Pelajaran telah usai, kini saat nya untuk istirahat. Setelah sekian lama akhirnya Dellia bisa bernafas lega karna ia bisa dengan leluasa memaki dua orang yang sangat menjengkelkan nya hari ini. Yang pertama Defran, oke mari kita lihat.
Dellia lantas menggebrak meja nya begitu pak Chris, guru bahasa Inggris di pelajaran kedua itu keluar meninggal kan kelas.
Braaakk...
"Lo?!." Tuding Dellia dengan jari telunjuk kanan nya, mata nya mengarah tajam dan membesar pada Defran yang terlihat santai seolah tak terpengaruh dengan tindakan Dellia.
Dellia masih mempertahan kan posisinya menuding Defran, dengan menggerak gerakkan telunjuknya ke wajah Defran ia berkata "Lo pindah sekarang juga! Ini meja gue sama Shinta! Lo gak boleh duduk di sini!." Teriak nya menggelegar di seantero kelas. Membuat beberapa murid yang ingin keluar untuk jajan sedikit menunda hanya agar dapat melihat apa yang di lakukan oleh Dellia. what the fuck!
Defran memutarkan bola mata malas, kembali pada posisi saat pertama Dellia memaki nya tadi pagi. Yaitu bersandar pada bangku dan memasukan tangan nya pada saku celana.
Terlihat enggan meladeni Dellia, Defran beraksi menyumpal telinganya dengan earphone. Namun dengan sekali gerakan earphone itu sudah berpindah pada genggaman Dellia.
"Lo tau etika gak sih? Kalo ngomong sama orang itu, dengerin!."
"Lo tau etika gak sih? Kalo ngomong sama orang itu gak usah teriak teriak." Jawab Defran sarkastik.
"Kenapa jadi lo yang ngasih tau gue?." Dellia mendengus sebal, ia lalu menghempaskan earphone Defran dan berdiri.
"Gue gak mau tahu, pokoknya kalo pas gue balik lagi kesini masih ada tas lo disini, lo bakal gue makan! Haha lo gak tau aja gue kalo udah laper gimana, orang pun gue makan." Dellia tertawa jahat, namun sayang nya itu sama sekali tak berefek pada Defran.
Shinta yang sedari tadi berdiri di samping meja Dellia hanya diam membiarkan sodaranya mencak mencak begitu, sesekali ia memutarkan mata malas dengan aksi Dellia yang kelewat biasa baginya, bahkan ia sudah menduga bahwa sebentar lagi, hal yang menimpa Defran juga akan menimpa nya cepat atau lambat.
"Ayo Shin, udah laper gue. Jangan sampe gue beneran makan orang ya disini."
***
Begitu tiba di kantin benar saja, Dellia langsung beraksi pada Shinta. Cewek itu mendudukan Shinta di bangku kantin dan mengintimidasinya dengan tatapan tajam. Entah mengapa hari ini adalah harinya Dellia marah marah. Bila perlu Shinta akan memcatat tanggal hari ini di kalendernya dan membuat catatan -Hari besar Dellia marah-
Dellia terlihat memejamkan mata nya dan lalu terdengar hembusan nafas yang keluar dari mulut cewek itu. Shinta sendiri sudah pasrah dengan apa yang akan Dellia lakukan pada dirinya. Namun sepertinya, dewi fortuna sedang berpihak kepadanya.
Dellia mengusung seulas senyum terpaksa, "Gue udah capek ngomel ngomel hari ini. Jadi lo selamat kali ini, seb--."
"Alhamdulillah yaallah, terimakasih yaallah engkau telah melindungiku dari azab api neraka."
Pletak!
Aww..
Shinta meringis seraya mengusap kepalanya yang baru saja di jitak oleh Dellia, cewek itu memanyunkan bibir nya dua centi lebih maju.
"Kalo orang lagi ngomong dengerin dulu napa! Jangan sampe gua jadi marah nih sama lo!." Ancam Dellia, Shinta menggeleng seketika. Hal yang sangat langka ia dapatkan tak mungkin akan ia sia sia kan.
"Oke, lo mau apa?."
"Sebagai ganti nya, lo beliin gue siomay satu porsi sama juice mangga."