"Jam berapa pulang dari rumah sakit nanti? Malam?"
"Hmm."
"Ingin aku jemput?" tanya namja putih pucat itu sambil mengoles rotinya.
"Tidak perlu." Jawab yeoja itu menyantap sarapannya.
"Nona Im, bicara yang benar pada kakakmu." Ujar yeoja paruh baya yang duduk disebrang namja itu.
"Saat ini kita sedang sarapan eomma."
Namja itu mendengus. "Alasan." Jawabnya kemudian menyantap rotinya.
Tuan Im berdeham. "Nanti malam kita makan malam bersama ya." Terangnya dan membuat tiga orang yang berada disekitarnya langsung menoleh kearah namja paruh baya itu. "Wae? Apa ada yang salah?"
"Aaah tidak ada." Sahut Nyonya Im.
"Ajak Juhwan dan istrinya juga."
"Nee."
Tuan Im menatap putri bungsunya. "Kau bisakan mengosongkan jadwalmu?"
Yeoja itu mendesah. "Akan aku usahakan."
"Harus kau lakukan, atau appa akan menghubungi Direktur rumah sakit itu. Kau sudah menjadi ketua tim departemen."
"Appa jebbal. Kita sudah membahas ini sebelumnya. Tolong jangan ikut campur. Aku tidak mau dikenal karena aku anak Appa."
"Kalau begitu kau harus datang nanti malam."
"Arrasseo." Ujarnya lalu bangkit. "Aku pergi dulu." Yeoja itu membungkuk sopan.
"Tidak ingin di antar?"
"Kita sudah bahas sebelumnya."
"Arrasseo."Namja tinggi itu menarik dasinya ke atas dan tersenyum menatap kaca rias di depannya kemudian memakai jasnya tak lupa merapikan kancing lengannya. "Jadi apa pagimu rusak karena ajakkan ayahmu?"
["Hmm. Rusak seperti kertas yang disobek secara paksa."]
Namja itu tertawa. "Aku sudah selesai. Ingin aku jemput?"
["Tidak perlu. Aku sudah di halte bis. Itu bisnya datang. Aku tutup ya."]
"Baiklah. Nanti aku akan menemuimu, kita makan siang bersama." Ujarnya lalu menekan headset bluetooth dari telinganya. Senyuman tidak lepas dari wajah tampan namja itu. Suara yeoja itu adalah vitamin penyemangat paginya. "Keurae.. hari ini aku harus bekerja lebih baik dari kemarin. Fighting.""Setelah empat tahun tidak kembali, apa Anda begitu merindukan Korea?"
Namja tampan itu mengangguk dan melihat keluar. "Aku benar-benar merindukan negara ini Ahjussi."
Namja paruh baya itu tersenyum. "Bukankah tuan besar menyuruh Anda pergi hanya untuk satu tahun saja, tapi kenapa sampai empat tahun?"
"Ahjussi seperti tidak tahu aboeji saja. Bagaimana bisa aku kembali kalau pekerjaan disana saja menumpuk seperti gunung Himalaya."
"Tuan Muda bisa saja."
"Aaah aku tidak sabar bertemu eomma. Ah matta, apa Ahjussi tahu dimana aku akan bekerja?"
"Tentu saja. Saat ini kita dalam perjalanan menuju kantor tuan muda."
"Sekarang?"
"Nee."
"Ya Tuhan. Aku baru saja sampai tapi aboeji... Ya Tuhan."
"Anda harus mulai terbiasa dengan kejutan yang diberi tuan besar."
Namja tampan itu hanya mengangguk pasrah. "Keurae... Aku akan terus menjadi boneka tuan Song."
"Bukan boneka, tapi hanya penerus."
"Yaaa terserah ahjussi saja."^1^
"Selamat Pagi."
"Pagi seonsaengnim." Seru yang lain.
Yeoja cantik itu tersenyum dan berjalan menuju lokernya lalu membukanya.
"Sudah pakai baju itu saja."
Yeoja itu melirik kesebelahnya dimana terdapat seorang namja bersandar pintu loker. "Aigoo. Lee Hyukjae, tumben sekali kau datang cepat."
