Ara melotot saat sosok wanita dengan rambut digerai baru saja muncul dari kamar mandi. Duh segala acara tebar senyum.
"Kak lo liat kan ada yang baru keluar dari toilet?" bisik Ara menyenggol siku Rean.
"Bukan setan elah." Rean menoyor kepala Ara.
Kebanyakan baca secret message horror edition di lingkungan kampus yang diposting akun line kampus membuat Ara jadi parnoan. TKPnya paling banyak di toilet dan lorong-lorong di antara kelas waktunya abis magrib. Pernah sore-sore Ara ke toilet berdua sama temennya. Terus ada suara cewek lagi nangis dari dalam tapi teman Ara gak denger apa-apa. Dan endingnya temennya mengaku kalau dia juga denger hanya ingin mengerjai Ara yang penakut. Malangnya Ara tahan pipis sampai pulang ke rumah.
"Ihh bukannya bilang kalo ada orang selain Ara di sini." protes Ara.
Mira hanya mengukir senyum mendengar perbincangan yang tidak bisa dia cerna maksudnya.
"Kenalin ini Almira, desainer interior dari Star In yang kakak minta buat benahin interior apartemen ini."
"Panggil saja Mira." imbuh Mira.
Ara mengulurkan tangan lalu mengulum senyum "Paramahita, panggil aja Ara. Wah asik dong mau di dekor ulang. Ara mau request interior kaya rumah Goblin, Ahjussi Gong Yoo tercinta."
"Enak aja ini apartemen kakak. Kok jadi lo yang ngatur dek."
"Cocok lah karna kak Rean udah ahjussi alias om-om bentar lagi jadi bujang lapuk." Ara melet-melet mengejek.
"Mira, kita lanjutin diskusinya di luar aja. Soalnya kalo adik saya di sini bentar lagi nyetel lagu korea keras-keras sambil nyanyi gak jelas. Bikin polusi suara."
"Awas aja kalo kakak minta drakor lagi. Gak Ara kasih."
Rean hanya menggelengkan kepala. Ara makin dewasa makin teredan-edan sama cowok yang tahu dia lagi napas pun gak. Sumpah Rean gak nonton drakor dia minta drama karna pesenan David. Kalau nonton boy anak jalanan sih memang pernah jujur saja. Itupun gak kuat lama-lama. Bosan.
"Awas Ra sampe ketiduran terus bolos kuliah lagi. Gue aduin ke papa." ancam Rean.
Kebiasaan Ara kalo kuliah siang ngetem dulu di apartemen abangnya sekalian wifian. Kids jaman now gak bisa hidup sehari tanpa nonton video atau sekedar liat foto bias.
"Pamit ya Ara." Mira buka suara.
"Kak Mira siap kan mental ya kalo nanti dimodusin kak Rean."
Kalo mental lemah sih biasanya cewek-cewek langsung klepek-klepek dikasih senyuman dari kakaknya. Bahkan gak perlu disenyumim cewek-cewek sudah kecantol.
Mereka menuju lift. Apartemen Rean ada di lantai 10 entah kenapa terasa lama untuk sampai di basement. Mereka sama-sama terdiam, menyelami pikiran masing-masing. Sampai di basement Rean baru memulai percakapan.
"Maaf ya, saya terpaksa bohong. Soalnya Ara suka liar imajinasinya kalo tahu kamu semalem tidur di apartemen saya." guman Rean dengan ekspresi datar.
"Iya gak papa Pak, takut nanti dikira macem-macem juga." kekeh Mira.
"Kita sarapan dulu, di deket sini ada warung enak sebagai ganti nasgor yang udah di makan adik saya. Sekalian saya anter kamu pulang."
Terima apa di tolak nih?
Gak perlu repot-repot Pak. Saya pulang sendiri aja Mira akan bilang begitu kalau tidak melihat ketulusan dari sorot mata lawan bicaranya. Tapi kalimat itu masih tertahan di pita suaranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Mr. Phobia
General FictionJanu Reandika. Cowok (29 th) ini wakil direktur utama di Clee Publish, sebuah perusahaan penerbit buku. Tubuhnya ideal dan tatapan matanya menghipnotis. Sayangnya Rean memiliki phobia langka yaitu Venustraphobia. Phobia ini mengharuskan Rean berhati...