Aku menancapkan gas dan mobilku melaju membelah tengah kota. Aku tak peduli seberapa banyak kendaraan yang kesal karena ulahku. Banyak pengendara baik mobil ataupun motor menggerutu kesal karena aku yang tidak sabaran menyelip kendaraan lainnya.
"Hikss...kenapa dia datang lagi?" Tanyaku dengan frustasi , sekarang aku hanya ingin ke suatu tempat. Pelabuhan. Yah,aku hanya ingin kesana. Karena hanya disana aku merasakan gelombang yang terombang-ambing,yang berlomba-lomba untuk mencapai permukaan daratan. Aku juga mungkin bisa menghabisi hidupku disana? Yah mungkin.
Tak ada lagi tujuanku selain kesana.Aku juga sudah lelah hidup seperti ini hingga aku lupa kalau aku hanya hidup dalam keterpurukan,kesedihan, kegelapan. Kebahagiaan tak akan pernah datang. Yah tak akan pernah datang :) aku aja yang hanya selalu berharap, berkhayal,bermimpi,dan menunggu. Dengan bodohnya aku percaya semua hal itu dan menunggu kebahagiaan tersebut datang. Namun, apa yang aku dapat kan selama ini? Kebencian,kedustaan,penghianatan, kehancuran,kesedihan,cemohan. Aku lelah hidup seperti ini.
Aku juga ingin hidup layak nya orang-orang normal. Aku hanya ingin kebahagiaan dan tak ada masalah satu pun yang datang ke dalam hidupku. Mungkin dulu aku bercita-cita sebagai pengusaha sukses atau dokter atau arsitek. Namun,sekarang telah berubah. Aku sudah tidak punya tujuan hidup lagi. Ayah...bunda...aku hanya ingin hidup bersama kalian. Apa gunanya aku hidup di dunia ini? Jika aku hanya selalu tersakiti. Ayah,bunda... siapa yang harus aku bahagiakan di dunia ini? Kalian sudah tidak ada,kalian sudah jauh diatas sana, sedangkan aku? Kalian tinggalkan begitu saja tanpa jejak, tanpa kasih sayang, tanpa pelukan hangat, tanpa tawa canda. Apa yang harus aku ingat dari kenangan kalian? Kalian tidak pernah memberiku kenangan. Aku juga tak mengira bahwa kalian akan pergi secepat itu. Ayah... bunda... aku lelah sekarang,aku sudah tidak ada artinya hidup di dunia ini.
Aku memarkirkan mobilku dengan rapi di dekat parkiran pelabuhan. Aku mulai berjalan menuju tangga-tangga turun menuju kapal. Aku berjalan dengan tatapan kosong dan hampa. Hingga tak terasa mataku dipenuhi oleh cairan bening yang sebentar lagi akan menetes. Dan kini, aku merasa ada sesuatu yang telah mendarat dengan halus di pipiku. Yah, kini aku mulai menangis. Menangis tanpa suara. Aku menangis sejadi-jadinya. Tak ada satu pun orang yang menyadari kehadiranku,semua orang mulai berpulangan karena hari mulai sore. Aku duduk diatas semen,kulepas kedua sepatuku. Aku menyeburkan kedua kaki ku kedalam air. Hingga aku merasa seperti ombak mengajak ku untuk bermain di antara ikan-ikan dan air laut yang sangat dingin. Aku mulai memejamkan mataku dan duduk dengan tenang. Aku masih menangis, mengingat semua kejadian dalam hidupku. Mulai dari aku kecil hingga seperti sekarang ini.
Aku mulai berdiri lalu menatap ke arah langit,ku lihat matahari yang sudah sedikit berwarna orange, awan-awan juga sudah hampir menutupi langit, sinar mentari pun sudah hampir tak terlihat. Aku menatap langit penuh arti. Aku berharap aku mati disini dan segera bertemu kedua orang tuaku. Aku mulai mundur beberapa langkah. Dan berniat untuk menjatuhkan diri ke dalam laut tersebut. Aku hanya perlu menghitung waktu,hingga matahari terbenam dan aku akan jatuh ke dalam air laut yang sangat dingin.
Aku sudah tidak dapat bertahan,aku sudah cukup menahan sakit, aku juga sudah tidak punya tujuan hidup. Aku mulai menghitung.
Satu....
Dua...
Tiga...
Empat...
Lima...
Langkah demi langkah kulalui dan sebentar lagi aku tidak akan bertemu orang-orang di dalam sana.
Enam....
Tujuh....
Delapan
Sem...bilan
Aku sudah siap,inilah yang aku tunggu-tunggu.
Sepuluh...
BYURRR!!!!
Terdengar suara percikan air yang sangat keras. Hingga satu suara membuatku tegang di dalam sana dan tersenyum.."ABIIIII!!!!"
Aku semakin tersenyum di dalam air, aku semakin menahan napas ku, Devon. Orang yang menyebut nama ku itu Devon."Abi,apa yang kalu lakukan? Kau gila? Astaga...bagaimana ini? Aku tidak bisa berenang lagi" ucapnya menggerutu diatas sana
Lagi dan lagi aku tersenyum untuk ketiga kalinya,aku menutup mataku rapat-rapat dan merasa gelombang air membawaku secara pelan.
"Abi...bertahan lah,aku tak ingin kau seperti ini" ucap Devon
Devon...semua sudah berakhir,ini lah kebahagiaanku. Ucapku dalam hati. Aku mulai kedinginan,aku mulai sulit bernafas namun,aku tetap bertahan hingga semua... gelap,dan aku tak sadarkan diri.
AUTHOR POV
Sedari tadi,Devon mencari-cari Abigail disekolah hingga menyadari bahwa abi pergi. Dan Devon melacak keberadaan abi melalui gps. Dan Devon pun berhasil menemukan Abi walau telat. Devon kebingungan setengah mati karena melihat Abi sudah jatuh ke dalam air laut tersebut. Devon tidak bisa berenang dan ia pun meminta bantuan,ketika bantuan datang dan Abi berhasil diangkat dari dalam air. Devon segera membawa Abi ke rumah sakit. Dia tidak ingin Abi kenapa napa. Ia tidak ingin sahabatnya itu sakit bahkan terjadi hal yang tidak di inginkan.Dan disinilah Devon,menunggu kesadaran Abi yang sedang dalam keadaan tidak sadar. Untug daja Devon tahu nomor mpok Sindi dan langsung meminta mpok Sindi menuju kemari dan membawa keluarga angkat Abi lainnya.
DEVON'S POV
Sudah hampir satu jam tapi,dokter belum juga keluar dari ugd. Bikin gue gelisah aja. Gue pun duduk di kursi dan seraya mengecek ponselku,apa ada pesan masuk atau telpon masuk yang penting. Dan seseorang menepuk bahuku yang membuatku menoleh."Tante...Om...Mpok Sindi?" Tanyaku seraya berusaha tersenyum agar mereka tidak khawatir
"Nak Devon....terimakasih udah memberi tahu kami,dan.. apa sebenarnya yang terjadi dengan Abi?" Tanya tante Grace (momnya Abi)
"Ehm..aduh,gimana yah tante?" Ucapku setengah bingung karena takut mamanya Abi shok.
"Kenapa Dev? Beritahu kami apa sebenarnya yang terjadi dengan anak om?" Tanya Om Adam (Dadnya abi)
"Tadi..." ucapku setengah menghela napas dan melanjutkan perkataanku "Abi,mencoba untuk bunuh diri" ucapku dan langsung mengusap wajahku dengan gusar.
Kulihat Tante Grace menangis dan langsung menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya. Lalu om Adam yang langsung memeluk tante Grace dengan tatapan sedih. Dan mpok Sindi yang sedang menangis sambil terduduk
Keheningan pun menimpa kami, yang terdengar hanya suara tangisan,suara langkah kaki orang yang berlalu lalang. Bau obat-obat. Dan pintu ugd pun terbuka yang sontak membuat kami semua menoleh ke arah tersebut. Tante Grace langsung menghampiri dokter tersebut dengan langkah terburu-buru.
"Dok...bagaimana keadaan anak saya dok?" Ucap Tante Grace dengan menahan tangisannya
"Ini dengan keluarga pasien Abigail?" Tanya Dokter tersebut
"Iya dok...papanya,dan kami semua keluarganya" ucap Om Adam cepat
"Kalau tadi saja Abigail tidak dibawa cepat kemari,mungkin nyawa nya sudah tidak tertolong. Untung saja cepat dan ia sudah melewati masa kritisnya" ucap Dokter tersbut dengan tersenyum.
Hai para readers setiaku 🤗
Maaf yah author baru update sekarang. Karena author rada bingung mau lanjutin cerita ini apa enggak,karena sedikit yang baca + yang vote sedikit :( author menerima saran & kritikannya ya :) silahkan di comment. Apa aja deh :v yang penting author seneng di comment sama para readers tercintahh :3 #ewh 😂😂😂 jangan lupa tinggalkan jejak yah readers. Love you 😊😊
YOU ARE READING
Mysterious Girl 🤦🏻♀️
Non-FictionGadis Yang memiliki aura dingin yang kuat,tatapan tajam yang siapa pun melihatnya dapat terhanyut dalam manik matanya yang berwarna biru hazel tersebut. Yang selalu saja tertutup pada siapa pun,dan tidak pernah berbica panjang lebar. Ia selalu dingi...