Jinwoo merasakan nyeri di bagian dada, namja itu berusaha meraih gelas yang ada diatas meja kerjanya dengan tangan gemetar namun namja itu tidak sengaja menjatuhkannya hingga gelas tersebut pecah.
Pintu ruangan terbuka membuat namja itu menoleh. "Daepyonim.."
"Bisakah kau membersihkan pecahan gelas ini? Aku tidak sengaja menjatuhkannya dan dadaku tiba-tiba nyeri."
"Daepyonim." Panggil sekretarisnya membuat namja itu mendongak. "Nona Yoona... mengalami kecelakaan."
"YE?"Mobil ambulans berhenti didepan pintu masuk ER Songil Hospital, kemudian para petugas ambulans turun satu persatu untuk mengeluarkan Emergency stretcher yang membawa seorang yeoja dengan wajah serta pakaiannya berlumuran darah, kemudian disusul seorang namja yang memakai busa pada lehernya dengan tangan tergantung.
"Tuan seharusnya Anda juga diperiksa."
"Tidak selamatkan Yoonaku lebih dulu." Pintanya sambil mengenggam tangan yeoja itu dengan erat. "Jebbal. Bertahanlah Yoona-ya."Stretcher itu masuk kedalam ER yang langsung disambut para intern dan kehebohan terjadi saat mereka melihat wakil direktur rumah sakit tempat mereka bekerja itu terluka parah bersama seseorang yang berbaring diranjang.
"Daepyonim." Seru suster kepala. "OMO IM YOONA SEONSAENGNIM."
Sohye dan Irene menghampiri ranjang tersebut dan tubuh keduanya mereka melemas, keadaan ketua tim mereka begitu mengenaskan.
Stretcher it berhenti dan para suster segera memasang perlengkapan medis untuk membantu yeoja itu. Hyukjae menghampiri mereka dan langsung memasang stateskop di telinga namun gerakan namja itu terhenti saat melihat pasiennya adalah sahabatnya sendiri. "Yoona-ya." gumamnya.
"Daepyonim, lebih baik Daepyonim duduk disini."
"Shirreo. Aku ingin melihat keadaan Yoona."
"Yoona seonsaengnim baik-baik saja, lebih baik Daepyonim diobati dulu." Bujuk Mingyu.
Seketika ruangan itu ramai dan para perawat begitu panik saat mendengar suara kardiograf. Dengan cepat Hyukjae melakukan CPR dada bahkan ia langsung naik keatas ranjang sedangkan Eunwoo berlari mengambil mesin defibilator. "Jebbal Yoona-ya. Jebbal..." gumamnya. "Jebbal jangan pergi." Serunya membuat yang lain menatapnya iba.
"Seonsaengnim." Gumam Irene.
Layar mesin itu menggambarkan tanda lurus membuat Hyukjae kembali melakukan CPR sekuat tenaga. "CEPAT BAWAKAN DEFIBILATOR." Teriaknya.
"Seonsaengnim..." panggil seorang perawat membuat Hyukjae menoleh, perawat itu menggeleng. "Denyut jantung Im seonsaengnim sudah hilang."
"Andwae... Andwaee." Gumam Joongki seperti orang gila.
Hyukjae menggeleng tidak terima dan kembali melakukan CPR. "IM YOONA ANDWAEEE.. JEBBAL JANGAN PERGI."
Eunwoo berlari mendorong defibilator dan segera Hyukjae meraihnya.
"Seonsaengnim jangan lakukan itu." Sergah Irene. "Jebbal."
Hyukjae menggeleng. "Tidak. Aku tidak ingin sahabatku pergi begitu saja."ujarnya lalu menggosok benda tersebut. "250 joule."
"SEONSAENGNIM."
Namja itu tidak mendengarkannya dan terus menggosok benda tersebut lalu menaruh didada Yoona. "NOW."
Tubuh itu terpental dan tidak ada perubahan. Namun tidak mengurungkan semangat namja itu.
"Seonsaengnim jebbal."
