Bagian 5

6 2 4
                                    


REINA

"Ya ampun... yang benar saja?!" aku langsung menyerit melihat Sebastian saat datang menjemputku untuk pergi menonton konser sore ini.

"Apa yang salah?" Sebastian yang kini berdiri di depanku terlihat kebingungan melihat reaksiku.

"Apa yang salah katamu? Semua yang menempel padamu itu salah! Kita mau pergi ke tempat konser kpop, bukan pergi ke pertemuan rapat direksi!" ujarku sambil menunjuk-nunjuk semua yang menempel di tubuhnya sekarang. Baju kemeja biru gelap, blazer hitam, celana kain yang sama hitamnya, lalu sepatu derby kulit mengkilat berwarna cokelat tua dipakainya untuk pergi ke tempat konser kpop?! Yang benar saja?! Bisa-bisa dia dikira pamanku yang datang mengantarku.

"Ini pakaian santai ku." Ujarnya kembali. Ya Tuhaaan! Apa aku sedang berteman dengan pria dari jaman Einstein?! Mana ada jaman sekarang pakaian santai modelnya seresmi ini?!

"Aduuh... sudahlah! Kita lebih baik singgah dulu ke tempat lain sebelum ke studio K-Net. Dan kamu harus menurutiku, oke? Hari ini aku bukan sebagai asistenmu, tapi temanmu, ingat?!" aku langsung mengultimatum Sebastian mengingat baru saja seminggu kemarin aku bekerja dibawahnya benar-benar hampir seperti neraka.

Sebastian hanya menghela nafas panjang tanda menyerah dan akhirnya menyetujui usulan—ultimatum—ku. Kami pun berangkat dari apartemenku saat itu juga. Untung saja Sebastian menjemputku dua jam sebelum konsernya dimulai, jadi aku bisa sempat singgah ke toko baju untuk mendandani ulang Sebastian. Aku sendiri tidak menyangka penampilannya benar-benar seperti orang tua sekarang.

"Naah!! Ini!" pekikku akhirnya setelah melihat Sebastian keluar dari ruang pas toko baju yang kami singgahi ini. Aku cukup kesulitan menemukan baju kaos yang sesuai dengannya dengan kombinasi celana jeans dan sepatunya. Sampai akhirnya kutemukan baju kaos lengan pendek berwarna merah marun dengan jeans biru cobalt dipadu dengan sepatu boot berwarna khaki, lalu kusuruh dia mengenakan sweater rajutan lengan panjang berwarna cokelat kotor.

Dan begitu dia melangkah keluar dari ruang pas, aku langsung menjerit kagum melihatnya langsung seketika terlihat berumur lima tahun lebih muda dengan penampilan seperti itu. Dia benar-benar terlihat seperti oppa-oppa ganteng yang keluar dari drama korea yang selalu kutonton tiap hari. Kecuali ekspresi menyeritnya yang sangat kontras dengan penampilannya itu.

"...Kamu yakin??!" tanyanya kemudian sambil kembali mengecek penampilannya di depan cermin dengan tatapan seakan sedang melihat makhluk asing dari planet lain sedang merasuki dirinya.

"100%! Kamu kece banget!" kuacungkan jempolku meyakinkannya.

"Kece? Apa itu?" Sebastian malah kebingungan dengan pujianku. Oh iya, aku lupa tadi aku memujinya dalam bahasa Indonesia.

"Itu kata slang yang sedang terkenal di kalangan anak muda di Indonesia, artinya daebak!" jelasku akhirnya.

"Oh... jadi kau memujiku tadi?"

"Tentu saja! Kau pikir aku sedang menghinamu?"

"Melihat dari caramu mendadaniku seperti ini membuatku berpikir kau mungkin sedang mempermainkanku...."

Seperti ini?! Seperti apa maksudnya?! Tapi entah apapun yang dipikirkannya sekarang pasti bukan hal yang bagus baginya.

"Ah! Sudahlah! Jangan berpikiran negative begitu!" aku menarik tangannya sampai akhirnya kepalanya dalam jangkauan tanganku lalu langsung mengacak-acak rambutnya yang dari tadi tersisir klimis ke belakang membuatnya tampak seperti orang tua.

"Hey! Apa yang kau lakukan!" Sebastian langsung menarik kembali tubuhnya menghindari tanganku.

"Model rambut klimis seperti itu tidak cocok dengan penampilanmu sekarang! Jadi aku mau merubahnya sedikit. Ayo kemari aku belum selesai merombakmu!" aku kembali menarik-narik tangannya secara paksa lalu mengacak-acak rambutnya. Sampai akhirnya rambut hitam lebatnya turun menutupi sepanjang keningnya, sudah hampir pas hanya masih agak berantakan jadi aku harus menyisir sisanya dengan jari-jariku.

ResetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang