Di rumah, Dellia langsung menenggelamkan dirinya di kasur empuk yang sudah menggoda dalam bayangan nya saat di mobil dan terjebak macet di jalanan tadi.
Ia menelungkupkan tubuhnya pada kasur bahkan sampai lupa melepaskan sepatu yang masih melekat di kaki nya. ia jadi kepikiran akan nyanyi lagu apa dengan Defran nanti. Tadinya ia akan menanyakan lagi pada Defran saat sudah di kelas, tapi ternyata anak itu malah kabur dan tak kembali hingga jam pulang.
Ia berbalik dan melentangkan tubuhnya, matanya menatap langit langit kamar. Ia menerawang jauh, kalau saja masih ada Haris pasti semuanya akan terasa lebih mudah. Ia pasti akan ikut dimana Haris bersekolah dan minta satu kelas dengan lelaki itu.
Namun ia harus sadar lagi, bahwa semua itu jauh hanya hidup dalam angan angan nya. Haris sudah pergi meninggalkan nya tanpa memberi kabar barang sedetikpun. Membuat Dellia terluka, berjuang sendiri dengan rindu berat yang setiap saat menggelayutinya dan bertanya tanya sebenarnya pergi kemana cowok itu dan apa yang ia lakukan? Mengapa pergi lama sekali hingga tak ingat memberi kabar pada nya. Apa memang cowok itu sengaja pergi darinya dan tak ingin bertemu dengan nya lagi?
Haaah.. Dellia mendesah, memejamkan mata nya saat tak kuasa menahan genangan air mata yang mengelupuk di kantung mata nya. Dan kini air mata itu sudah jatuh tergerai meluncur bebas melalui sudut matanya.
"Gue tau ini bodoh, tapi kenapa sih gue gak pernah bisa istirahatin fikiran gue dari lo sehari aja, musingin tau gak." Dellia mengusap wajah nya kasar.
Cewek itu bangkit menuju closet dan mengambil pakaian ganti dari sana. Setelah nya, ia masuk ke kamar mandi dan mengganti baju nya. Begitu baru keluar dari kamar mandi ponsel nya berbunyi menandakan ada pesan yang masuk.
Dellia lantas berjalan menuju kasur dan mengambil ponsel nya yang tergeletak di kasur itu. Ia menswipe screen untuk membuka ponselnya dan tertera di bagian notifikasi satu buah pesan masuk dari nomor bernama Pangeran ku.
Pangeran ku? Dellia menautkan alisnya bingung, perasaan di kontak nya tidak ada nomor yang ia beri nama seperti itu. Tak ingin membuang waktu, Dellia pun membuka pesan itu dan isinya adalah.
Heh!
Lah, ini Dellia yang salah lihat atau emang isi pesan nya cuman heh. Karna penasaran Dellia pun membalas pesan itu.
Heh? Sp l?
Gak lihat nama nya? Gue pangeran.
"Shit! Nih orang mabok kali. Sejak kapan pula gue punya nomor yang namanya Pangeran. Jangan jangan kerjaan Shinta lagi." gumam nya, lalu kembali mengetik balasan untuk orang yang mengaku bernama Pangeran itu.
W gk knl yg nm ny Pangeran
Berhasil terkirim, tetapi tak ada balasan lagi. Dellia mengendikan bahu acuh, Kurang kerjaan. Dellia melemparkan ponsel nya ke kasur dan keluar kamar untuk mencari makanan di dapur karna perutnya sudah mulai terasa keroncongan.
Di luar kamar, Dellia melihat Shinta sedang duduk di tangga dengan ponsel yang menempel di telinga nya, oh lagi telfonan. Dellia melangkah lambat menuruni satu persatu anak tangga, sayu sayup ia mendengar Terus aku harus gimana pah, aku gak tau bisa apa enggak. Dellia manggut manggut Oh lagi telfonan sama papa nya. Batin Dellia.
Iya nanti aku ijin kesekolah semoga aja bisa, iya pah bilang mama aku kangen,bye..
Dellia melihat Shinta menjauhkan ponselnya dari telinga dan menekuk kaki nya menyembunyikan kepala nya di balik lipatan tangan. Benak Dellia bertanya tanya, apa yang terjadi?.