Chapter 11: Unwelcoming Guest

745 64 2
                                    

Besoknya...

Ren menuruni tangga asrama dan bergegas menuju ke sekolah. Tetapi ketika melangkah ke halaman depan, dia melihat beberapa pasang mata yang memandangnya, lalu memalingkan wajah. Bahkan terdengar bisikan dari sana sini yang membuatnya tidak nyaman.

"Apa yang mereka bicarakan?" batinnya.

Ren bergegas ke gedung sekolah dan menuju ke ruang Klub MIsteri sudah bersih dari coretan piloks. Di dalam, mejanya diganti dengan yang lebih bagus dan kardus-kardus sudah disingkirkan dan ditumpuk di sebelah pintu. Laki-laki itu menghela napas lega, artinya kegiatan klub masih bisa dilanjutkan.

Setelah mengecek ruang klub, dia pun berjalan ke kelasnya. Namun sepanjang lorong, banyak pasang mata yang memandanginya dengan aneh. Ren semakin heran, apakah berita itu sudah tersebar sampai ke murid-murid lain dan mereka sedang membicarakan nasib Klub Misteri yang tertimpa nasib sial minggu lalu atau bergosip tentang pelaku vandalisme itu dan memandanginya yang merupakan ketua klub.

Sesampainya di kelas, Shelby, Dean, dan Benny terlihat sudah datang dan tengah berkumpul di meja Shelby. Mereka menengok begitu Ren muncul. "Ren, pas sekali kau sudah datang," ujar gadis itu.

Ren menaruh tasnya di bangku. "Ada apa? Ada permintaan kasus?"

"Kurasa daripada permintaan kasus, kita dapat sedikit masalah. Dan ini benar-benar di luar dugaan," jawab Dean.

"Aku mendengarkan."

"Sebetulnya aku tidak ingin berprasangka buruk terlebih dahulu, tapi... sadarkah kalau dari tadi ada yang memandang kita dengan aneh?" tanya Benny.

"Dari tadi. Sebetulnya aku tidak ingin menggubris mereka. Harusnya kita tidak berbuat masalah sampai mereka memandang kita seperti itu, 'kan?"

"Apa mungkin berita tentang ruang klub yang kena vandalisme sudah menyebar?" terka Dean. "Tapi harusnya mereka tidak sampai menatap kita seolah-olah kita berempat ini baru ketahuan berbuat sesuatu dan tinggal menunggu kena hukuman."

"Tadinya aku juga menebak seperti itu. Tapi harusnya tidak ada yang tahu kecuali kita, pihak guru, dan orang yang memberitahukan kalau ruang klub terkena vandalisme."

Ren berpikir-pikir. "Kalau memang kita dipandang seperti itu, harusnya ada satu alasan yang membuat mereka tidak percaya jika Klub Misteri pernah berbuat sesuatu yang buruk. Tapi seingatku kita tidak pernah melakukan apapun. Kalau memang ada yang menyimpang dari kegiatan klub, pasti setelah ini aku sudah dipanggil untuk dimintai kejelasan."

"Tapi ternyata bukan. Harusnya kita tidak ada masalah kalau memang bukan dari kegiatan klub," papar Shelby.

Bel tanda masuk berbunyi. "Kita bicarakan ini nanti saja. Aku tidak mau ambil pusing terlebih dahulu tentang hal ini. Jam istirahat nanti aku harus menghadap guru konseling untuk mengurus lebih lanjut tentang kejadian ini," kata Ren.

"Apa pelakunya sudah ditemukan?" tanya Dean.

Ren menggeleng. "Sayangnya tidak. Dan tampaknya pelaku mendapat akses ke ruang guru, lebih tepatnya ke lemari penyimpanan yang ada di pojok ruangan. Kalian tahu kalau di sana ada lemari khusus properti tambahan dan barang-barang yang disita oleh guru, 'kan? Pasti ada seseorang yang memiliki izin untuk pergi ke ruang guru dan menggunakan piloks untuk mencoret ruang klub."

"Tapi aku merasa aneh dengan pelakunya," lanjut Dean. "Kalau memakai merah untuk mengancam, aku bisa mengerti. Kalau warna ungu violet malah terasa janggal. Kenapa malah violet dan bukan warna merah?"

Belum sempat Ren menjawab, tiba-tiba sebuah teriakan mengejutkan mereka. "Siapa yang... berteriak?" tanya Shelby.

"Ayo kita cari tahu!" Dean langsung berlari ke luar kelas.

[END] Love You Until DeathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang