-o-
Malam minggu identik dengan menikmati malam bersama orang tersayang. Secara naluri manusia berusaha mencari tempat yang warm and cozy untuk bebas dari belitan stres dan kejenuhan yang mengitari otaknya. Termasuk yang dilakukan Rean malam ini untuk berdamai dengan stresnya yang akhir-akhir ini cepat bertunas. Rasa haus membuat tenggorokannya serasa tercekik. Dia mengedarkan mata ke sudut lain seraya menyedot segelas jus mangga. Pemandangan yang terbidik adalah para pria yang datang mengandeng wanita. Rean berdecak pelan. Namanya doang kedai Bakso Boedjangan tapi yang datang udah digandeng si bibir bergincu.
Rean diam sesaat mengetukan ujung jarinya di meja. Percuma juga merutuk sebal ke pengunjung lain. Tidak ada larangan untuk bermesraan di tempat umum. Mereka bebas mengekspresikan rasa sayang ke pasangannya. Lihat aja meja makan di depan Rean. Si cowok sedang asik mengusap lembut surai rambut pasangannya. Serasa dunia bisa dikontrak berdua yang lain hanya butiran debu.
"Nu, bakso cuanki kamu bisa melar seukuran baskom loh gak dicolek dari tadi. Mau aku suapin?" Protes David menyadari Rean belum makan. Sibuk memutar-mutar sedotan jus.
"Gak masalah kalo segede baskom. Kan ada lo yang bisa nampung sisaan."
"Emang aku tong sampah buat nampung sisa makanan kamu." David mencebikkan bibirnya.
Rean membawa sesuap bakso cuanki yang mulai dingin ke mulutnya. Untung gurihnya tidak ikut sirna. Salahkan dirinya yang sibuk menonton aktivitas orang lain hingga waktu hanya bergulir sia-sia.
Sembari menyelesaikan tetes terakhir kuah di mangkuk David kembali mencurahkan atensinya menatap Rean. David sadar sahabatnya itu berbeda malam ini. Meski Rean tampak maskulin dengan balutan jaket denim hijau army. Minus kancing yang dikaitkan mempertontonkan kaos hitam v neck yang ketat. Senyum Rean tidak sehangat yang biasa terlihat. Hanya senyum yang terkesan dipaksakan yang bergulir dari bibir Rean. Pandangannya gak fokus sering termenung. Mirip anak sekolah yang hampir gila menghadapi ujian.
"Nu, have you tell her?"
Rean mengangguk. "Udah gue ceritain alasan kenapa gue lamar dia secara dadakan. Gue lama-lama capek punya rasa bersalah. I regret for proposed her with bad motive."
David menyeringai. "Cuma capek dihantui rasa bersalah? Aku kenal kamu, Nu. Kamu gak bisa cerita seratus persen jujur ke orang yang kamu anggap masih asing. Artinya saat ini perasaan kamu ke dia udah naik level. You like her. Right?"
"Gue kasih tau ya Vid. Cewek itu cuma penipu yang berusaha terlihat baik. Tebakan lo salah, gue gak libatin keseriusan apalagi perasaan. I just follow the game that she made. Mira deketin gue karna ada maunya. Dia mau jinakin Tasya melalui statusnya sama gue. Dan gak ada salahnya gue bisa dapet keuntungan juga bebas dari gangguan makhluk horor kaya Laura."
Rean pikir dirinya bisa membedakan mana yang tulus dan mana yang palsu. Ternyata dia masih bisa keliru. Senyuman. Bahkan ciuman. Semula yang Rean pikir itu nyata sebuah ketulusan hanya permainan belaka. Biarlah jadi rahasia bahwa Rean dalam penyesalan. Menyesal sempat berpikir telah menemukan orang yang akan mengubah alur hidupnya. Selama berpacaran dengan mantannya kontak fisik yang Rean lakukan hanya sebatas pelukan, cium kening, cium pipi. Terdengar mustahil seusia Rean bukan lagi remaja yang baru mengalami wetdream tapi itulah kenyataan. Seaneh itu dirinya yang memiliki venustraphobia. Rean sudah melakukan terapi phobia dengan obat-obatan namun tetap nihil. Rean masih jadi si perusak momen romantis. Dia menolak saat Ghina berusaha mencium bibirnya. Jelas itu melukai perasaan Ghina. Menghindar adalah cara Rean untuk melindungi dirinya. Dia nyaris tidak bisa bernafas saat melihat bibir Ghina dalam posisi paling dekat. Bibir itu memantik bayangan sosok yang sangat Rean benci, wanita saiko yang dulu menculiknya. Siapa yang bisa percaya ada pria normal yang belum pernah melakukan kissing dalam mode lambat untuk mengklaim pasangannya. Burung lovebird aja bisa ciuman.
"Gila!! ngapain kamu niruin sinetron alay. Apa untungnya kamu nikah kalo gak ada niat yang serius."
"Biar ada pengalaman. Gak salahkan?" kekeh Rean.
"Kamu pikir nikah itu workshop edukasi kesehatan seksual bisa bagi-bagi pengalaman. Konsekuensi nikah gak main-main. Jadi CEO rumah tangga kalau gak becus langsung Tuhan yang kasih teguran." hardik David seperti orang kesetanan.
David tidak bermaksud membuat sahabatnya malu di depan umum. Semua yang terlontar dari mulut David adalah bentuk sayangnya. David sadar dia tidak bisa menghalangi pernikahan Rean. Hanya saja sulit bagi David untuk percaya kalau Rean yang punya pola pikir dewasa jadi kekanak-kanakan seperti sekarang. Membayangkan bagaimana kalau keluarga Rean maupun Mira mengetahui alasan pernikahan keduanya membuat David tersulut emosi. Mereka menipu keluarganya masing-masing.
"I never can hate you Nu but sorry from now i lost my respect for you. Aku cuma bisa berdoa semoga Tuhan bikin kalian gak bisa pisah selamanya. Kamu dan Mira." David menyumpahi Rean lalu beranjak pergi.
"Sorry Vid."
Rean duduk mengacak-acak rambutnya sendiri. Bohong kalau perasaannya belum pernah terlibat. Di hari dimana dirinya menolak Ghina. Rasanya Rean sudah tidak menimang keuntungan dari pernikahannya. Dia ingin bersungguh-sungguh seperti Aldi. Hanya saja pengakuan Mira membuat hatinya didera amarah sekaligus kecewa. Tebakan David benar, Rean hanya tak mau mengaku. Dia yakin rasa suka itu akan cepat pudar. Perasaan itu belum apa-apa.
-o-
Dara enak-enakan menyantap tempe tepung goreng yang belum lama terjun di piring. Dia hanya membantu makan saja. Elani yang jengah memukul kepala Dara dengan centong nasi.
"Pergilah setan! Jangan ganggu kita."
Dara malah menyambut aksi Elani dengan nyanyian. "Mbah dukun tolong liat jodohku, apa mungkin dia aktor film.."
Mira geleng-geleng kepala. "Kerasukan beneran nih anak. Sembur sekalian Lan pake air."
"Amit-amit, orangtua gue baru balik lusa nanti malem gue tidur sendirian." Dara bergidik ngeri.
"Makanya bantuin masak sini. Jangan kerjaannya makan mulu. Tuh potongin kentang dadu-dadu." kata Elani.
"Siyap Mbah dukun cantik."
Dara mulai memotong-motong kentang. Sedangkan Mira menyiapkan bumbu balado. Begitu selesai Dara menyetor karya potongannya ke Mira. Langsunglah ditumis di wajan panas diaduk rata dengan bumbu balado kemasan.
"Mir, hape lo bunyi tuh sana samperin. Siapa tau ada yang mau ngucapin selamat pagi bidadari dunia dan surgaku hahaha."
"Ini lanjutin ya Dar. Tinggal aduk-aduk sampai wangi terus tekstur kentangnya udah lembak." pinta Mira sebelum pergi menegok ponselnya.
"Ini sih ucapan selamat anda terkena sial di pagi hari." dengus Mira melihat nama Tasya muncul di layar ponselnya.
-o-
Mira berdiri menunggu pintu di buka. Jari-jarinya sibuk memainkan tali tasnya. Mira harus puas menelen beberapa potong tempe sebelum keluar dari rumah Dara, balado kentang yang masih panas belum sempat dia colek. Ini semua berkat Tasya yang serba punya permintaan di hari libur Mira. Aldi harus menghadiri acara resepsi rekan kerjanya di daerah Cikarang otomasis mengandeng istri. Tapi Elno rewel tidak mau ditinggal di rumah dengan si Mbok. Itu anak kekeuh main ke apartemen omnya. Aduh Elno jangan keseringan main sama om nanti ketularan sifat jeleknya loh. Mungkin itu salah satu faktor kecemasan Tasya membiarkan Elno berduaan sama omnya. Walaupun bos resek itu tadi bilang takut Elno merusak barang-barang penting punya omnya. Pernah Elno menumpahkan susu di atas laptop Rean. Karna Rean kelewat sayang sering Elno dibebaskan pegang barang mahal yang bukan mainan anak kecil salah satunya laptop. Mira jadi kangen main dengan Salwa di kampung. Itu anak pasti lagi asik main congklak. Rasa kangen harus Mira simpan lagi saat bertemu dengan netra Rean yang menyembul dari pintu yang terbuka.
"Assalamualaikum Pak."
Ya Allah, hamba kaya sales-sales mau promo.
Rean menautkan alis. "Waalaikumsalam. Ngapain kamu?"
"Mau promosi pak, saya baru buka jasa jagain anak." balas Mira sesekali tertawa. Yah garing! Mira bingung harus mulai dari mana.
"Bu Tasya minta saya jagain Elno."
"Oh. Kirain kangen liat muka cowok ganteng."
Mira cuma melongo.
[Revisi]
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Mr. Phobia
Ficción GeneralJanu Reandika. Cowok (29 th) ini wakil direktur utama di Clee Publish, sebuah perusahaan penerbit buku. Tubuhnya ideal dan tatapan matanya menghipnotis. Sayangnya Rean memiliki phobia langka yaitu Venustraphobia. Phobia ini mengharuskan Rean berhati...