Hyukjae kembali menaruh benda tersebut dan tubuh itu kembali terpental.
"Lee seonsaengnim geumanhae." Pinta Joongki.
"SHIRREO. Yoona harus kembali, kalian harus menikah." Ujarnya dan kembali melakukan itu tepat saat tubuh itu terpental keluar darah mulut Yoona dan mesin kardiograf kembali berbunyi, tanda kehidupan itu kembali dan membuat yang lain menangis lega.
"CEPAT LAKUKAN CT SCAN, X-RAY dan MRI." Perintah Hyukjae pada yang lain.
"NEE."
Hyukjae menghampiri Joongki. "Daepyonim Anda harus di periksa."
"Apa Yoona baik-baik saja?"
Namja itu mengangguk. "Daepyonim tenang saja."Sora masuk kedalam rumah sakit seperti orang kesetanan. Yeoja itu datang berdua bersama Sekretaris Nam dan langsung menerobos ruang ER. "Dimana adikku? Dimana Yoonaku?" tanyanya seperti orang gila.
"Disana."
Sora masuk kedalam dan melangkah menuju bangsal. Langkah yeoja itu terhenti dan tubuhnya hampir terjatuh dilantai kalau tidak Joohyuk yang menahannya saat melihat keadaan Yoona berlumuran darah dan para dokter sedang menjahitnya. "Ottohkae? Apa yang terjadi pada Yoonaku?"
"Chagiya."
Yeoja itu menoleh dan mendapati suaminya berlari kearahnya. "Uri Yoona..."
Juhwan menoleh kearah ranjang rawat dan tubuh itu melorot kelantai. Namja itu menggeleng. "Aniya.. itu tidak mungkin Yoonaku."
Hyukjae mendekat dan membungkuk. "Hyungnim."
"Hyukjae-ya. Kenapa.. kenapa Yoonaku bisa seperti ini? Siapa yang melakukannya?"
Namja itu menunduk.
"JAWAB AKU."
"Hyung." Panggil Jinwoo membuat yang lain menoleh. "Dimana Yoo.." Namja itu diam mematung. "Eii aku yakin itu bukan Yoona. Yoona bukan gadis yang lemah."
"Joohyuk-ssi, tolong cari tahu siapa yang melakukannya. Tangkap dia dan jangan pernah ada kata damai."
"Baik."
"Dimana Joongki-ssi? Apa dia ada bersama Yoona saat kejadian?"
"Aku disini noona." Sahut Joongki membuat mereka menoleh kearah bangsal disamping Yoona.
"Joongki-ssi." Sora menghampiri calon adik iparnya itu. "Apa yang terjadi?"
"Yoona mengalami tabrak lari, aku ingin menyelamatkannya tapi mobil itu sangat cepat hingga aku ikut terserempet sedangkan Yoona tertabrak." Jelasnya pelan.
"Bagaimana keadaannya?" tanya Juhwan pada Hyukjae.
"Song Daepyonim mengalami patah tangan ringan dan juga luka-luka."
"Bagaimana dengan adikku?" celetuk Jinwoo.
"Yoona mengalami retak tulang paru-paru dan patah di bagian kaki kanan. Lalu dari hasil MRI, terdapat gegar otak tapi kami belum tahu hingga Yoona sadar. Kami akan melakukan operasi setelah luka ditubuhnya diobati."
"Tolong uri Yoona Hyukjae-ya."
Hyukjae mengangguk. "Aku juga akan mengajak dokter yang lain untuk menolongnya. Kau tidak perlu khawatir Jinwoo-ya, Yoona yeoja yang kuat."
KAMU SEDANG MEMBACA
arZt season 4
Fanfiction"Aku tidak tahu bagaimana kehidupan kita sebelumnya tapi yang aku tahu, kau ditakdirkan untukku." Song Joongki -pewaris tunggal rumah sakit besar di Seoul- kembali ke Seoul setelah hidup di Amerika selama 4 tahun. Selama 7 tahun terakhir dirinya sel...