Namja bernama Lee Hyukjae itu tersenyum nyengir. "Semalam kita mendapatkan pasien yang cukup parah."
"Kasus apa?" tanyanya santai sambil memakai jas dokternya.
"Terdapat kerikil kecil, paku bahkan jarum didalam lambung bocah berumur 7 tahun."
"Jinjja? Lalu kenapa kau tidak melakukan operasi darurat?"
Hyukjae mendesah. "Keluarganya kurang mampu dan mereka memutuskan untuk pulang."
"Pulang?" Namja itu mengangguk. "Astaga, kenapa kau tidak mencegahnya?"
"Bisa apa aku? Kau ingin menanggung semua biayanya?" Hyukjae mendekatkan dirinya. "Kau ingin seluruh rumah sakit tahu kalau kau anak..."
"Diam kau."
Hyukjae tersenyum tipis. "Arrasseo."
"Berikan alamatnya."
"Ye?"
"Berikan saja alamatnya. Aku akan menemuinya saat makan siang."
"Im Yoona, apa kau gila?"
"Hmm. Aku sangat gila." Ujar Yoona menutup pintu lokernya kemudian pergi begitu saja.
Hyukjae menggeleng dan menyusul temannya itu. "Aku tahu dulu saat kau masih intern kau dapat dibagian syaraf tapi... Ya Tuhan, apa selama menjadi intern dulu syaraf otakmu terganggu."
"Berikan saja alamatnya padaku, oke?"
"Arrasseo."
"Annyeong haseyo seonsaengnim." Sapa para intern saat mereka masuk kedalam ER.
Yoona tersenyum dan menatap keempat orang didepannya. Yeoja itu mengangguk. "Dua intern baru?"
"Nee seonsaengnim." Sahut intern yang lain lalu menoleh kedua orang yang dimaksud.
"Annyeong Haseyo Cha eunwoo imnida."
"Annyeong Haseyo Kim Sohye imnida."
Yoona mengangguk. "Selamat datang di tim saya. Semoga kalian bisa beradaptasi sekaligus belajar dari apa yang kami lakukan dan yang perlu kalian ingat, saya paling tidak suka orang yang lambat dan tidak cekatan. Bila sebelumnya kalian memiliki kedua sifat tersebut, kalian harus memperbaikinya secepat mungkin atau pindah ke tim lain. Arrachi?"
"Nee."
"Keurae selamat bekerja." Ujarnya berbalik dan memeriksa karte pasien.
"Nee silahkan bekerja." Ujar Hyukjae dan mengikuti kegiatan atasannya. "Kau tahu kenapa tim kita jarang dikirim intern?" Yoona mengangkat bahunya. "Karena sebelum mereka bergabung kau selalu menakuti mereka sehingga mereka memilih untuk pindah ke tim lain."
"Aku bukan menakuti mereka, itu hanya caraku untuk melatih mental mereka. Kau lihat dokter Bae dan dokter Kim? Mereka berdua berada diatas dari intern lain di angkatannya. Meski sedikit kita harus unggul dalam skill."
"Aku seperti pernah mendengar hal itu sebelumnya." Sahut kepala perawat. Yoona tersenyum. "Im seonsaengnim mengatakan hal yang sama pada sahabat seonsaengnim, Dokter Jung Soomin beberapa tahun yang lalu."
"Nee."
"Apa kabar dokter Jung sekarang?"
"Dia baik. Sekarang sedang di Jepang, mengikuti suaminya."
"Aaah begitu."
Yoona kembali membaca karte.
"Lalu kapan kau akan menikah Im Yoona?" tanya Hyukjae jahil.
"Nanti, setelah kau."
"Eii, saya akan mengingatnya seonsaengnim." Goda kepala perawat.
Yoona hanya tersenyum. "Saatnya keliling."
"Nee."
KAMU SEDANG MEMBACA
arZt season 4
Fanfiction"Aku tidak tahu bagaimana kehidupan kita sebelumnya tapi yang aku tahu, kau ditakdirkan untukku." Song Joongki -pewaris tunggal rumah sakit besar di Seoul- kembali ke Seoul setelah hidup di Amerika selama 4 tahun. Selama 7 tahun terakhir dirinya sel...