"Tidak ada yang salah dengan niat baik, semoga nantinya itu bisa meredakan gejolak dalam hati yang membara dan membelenggu jiwa sesat."
***Hari ini adalah hari minggu, saatnya menikmati santai santai di rumah karna kegiatan di sekolah terhenti. Dellia masih menggeliat di tempat tidur nya, cewek itu bergadang semalaman karna sepulang dari bertemu dengan Defran ia membuat coffe espresso untuk menyegarkan dirinya. Alih alih merasa segar ia malah terjaga sepanjang malam dan baru bisa tidur saat jam sudah menunjukan pukul 5 pagi.
Shinta? Jangan tanya, cewek itu gak pulang semaleman. Berdasarkan line yang di terimanya, Shinta mengabari bahwa ia menginap di rumah Nia, teman mereka sewaktu smp. Dellia tidak ambil pusing dengan itu, toh ia sudah biasa sendirian dirumah. Bahkan jauh sejak umur nya masih belia yang masih sangat tidak boleh di tinggal sendirian. Dellia sudah terlatih sendirian sejak kecil, sejak kedua orang tua nya bercerai. Papa yang gila tahta lebih milih tenggelam mengurus perusahaan nya, sedangkan mama yang tak tahan sendiri lebih memilih menikah lagi. Dellia di tinggalkan dengan rumah besar dan kebutuhan materi yang tercukupi, tapi tidak dalam kasih sayang dan biologisnya. Jauh di dalam hati Dellia ia tidak menginginkan semua kekayaan ini atau uang yang setiap bulan nya di transfer sangat banyak. Ia hanya menginginkan mama dan papa nya bersama nya, menyaksikan pertumbuhan nya menjadi sosok gadis dewasa dan membanggakan bagi kedua orang tua nya.
Namun semua itu tak urung hanyalah sebuah hayalan, harapan dan angan angan. Semuanya sudah hancur dan pecah bak piring kaca yang di hempaskan ke lantai dengan keras, mengaurkan pecahan pecahan kecil nya yang sangat banyak dan bertebaran dimana mana, yang jika terinjak atau tersentuh dapat menggores kulit begitu perih, menyakitkan, melukai dan menimbulkan bekas.
Bersyukur ada Shinta yang mau menemaninya saat ia benar benar butuh seseorang teman untuk melangkah bersama agar tak salah arah.
Lantunan lagu she look so perfect yang mengalun cepat mengganggu tidur nya. itu adalah bunyi dari nada dering telfon masuk di handphone Dellia, dengan malas dan tangan yang terasa lemas Dellia meraih handphone sialan itu ke atas nakas.
Tanpa melihat siapa penelfon nya Dellia langsung saja menggeser tombol hijau. Dan menempelkan handphone nya di telinga.
"Hallo.. hooaamms.. siapa sih nih.. pagi pagi gini ganggu orang aja!." Ujar Dellia sambil menguap. Dengan mata yang masih terpejam Dellia menunggu jawaban dari si penelfon. Namun orang itu tak mengucapkan sepatah kata pun. Dellia hampir saja ketiduran, namun ia ingat bahwa ia sedang terhubung dengan seseorang di dalam telfon nya.
"Ck.. siapa sih nih? Ganggu aja! Bitch! Lo mau ngapain nelfon gua pagi pagi woohooommss.." di lihat nya layar handphone, masih tersambung dan nomor nya tidak bernama. Dengan kesal Dellia mematikan sambungan telfon dan melempar telfon nya asal lalu melanjutkan tidur, gak penting banget ! fikir nya meruntuki.
Baru ingin melanjutkan acara tidur nya yang sempat terganggu tadi, namun suara deringan telfon yang tadi menganggu nya kini kembali terdengar. Satu kali ia mencoba menghiraukan meskipun mendengar. Terbukti langsung mati! Pengganggu. Runtuk Dellia dalam hatinya. Oke baiklah, ia akan melanjutkan tidur nya drai sekarang. Ia sudah memejamkan mata nya dan... bunyi itu lagi ! shit!
"Bangsat!." Dellia bangun dan mengambil handphone yang berdering keras itu. Ia langsung menggeser tombol hijau dan menempelkan benda sialan yang sudah menganggunya itu di telinga kanan nya.
"Apaan lagi sih! Kalo lo gak mau ngomong juga, gue banting nih hape nya!." ucap nya tak santai, namun suara di telfon membuatnya mengurungkan niat untuk memaki lagi.
"Jemput gue Dell, gue dirumah Nia..." Itu suara Shinta, terdengar lirih dan seperti hendak menangis.
Dellia mengerutkan keningnya, seketika buncah rasa khawatir di dalam dirinya. "Shin? Lo? Lo kenapa? Gue jemput sekarang ya! Lo jangan kemana mana!." Kata nya lalu mematikan telfon nya dan beranjak mengambil dress longgar nya yang bisa langsung masuk ke tubuhnya dengan mudah. Ia menyambar kunci mobil di atas nakas, tak lupa mengambil handphone lalu sedikit merapikan rambut nya. hanya sedikit, masa bodo jika masih berantakan, yang ada di fikiran nya sekarang adalah menjemput Shinta dan bertanya ada apa dengan cewek itu.