Jarak tempuh dari StarIn ke Resto Ortega yang menjual menu segala jenis penyet memakan waktu 30 menit, normalnya 20 menit. Mira mengelap dahinya banjir keringat menggunakan punggung tangan dengan asal.
Jalanan yang dilewati agak macet wajar Mira yang naik motor bareng mas ojek online merasa pegal dimana-mana. Mira menyapukan pandangan ke setiap sudut, mencari tempat duduk yang kosong. Ketemu ! Mira akhirnya duduk di kursi nomor 16 dekat jendela dan mendapat pandangan langsung ke kolam ikan koi di luar.
Mira melambaikan tangan agar pelayan mendekat.
"Sampean maning mba ayu. Mesti pesen ayam penyet tambah tempe?" tanya Koko sambil tertawa kecil.Koko, pelayan resto yang suka bertutur kata medok jawa dan hafal pesanan Mira, eh ralat pesanan Tasya yang diamanahkan ke Mira lebih tepatnya.
"100 buat Koko. Pesen 10 box ya Ko." Mira mengacungkan jempol.
"Beres, tunggu ya mba ayu."
Mira senang dipanggil "mba ayu" setelah dia tahu makna ayu dalam bahasa jawa. Walaupun ayunya cuma dimata Koko sama orang tua. Kata Koko kalau cantiknya alami itu ayu tapi kalau sok kecantikan namanya kemayu. Mira pernah iseng bertanya kalau apa sebutan dalam bahasa jawa untuk perempuan cantik mukanya tapi sikapnya buruk. "Itu disebut Telek" jawaban Koko dibarengin gelak tawa. Setelah itu Mira penasaran mencari artinya di google lalu dia tertawa sampai kram perut setelah membaca artinya. Si Koko suka gila juga kadang.
"Sama bawain air mineral ya Ko." tambah Mira, merasa terserang dehidrasi ringan.
"Siap mba ayu."
Tidak lama Koko kembali membawakan sebotol air mineral untuk Mira.
"Monggo diminum mba ayu, saya gak bisa ngobrol lama-lama lagi banyak pelanggan. Pesenannya lagi dibuatkan. Nanti kalo sudah jadi dipanggil. Semangat mba ayu." kata Koko pamit.
"Makasi Ko." balas Mira mengulas senyum.
Sekali teguk air berpindah dari botol ke perut Mira. Jujur Mira agak kecewa Koko sedang sibuk biasanya beberapa menit Koko akan duduk menemani Mira sambil curhat masalah kantor. Koko yang membuat Mira jadi pelanggan setia restoran. Bahkan kalau ada kumpul dengan teman-temannya Mira paling ngotot memesan tempat di Resto Ortega.
Mira yang mulai bosan sendirian akhirnya menemukan pemandangan yang indah selain kolam ikan dibalik jendela. Ada dua cowok yang duduk di meja no. 15 dari penampilan mereka sepertinya sering merawat diri. Pasti dua pelanggan itu dipanggil sama Koko mas bagus yang artinya ganteng . Cowok berkaca mata dengan wajah baby face memakai kaos polos berwarna hitam. Cowok satunya lagi yang bertubuh tegap berwajah manis dan warna kulitnya lebih gelap dari cowok sebelumnya memakai kemeja putih dan jas merah maroon.
Cowok itu mengeluarkan suara kepedasan sambil menyantap makan malamnya. Mira diam-diam melirik ekspresi wajah cowok yang kepedesan itu. Lucu banget pikirnya.
"Payah banget sih kamu makan beginian aja udah mandi keringet. Sini aku lap." cowok berkacamata dengan lembut menyeka keringat cowok yang mengenakan jas di depannya.
"Gue gak tahan pedes. Tapi ini enak jadi gak bisa stop deh."
"Sumpah kamu gemesin banget Nu." Tangan cowok berkacamata itu sibuk mencubiti pipi.
"Iya dong, anak panda aja kalah imut sama gue kali."
Zonk. Mira mendadak merinding menyaksikan adegan romantis ala-ala korea yang diperankan oleh dua cowok ganteng di depannya. Mira paling tidak suka melihat cowok dan cowok menjalin hubungan terlarang. Mira tanpa sadar memberi tatapan super jijik. Kayak gak ada cewek aja di dunia ini. Mira jadi teringat kata ibunya dulu yang sering memberi nasihat kepada anak-anak perempuannya kebetulan Mira punya 1 kakak perempuan dan 1 kakak laki-laki.
Wanita diciptakan dari tulang rusuk pria, tidak dari kepala untuk jadi atasan, tidak dari kaki untuk jadi alas, tapi dari sisinya yang dekat lengan untuk dilindungi dan dekat dihati untuk dicintai.
Apa segitu butanya efek cinta sampai lupa batasan, kasian kan tulang rusuknya yang harusnya dicari malah dilupain nantinya jadi perawan tua yang diomongin tetangga dikira gak normal ck batin Mira.
Cowok berjas merah itu menangkap basah Mira yang intens menatapnya. Ada sorot kemarahan dari mata coklatnya seakan menyalakan sirine ancaman "Jangan pernah mencampuri urusan orang."
Mira cepat-cepat membuang pandangan kembali ke arah kolam ikan.
-o-
Sebenarnya Rean merasa canggung setiap bertemu pandangan dari seorang wanita. Dia hanya memberanikan diri menatap sekilas cewek yang duduk tidak jauh di belakang David. Rean menghela napas pelan.
Sudah berapa cewek yang mengambil kesimpulan sendiri. Rean tidak mau ambil pusing. Seandainya Rean bisa menutupi pesona wajahnya yang membuat cewek-cewek berusaha memilikinya mungkin hidupnya akan lebih damai, tentram, dan aman.
"Siapa Nu?" David penasaran ikut menoleh.
"Bukan siapa-siapa."
Cewek itu sekarang sibuk memandang layar handphone dan menyumpal telinganya dengan headset yang tersambung ke handphone. Mulutnya bergumam tidak jelas asik seakan mengikuti alunan musik.
"Haha pasti dia ngelirik aku ya daritadi."
"Kepedean lo." cibir Rean.
Rean mengambil tisu lalu mengelap permukaan bibirnya. Seporsi ayam penyet sudah ludes dikunyah.
"Nu, kamu udah tau kalo Ghina dan Andi nikah dalam waktu dekat?" tanya David.
Rean hanya mengangguk lesu lalu diam tidak memberikan tanggapan apapun. Setahun yang lalu Ghina resmi menjadi tunangannya. Wanita yang Rean pikir bersedia menghabiskan hidup bersamanya sampai tua nanti. Wanita itu sekarang malah menjadi calon istri pria lain. Kalau ditanya Ghina di mata Rean siapa saat ini ? jawaban Rean simpel Ghina cuma sebatas cewek cantik yang arogan dan gak penting lagi untuk dipikirkan. Setelah semua berlalu Rean sudah mengubur dalam-dalam kenangannya.
"Are you ok?" kata David sambil menepuk bahu Rean.
"Turut bahagia gue masa turut berduka atas pernikahan mereka." sahut Rean dengan senyum mengambang.
[Revisi]
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Mr. Phobia
General FictionJanu Reandika. Cowok (29 th) ini wakil direktur utama di Clee Publish, sebuah perusahaan penerbit buku. Tubuhnya ideal dan tatapan matanya menghipnotis. Sayangnya Rean memiliki phobia langka yaitu Venustraphobia. Phobia ini mengharuskan Rean berhati...