Bagian 1

12 2 11
                                    

REINA

Kuketuk-ketuk ujung hak sepatu fantofel ku dengan gelisah pada lantai mengkilat putih yang terbuat dari keramik ini. Seolah masih kurang puas dengan suara ketukan sepatu yang kubuat sendiri, aku kembali melihat jam tanganku yang entah sudah berapa puluh kali kulakukan. Kupandangi lima orang lainnya yang duduk sejajar denganku di ruang tunggu, mereka cukup tenang tak sepertiku yang terlihat sangat gugup menghadapi wawancara kerja. Bukan apanya, pasalnya tadi di lift aku tanpa sengaja sempat bertemu salah seorang karyawan kantor ini dan dia mengatakan direktur yang akan mewawancaraiku orangnya sangat dingin dan bermulut tajam. Terlebih saat aku akhirnya sampai di lantai 20, nyaliku seketika menyusut melihat calon-calon karyawan yang berpenampilan cukup menjanjikan. Mereka berpenampilan layaknya telah pantas menjadi karyawan di perusahaan konglomerat terbesar ketiga di Seoul bernama The Empire Company ini. Sedangkan aku? Mungkin bisa dibilang penampilanku lebih seperti calon mahasiswa baru daripada calon karyawan. Seketika itu aku kembali mengutuk diriku yang selalu saja begitu cuek dengan penampilanku.

Suara langkah kaki ringan dari karyawati yang bekerja di balik officer desk tadi kemudian kembali datang mendekati ruang tunggu tanpa pintu ini, wanita berparas cina dengan tubuh tinggi langsing menghampiriku. "Reina Ayuningtyas?" tanyanya dengan pelafalan Korea miliknya yang membuat namaku terdengar sedikit aneh.

"Ya?" aku pun berdiri dari kursiku makin merasa gugup.

"Tn. Kim memanggil anda untuk wawancara sekarang di ruangannya. Silahkan ikuti saya." Ujarnya dalam bahasa Korea sopan yang kontan membuat darahku seolah berhenti mengalir sejenak.

"B-baiklah." Dengan sangat kaku aku mulai berjalan mengikuti karyawati yang lebih tinggi dariku. Kurasakan lima pasang mata sipit mengekori gerak-gerikku dari belakang saat aku melangkah, mungkin mereka heran kenapa aku tiba-tiba berjalan seperti robot. Ruangan sang direktur bernama Tn. Kim tadi sebenarnya tidak begitu jauh dari tempatku menunggu tadi, tapi aku merasa seolah telah berjalan bermil-mil jauhnya. Jantungku langsung berpacu begitu cepat ketika karyawati itu mengetuk pintu bertuliskan 'Chef Excecutive Officer' dan memberitahukan bahwa aku telah datang seperti yang diminta.

Ketika akhirnya aku dipersilahkan masuk, sepertinya darahku tiba-tiba tersedot dari sekujur tubuhku membuat kakiku mulai gemetar sehingga aku terpaksa menyeret kakiku masuk. Dalam benakku bos gendut berkepala botak dengan kumis tebal dan berwajah garang akan menanyaiku hal yang sulit-sulit tentang perusahaannya. Meskipun aku telah melakukan riset kecil-kecilan tentang perusahaan TEC ini, tapi pasti tidak akan cukup untuk bekal jawabanku sebagai pelamar posisi kepala asistennya. Terlebih disini bukan Indonesia, tapi di Seoul, Korea Selatan! Kursus bahasa Korea dadakan selama 2 bulan yang kuikuti kemungkinan belum bisa membuatku lancar menjawab pertanyaan interview kerja kali ini, ah... jangankan bahasa Korea, bahasa Indonesia pun aku sering salah ucap jika sedang gugup begini.

Tapi apa yang kutemukan dalam ruangan itu bukanlah om-om gendut berkepala botak dan berkumis tebal seperti yang kupikirkan, tapi lelaki muda berambut hitam lebat lurus duduk di belakang mejanya. Dari wajahnya terlihat seperti dia blasteran Asia dan tak sepenuhnya berdarah Korea, alis tebalnya yang mendukung mata sipit berbulu mata cukup panjang dan tebal miliknya itu tampak begitu serius membaca dokumen di depannya tapi hal itu justru membuatnya terlihat begitu tampan. Astaga! Kok bisa-bisanya aku sempat terlarut oleh penampilan eksekutif muda—yang memang tampan—ini?! Aku bahkan sampai lupa tujuanku kemari adalah untuk wawancara kerja, bukannya mengagumi ketampanan pria yang menurutku sudah hampir menyaingi aktor kawakan korea pemain Uncontrollably Fond itu.

Kloningan Kim Woo Bin itu pun akhirnya mendongak mengalihkan perhatiannya sepenuhnya padaku yang telah berdiri di depan mejanya menikmati ketampanannya. Wajah seriusnya lalu berganti menjadi senyuman hangat yang membuat ketampanannya menukik tajam sampai 100%. Ya Tuhan!

ResetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang