Dellia bergeming melihat objek di depan nya.Ia baru turun dari mobil saat sampai parkiran dan melihat Defran sedang lari di kejar pak satpam, dalam hatinya ia berkata apalagi sekarang? Mau kabur tuh anak?Ia menduga kuat bahwa sebentar lagi anak itu akan tidak masuk sekolah selama tiga atau satu minggu karna skor dari guru BK.
“Lo liat apaan sih, ayo masuk bentar lagi bel.” Ujar Shinta menyadarkan Dellia.
Dellia mendesah sebelum akhirnya menuruti perkataan Shinta untuk segera masuk ke kelas sebelum pak satpam beralih mengejar nya karna terlalau lama berdiri di parkiran sementara sebentar lagi bel masuk akan berbunyi.
Dan pada saat masuk ke kelas, Dellia sudah yakin Defran tidak ada. Maka dari itu ia meminta Shinta untuk duduk dengan nya. “Lo duduk sama gue ya, Defran gak bakal masuk kelas kok.” Shinta mengernyit sebentar lalu mengangguk dan menaruh tas nya di meja sebelah Dellia.
“Lo kok tau dia gak masuk? Dia bbm lo ya?.” Tuding Shinta sambil tersenyum penuh arti pada Dellia.
Dellia mendengus, bukan senang di gituin. “Tadi gua liat dia di kejar pak satpam sama gerombolan nya.”
“Dimana?.” Kebiasaan Shinta banget, udah di kasih tau gak bisa sekali ngerti. Harus selalu ada lagi penjelasan yang dia dengar, jadi yang ia inginkan adalah Dellia menjelaskan padanya kapan dimana bagaimana dan dengan siapa Defran di kejar oleh pak satpam. Buang waktu jirr.
“Lo gak harus tau dimana, yang penting gue udah ngasih tau lo kalo dia tadi di kejar pak satpam.” Ujar Dellia sembari menekan nekan kan nada bicara nya.
Shinta akhirnya jengah juga, cewek itu langsung diam dan tak bertanya lagi. Dellia yang melihat Shinta langsung diam pun tersenyum penuh kemenangan Nah, kalo gini kan enak.
Guru mata pelajaran seni masuk dan membuat suasana kelas yang tadinya riuh menjadi senyap seketika. Terlihat guru itu, pak Seno membawa sebuah speaker di jinjingan nya dan diikuti oleh Aji yang membopong Keyboard piano sambil tergopoh gopoh.
Pak Seno memasangkan keyboard dengan speaker. Lalu mulai memencet beberapa tuts piano sebagai test kalau piano itu sudah dapat di gunakan dengan volume yang di kencangkan sedikit agar seluruh siswa dapat mendengar nya dengan jelas.
Setelah selesai dengan peralatan piano itu, pak Seno berdiri di depan piano seraya menatap murid murid. “Materi hari ini adalah seni mus--.”
“Assalamualaikum.” Ucapan salam dari pintu menginterupsi ucapan pak Seno dan membuat semua yang berada di dalam kelas menatap ke arah pintu.
Dellia langsung memutarkan bola mata nya begitu yang ia lihat di pintu adalah Defran. Aneh nya, cowok itu hanya sendirian. Tak di temani oleh Alex dan teman teman nya, padahal seingat nya ia tadi melihat Defran berlari dengan Alex dan kawan kawan.
Shinta berbisik pelan di telinga Dellia, “Dell, gue pindah lagi ya ada Defran.” Dellia mendesis, lalu menatap Shinta tajam. “Ngapain sih, udah disini aja tar juga dia duduk di belakang.” Katanya, lalu terdiam melihat kearah Defran lagi.
Defran masuk dengan tampang tengil nya dan tanpa dosa melangkah menghampiri pak Seno. Dia gak tau aja kalo guru seni ini killer dan doyan ngeludah. Bisa bisa dia di ludahi di depan anak anak kalo Defran bersikap kurang ajar di hadapan nya.
“Siapa kamu?.” Suara pak Seno lantang terdengar dan mendominasi keseluruh penjuru ruang kelas ini.
Defran mendongak dan menatap pak Seno dengan berani. Lalu menjawab santai “Defran pak, saya murid baru disini.”
Pak Seno langsung mengerutkan kening nya, mata nya yang sipit itu semakin menyipit lalu memandang Defran dari atas sampai bawah. Defran yang saat ini terlihat kacau dengan baju yang di keluarkan dan basah oleh keringat juga rambut yang berantakan lengkap dengan wajah yang dipenuhi keringat itu membuat pak Seno geleng geleng.