata Kyuhyun, pemujaannya pada Guru Bong akan menghancurkannya. Rasa kagumnya yang berlebihan pada Guru Bong, membuatnya merasa lebih sakit.
"Apa yang harus kulakukan, Kyuhyun-ah? Aku harus bagaimana?" tanya Lee Hyukjae pada angin yang berlalu.
Selama ini Lee Hyukjae merasa sudah melakukan hal yang benar. Namun, nyatanya semua yang dilakukannya taka da yang benar dan malah membuatnya terpuruk.
"Guru Bong, bagaimana mungkin kau? Mengapa kau tega melakukannya? Kau yang menghiburku saat aku kehilangan Kyuhyun. Kau yang menguatkanku saat aku tak sanggup menerima kenyataan. Tapi, tanpa aku tahu, kau sendirilah yang merenggutnya. Kau yang merampas paksa hidup Kyuhyun. Kau yang mengambil nyawanya dan berdalih seakan-akan kau juga terpukul karena kematiannya. Manusia macam apa kau?"
Lee Hyukjae melemparkan potongan-potongan kayu ke tengah perapian yang sudah hampir padam meninggalkan abu dan bara. Ia meluapkan kekesalan yang mengganjal dalam hatinya.
Lee Hyukjae masih terus meluapkan amarahnya malam itu. Namun, tiba-tiba ia menghentikan aktivitasnya itu. Ia teringat sesuatu yang pernah Kyuhyun katakan padanya.
'Kyuhyun bilang Guru Bong mengonsumsi obat-obatan terlarang. Ia masih menyimpan obat-obatan itu dan mengonsumsinya secara rutin. Apa mungkin....?'
Le Hyukjae cepat-cepat bangkit dari tempatnya duduk. Ia berlari cepat menuju kamarnya bersama Guru Bong terletak. Kalau memang benar semua yang dikatakan Kyuhyun pasti barang itu ada di sana.
Lee Hyukjae membuka pintu kamarnya pelan-pelan. Guru Bong masih terkapar di ranjangnya dengan posisi yang sama sebelum Hyukjae meninggalkannya. Dengan berjingkat-jingkat Lee Hyukjae mendekati tas pakaian Guru Bong.
Apakah Guru Bong membawa obatnya malam ini. Kyuhyun bilang Guru Bong tak bisa hidup tanpa obatnya itu. Kalau memang itu benar, pasti saat ini Guru Bong membawanya serta.
Lee Hyukjae berjongkok di depan travel bag milik Guru Bong. Tangannya meraih ritsleting tas itu dan membukanya pelan. Ia tak mau Guru Bong mengetahui apa yang dilakukannya itu. Ia bisa berakhir mengenaskan kalau sampai Guru Bong memergokinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
UNTOUCHABLE
Fiksi PenggemarKebersamaan dua orang sahabat, Cho Kyuhyun dan Lee Hyukjae, di asrama sekolah. Semua mereka rasakan dan bagi bersama walaupun mereka tahu kebersamaan itu tidak abadi selamanya.