Chapter 3: Demise

1K 80 3
                                    

"Aku pulang."

Violette berjalan gontai ke arah kamarnya dan langsung membanting tubuh ke atas kasur. Dia menyembunyikan wajah di bantal. Ingin sekali rasanya menghilang, saking malunya dengan apa yang terjadi di kelas tadi. Ditambah sampai bertengkar dengan Fallen hanya karena perkara surat cinta.

Tangannya meraih ponsel di saku kemeja sekolah dan mencari nomor kontak Fallen, lalu mengetikkan sebuah pesan singkat kalau dia ingin menemuinya besok pagi sebelum sekolah mulai. Dalam hati, Violette berharap sahabatnya mau mendengarkan permintaan maafnya karena pertengkaran tadi.

"Aku harus menemuinya besok untuk minta maaf."

Violette menghabiskan waktu di kamar hanya dengan tidur dan membaca novel untuk melupakan pertengkaran di sekolah tadi. Cindy yang sadar jika kakaknya terlihat lesu pun menariknya keluar kamar untuk sekadar nonton TV atau menemaninya mengurus tanaman yang ada di halaman depan. Tidak enak untuk menolak sang adik, Violette mengiyakan ajakan tersebut.

Sepanjang sore, keduanya merawat tanaman di halaman depan, mencuci piring, dan menyiapkan makan malam. Cindy penyandang disabilitas sehingga harus beraktifitas memakai kursi roda dan mengambil homeschooling. Tetapi hal itu tidak membuatnya selalu berdiam diri depan ruang keluarga atau di kamar. Dia selalu terlihat sedang belajar merajut, merawat tanaman di halaman, dan menyiapkan piring dan alat makan. Violette merasa bangga dengan sang adik yang mandiri.

Waktu berlalu dengan cepat. Pukul sepuluh malam, Violette kembali ke kamar dan berbaring di kasur setelah mematikan lampu, lalu mengambil ponsel untuk mengecek kotak masuk. Tidak ada balasan dari Fallen.

Violette menghela napas dan menaruh ponsel di sebelah meja untuk di-charge. Mungkin saja Fallen tidak membalas karena tidak mau diganggu dulu. Itu artinya dia harus meminta maaf secara langsung besok di sekolah.

"Fallen...," batin Violette. "kuharap besok kamu mau mendengarkanku sebentar. Aku tidak mau persahabatan kita rusak hanya karena perkara seperti ini."

Pagi harinya...

Violette turun dari mobil dan bergegas memasuki gedung sekolah menuju kelasnya. Sosok Fallen tidak ada terlihat sama sekali. Bahkan ketika tiba di kelas, kursinya masih kosong. Padahal dia selalu datang pagi, mengingat rumahnya jauh dan harus menggunakan bus untuk ke sekolah.

Setelah menaruh tas di bangku, Violette mengecek ponsel. Belum ada pesan apapun dari Fallen. Dia sudah ingin mengetikkan SMS padanya, namun langsung mengurungkan niat. Berusaha berpikir positif. Mungkin Fallen terlambat karena kendala macet atau ada alasan lain. Kalaupun absen karena sakit, dia akan segera mengabarinya atau mengabari ketua kelas.

"Vio!"

Daniel muncul di ambang pintu dengan buku catatan miliknya di tangan. "Nih, bukumu. Pulang sekolah kemarin aku cariin kamu, tahu."

Violette menghampiri Daniel. "Sori, supirku juga sudah nungguin, jadi langsung buru-buru pulang."

"Oh, ya, aku mau bicarakan sesuatu. Boleh?"

"Hah?"

"Nanti kujelaskan. Kita ke taman belakang saja, daripada yang lain nanti dengar."

Violette mengikuti Daniel menuju ke taman belakang sekolah. Dalam hati dia bertanya-tanya apakah tentang surat cinta itu atau bukan. Sejak tadi dia merasa tidak tenang dengan apa yang ingin dibicarakan.

Sesampainya di taman belakang, Daniel mengajak Violette duduk di salah satu kursi panjang. "Jadi...," Violette memulai. "apa yang mau kamu bicarakan, sampai harus menarikku ke taman belakang segala."

[END] Love You Until DeathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang