"Coba saja, jangan sia sia kan waktumu. Bisa saja semua yang kamu lewatkan akan membuatmu menyesal seumur hidup. Atau yang kamu temui hari ini bisa membuatmu selamat di masa yang akan datang."
***
"Shit! What the fuck! Sodara macem apa yang ninggalin sodaranya di saat susah begini!." Maki Dellia pada handphone di genggaman nya. Barusan ia menghubungi Shinta untuk meminta penjelasan mengapa ia di tinggal pergi dan tidak di bangunkan.
Dengan entengnya Shinta hanya berkata Sorry dell, tadi juga gua udah kesiangan. Gue fikir lo udah bangun makanya gue tinggal. Udah dulu ya udah ada bu Vina. Dan sambungan terputus saat itu juga. Pinter banget! Dan sekarang disinilah Dellia, pinggir jalan nunggu angkot gak lewat lewat, sedangkan jam sudah menunjukan pukul 7 lewat 45. Jam masuk sekolah sudah lewat dari 15 menit lalu. Dan wait.. tadi sebelum telfon di tutup Shinta ia sempat bilang kalo udah ada bu Vina. Udah ada bu Vina? Mampus gue kena tabok jidat inimah.
Terdengar suara trengteng bajaj dari arah kanan, oke! Shit adanya cuman bajaj daripada gue gak sekolah!. Sebagian orang yang tergolong bad girl seperti Dellia jika sudah terlambat mungkin akan langsung terpikir untuk bolos saja, tapi tidak bagi Dellia. Menurutnya tindakan seperti itu bukan lah nakal tetapi menandakan bahwa orang itu bodoh. Ada pepatah yang mengatakan lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Bisa saja bukan hal yang hari ini di pelajari di sekolah akan membuat mu sukses di masa yang akan datang.
"Aduh plis deh pak, cepetan dong! Ini saya udah telat nih." Teriak Dellia, mencoba mengalahkan suara knalpot bajaj yang di kendarainya. Semoga aja supirnya gak tuli gara gara tiap hari di empanin knalpot bajaj. Batinnya.
"Hah? Apa neng? Neng pengen coklat?." Jawab sang supir bajaj balik tanya. Coklat dia bilang?. Argh! Beneran budeg. "TELAT BANG ! TELAT ! BUKAN COKLAT!."
Supir itu tertawa membuat Dellia bingung dengan nya, apa ia salah ngomong?. "Kok malah ketawa si bang? Emang ada yang lucu apa!."
"Ahahaha abisnya si neng ngomongnya kenceng banget, abang juga denger kali neng." Supir itu diam sejenak lalu melanjutkan omongan nya. " Bentar ya neng bentar lagi juga bakal nyampe kok ke sekolah neng kalo neng mau ke toilet mah."
Oke, nih supir bajaj mabok !***
Sesampainya di depan gerbang sekolah ia membayar ongkos bajaj lebih dari tarifnya, sekalian buat periksa kuping dah tuh kembalian nya. katanya dalam hati, setelah itu ia langsung ngibrit lari ke kelas dan menghiraukan petugas kebersihan sekolah yang biasa ia godai.
Begitu sampai di depan kelas, Dellia tidak langsung masuk. Ia menormalkan dulu deru nafasnya, ia mengintip di balik jendela. Dilihatnya bu Vina tengah menulis di papan tulis, bisa aman nih bu Vina lagi nulis, semoga dia gak lihat gue telat deh, doa nya dalam hati.
Setelah membaca al fatihah, ia mengaminkan dan lalu berjalan pelan pelan masuk ke kelas. Semua yang ada di dalam kelas geleng geleng melihat tingkah Dellia, buru buru ia memelototi anak anak agar diam tak bersuara. Supaya ia bisa lolos dari tabokan jidat maut nya bu Vina.
asik gue aman. Ia menghampiri tempat duduk nya, namun yang ia dapatkan tempat duduk itu sudah di duduki oleh seorang cowok dan cowok itu adalah..
"What the hell! Elo?! Lo ngapain duduk di tempat duduk gue? Minggir sana, ini tempat duduk gue bangsat!." Maki nya pada Defran, yap cowok itu adalah Defran. Dellia gak tau gimana caranya nih cowok bisa ada di kelas nya dan duduk di tempat duduk nya. semua orang mengalih kan padangan ke arah Dellia saat cewek itu berteriak memaki Defran begitupun bu Vina.