"Memendam yang sudah terpendam, merasa yang sudah terasa. Bodoh karna hal itu sebenarnya tak lagi harus di lakukan, namun karna rindu maka aku begitu."
***
Sepulang sekolah, Dellia dan Shinta tidak memutuskan untuk langsung pulang kerumah Dellia. Ya, Shinta memang tinggal di rumah Dellia sudah hampir satu tahun ini. Alasannya adalah ia tak ingin ikut dengan kedua orang tuanya tinggal di luar negri, katanya ia sudah bosan dengan bahasa asing dan semua tentang Indonesia yang tidak tersedia di sana seperti nasi padang dan pecel bebek. Bodoh memang tapi itulah yang di katakan Shinta begitu ia memutuskan untuk tinggal di Indonesia dan memilih tinggal bersama Dellia.
Dellia dan Shinta mengunjungi Mozard Cafe, tempat favorite mereka untuk nongkrong meskipun hanya berdua. Menurut mereka berdua lebih baik agar tak terciptanya orang ketiga jika memilih bergabung dengan orang yang lebih dari dua.
"Tadi gue ketemu Nino." Ujar Dellia tiba tiba, hampir saja membuat Shinta tersedak dari minum nya untung saja cewek itu buru buru mengatur nya.
Shinta mengerutkan kening bingung "Dia yang nemuin lo atau memang kebetulan?." Tanya nya.
"Kebetulan yang di untungin kayaknya. Soalnya dia langsung ngomong katanya dia perlu jelasin sesuatu, basi banget." Dellia memutarkan bola mata nya malas.
"Terus lo ngomong apa?."
Dellia menyedot minuman nya sedikit lalu mengelap bekas air yang tertinggal di sudut bibir nya, ia lalu menatap Shinta "Karna gue udah tau semuanya dari Brenda yaudah gue bilang aja kalo dia jangan sia sia in cewek yang jujur kayak Brenda, soalnya jarang tuh cewek kayak dia haha cabe cabean nomor satu di SMA Yadika yang punya beda." Dellia tertawa geli membuat Shinta juga ikut tertawa dengan apa yang barusan di katakan oleh Dellia.
Shinta menghentikan tawa nya "Haha gila lo, bener juga ya lo. Brenda tuh cuman jujur bukan dia jahat karna pengen lo putus sama Nino. Yaa walaupun kenyataan nya memang begitu sih."
Dellia mengangguk membenarkan ucapan Shinta, kadang manusia terlalu buta untuk melihat kebenaran dalam diri seseorang hanya karna mereka meyakini, yang ternyata salah. Contohnya orang yang memberitahu pada seorang cewek bahwa cowoknya ternyata hanya ingin mempermainkan nya, pasti kebanyakan orang berfikir bahwa si orang tersebut adalah PHO atau tukang kompor namun pada kenyataan nya orang itu perduli dan jujur. Ia berani berbicara mengutarakan apa yang ia tahu meskipun yang ia dapatkan hanyalah cercaan tak berakal dari banyak orang.
"Meskipun emang bener juga kalo tuh cabe pengen lo putus sama Nino." Lanjut Shinta sambil mencebikkan bibir.
Dellia terkekeh "Justru itu gue malah bersyukur karna Brenda ngasih gue alasan buat putusin Nino."
***
"Eh Shin, malem minggu kayaknya gue gak ikut lo ke club ya." Ujar Dellia sambil menggosok gosokkan handuk kecil di rabutnya yang basah sehabis keluar dari kamar mandi tadi.
Shinta yang tengah membaca novel sambil duduk di pinggir kasur milik Dellia pun mengerutkan keningnya sambil menatap Dellia penuh selidik.
"Eeem nih pasti ada yang baru nih, tau banget deh gue." Cibir nya sambil menunjuk nunjuk Dellia dengan jari telunjuknya.
Dellia nyengir kuda seraya duduk di samping Shinta "Hehe gue kan harus nyari pengganti Haris, ingat?."
Shinta menghela nafas "Dell, plis lo gak harus kayak gini. Cara nya move on itu bukan berarti lo harus pacaran sama beberapa cowok buat nyari yang bisa gantiin dia. Kalo kayak gitu yang ada lo bakal nyakitin mereka dan diri lo sendiri tentunya. Gue gak mau lo jadi cewek yang di pandang gak baik sama orang karna sering ganti ganti cowok Dell, plis ngerti bukannya gue bawel gue cuman gak mau sahabat dan sodara gue di jelek jelekin sama orang. Gue gak rela Dell."