Prolog

296 10 0
                                    

"Kamu adalah satu bintang jatuh keberuntungan ku, memiliki mu meskipun tak lama tapi membuat ku beruntung. Terimakasih karna telah hadir dan pernah jatuh melihat ku."
⚘⚘⚘

Dellia pernah memiliki Haris sebagai bintang jatuh

Saat berniat ingin membeli minum tadi, Dellia mengurungkan niatnya itu. Ia malah pergi melangkahkan kakinya menjauh dari kantin, beruntung tempat Shinta dan Defran makan agak jauh dari persimpangan keluar kantin hingga mereka tak dapat melihat Dellia keluar kantin.

Dan langkah kakinya membawa ia ketempat ini, taman di belakang sekolah yang cukup sepi. Hanya ada beberapa murid yang menghabiskan waktunya di taman ini, sebetulnya ini bukan taman lebih mirip kebun belakang sekolah. Hanya saja tanahnya berhias rumput dan banyak pohon rindang yang di bawahnya terdapat bangku untuk duduk hingga bisa di katakan seperti taman.

Dellia duduk di bangku yang diteduhi oleh pohon ceri, bangku panjang itu sebelumnya penuh dengan daun kering pohon ceri yang berjatuhan dan berserakan di bangku. Namun Dellia sudah membersihkan nya, ia meniup dedaunan kering itu hingga banyak yang jatuh terbawa angin tiupan dari mulut Dellia.

Ia duduk dan bersandar, yang ia rasakan saat ini adalah nyaman. Selain teduh dan tenang, suasana disini juga terasa sejuk dengan angin sepoy sepoy yang berhilir mudik menerbangkan apa saya yang bisa dengan mudah terbawa oleh sapuan angin nya.

Rambut Dellia yang sengaja di gerai pun ikut terbang terbangan oleh ulah sang angin, ia memejamkan mata merasakan sejuknya angin itu menimpa kulitnya yang bebas terekspose.

Ia membuka mata, sekelebat ia merasakan perasaan hangat dan dingin secara bersamaan begitu ingatan itu muncul.

Hari sudah mulai gelap, namun tak ada tanda tanda dari dua orang ini untuk bangun dan beranjak kembali ke tempat teduh yang mereka punya yaitu rumah.

Dellia duduk bersandar pada bahu kokoh Haris, ia memejamkan mata nya merasa tenang dan damai. Seolah dunia nya ada di sini di genggamannya, bagi Dellia, Haris memang sudah menjadi dunia nya sejak lama sekali.

Dunia yang memberikan kebahagiaan, tawa, teman, dan seseorang special untuk berbagi. Namun mengingat Dunia nya akan pergi meninggalkan nya, maka dari itu ia sangat enggan lepas dari sosok ini. Sosok yang juga mengajarkan nya arti kekuatan dan perjuangan.

“Ris?.” Panggil Dellia pelan, terdengar seperti lirihan.

Haris menoleh pada Dellia yang bersandar di bahu nya itu, cowok itu bergerak mengeratkan pelukan nya pada lengan Dellia. lalu di cium nya puncak kepala Dellia, ia dapat merasakan wangi shampoo yang di gunakan dellia dan menghirupnya dalam dalam. Wangi inilah yang nanti akan sangat ia rindukan.

“Haris? Kok kamu diem aja sih!.” Ujar Dellia merajuk, cewek itu menatap wajah Haris dari bawah. Ia dapat dengan jelas melihat wajah Haris dari sini, tercetak jelas sarat kesedihan di mata nya saat Dellia berhasil menangkap iris mata cowok itu.

“Aku tau kok, ini pasti berat buat kamu. Tapi aku disini pasti baik baik aja kok, lagian kan masih ada Bibi yang nemenin aku dirumah.” Ucap Dellia lembut mencoba untu tetap terlihat tegar. Di usapnya punggung tangan kiri Haris yang tergeletak di paha cowok itu.

Haris menghela nafas, di lepasnya pelukan cowok itu pada Dellia dan memandang Dellia dengan tatapan pedihnya. Di genggam nya kedua tangan Dellia, dan lalu di ciumi punggung tangan nya.

Look At MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang