Chapter 12: The Betraying Fallen Angel

712 64 0
                                    

Ren tersentak bangun dari tidurnya. Dia merasakan keringatnya mengalir deras. "Mimpi macam apa tadi..."

Perlahan, Ren duduk di tempat tidur dan mencoba mengingat mimpi yang dilihatnya. Dia ada di sebuah ruangan gelap tanpa ada seorang pun terlihat. Lalu terdengar rintihan sakit di belakangnya. Sosok Shelby terbaring dengan kepala berlumuran darah.

Namun yang membuat Ren terkejut adalah keberadaan sosok laki-laki tidak dikenal yang kepala dan tubuhnya juga berlumuran darah. Laki-laki itu menunjuk ke arah kertas itu tanpa mengatakan sepatah kata pun. Hanya sampai di situ, dan mimpi tersebut berakhir begitu saja.

Firasat Ren mendadak tidak enak. Sejak kemarin malam Shelby tidak mengabari apapun, entah tidur duluan atau masih belum menemukan jawaban teka-teki itu dan baru akan memecahkannya saat kegiatan klub nanti.

"Kurasa aku tanyakan saja padanya."

Mata hijaunya melirik jam. Pukul setengah tujuh lewat, sudah hampir waktu masuk. "Sialan!" umpatnya dalam hati. Segera dia melompat turun dari tempat tidur untuk berganti pakaian dan segera bersiap-siap ke sekolah. Lalu berlari keluar kamar menuju ke gedung sekolah.

Ren menghela napas lega setelah berhasil mencapai kelas tepat ketika bel masuk berbunyi. Dia langsung menuju ke mejanya. Untung saja guru pelajaran pertama belum datang.

"Kupikir kau akan bolos," ledek Dean. "Kau bermimpi apa sampai tidak bisa dibangunkan? Jangan bilang mimpi soal cewek."

"I-Itu...," Ren mencoba berkelit. Alasan apa yang harus dia katakan kepada mereka? Tidak mungkin jika dia mengaku kalau dia bermimpi tentang Shelby. Bisa-bisa Benny dan Dean mencecarnya dengan pertanyaan kelewat banyak.

"Ah, aku tahu! Jangan-jangan kau bermimpi tentang–"

"Aku bermimpi tentang Shelby." Ren akhirnya mengaku. "Kalian puas? Aku memimpikan dia semalam."

Dean dan Benny bertatapan sejenak, lalu seketika tawa mereka meledak. Wajah Ren langsung memerah. "Hooo jadi kau mulai bermimpi tentang gadis itu?! Wah, kau rupanya benar-benar menyukai Shelby!" tawa Dean.

"Bisakah kalian lupakan saja tentang aku menyukai gadis itu? Aku bahkan tidak yakin dia akan menyukaiku yang hanya anak pemilik kafe," semprot Ren. "Sebetulnya hanya... mimpi buruk. Tapi bukan mimpi buruk yang serius."

"Hmmm... begitu, ya. Tapi kebetulan sekali kau melihat Shelby di dalam mimpi. Jangan-jangan ada apa-apanya lagi."

"Menggodaku sekali lagi, kujitak kau, ya."

Dean hanya cekikikan. Ren menatap ke sekeliling kelas. Dia menyadari kalau sosok Shelby sama sekali tidak terlihat. Tidak biasanya, padahal gadis itu tidak pernah datang terlambat atau bolos sekolah.

Firasat Ren mendadak tidak enak. Dia takut sesuatu terjadi kepada Shelby dan mimpi semalam adalah tanda-tandanya. Namun buru-buru ditepisnya pikiran itu.

"Tidak, aku yakin Shelby baik-baik saja. Mungkin dia izin karena sakit atau semacamnya." Ren mencoba meyakinkan diri.

Bel tanda masuk sekolah berbunyi. Sesuai dugaannya, Shelby tidak hadir. Dan kebetulan guru yang mengajar di jam pertama adalah Bu Fallen. Harusnya beliau memberitahukan ketidakhadiran gadis itu sebelum pelajaran dimulai.

Tetapi dugaannya meleset. Bu Fallen sama sekali tidak memperhatikan jika Shelby absen dan langsung memulai pelajaran. Padahal biasanya beliau akan mengabsen tiap murid satu persatu dan bertanya siapa saja yang tidak hadir. Barulah saat pelajaran kedua dan ketiga, ketidakhadiran Shelby dipertanyakan. Tidak ada yang tahu kenapa gadis itu tidak hadir.

[END] Love You Until DeathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang