Bagian 9

2 2 0
                                    


REINA

Sudah hampir seminggu berlalu sejak obrolan terakhirku dengan Yoosung waktu di kantin kantor itu. Dia bilang aku harus tanya saja kepada Sebastian secara langsung, namun minggu ini begitu sibuk sehingga aku pun tidak memiliki banyak waktu untuk mengobrol lama-lama berdua saja dengan Sebastian.

Tapi ada satu hal lagi keanehan yang kutemukan pada Sebastian, lelaki yang biasanya tidak begitu tertarik dengan gossip selebritas dalam negeri gingseng ini tiba-tiba saja tadi pagi langsung bertanya padaku tentang hal itu dengan wajah seriusnya. Meskipun masih bingung aku tetap saja memberitahu segala hal yang kuketahui mengenai Hae-In yang menjadi topic terpanas gossip media hari ini. Setelah itupun aku bermaksud menanyakannya tentang alasan dia tiba-tiba tertarik pada gossip ini, tapi entah kenapa dia terlihat begitu aneh hari ini. Bolak-balik dia terus menelepon seseorang, mood-nya hari ini pun sepertinya kurang baik meskipun dia tetap bekerja sangat baik seperti biasanya. Mungkin para pegawai yang ada disini tidak begitu merasakan perbedaan mood Sebastian saat bekerja, karena memang jujur saja Sebastian sangat professional dalam bekerja, tapi entah kenapa aku bisa merasakan perubahan mood-nya meskipun sedikit saja.

"...Kumohon, Seo Jin-ah... demi kakakku..."

Tanpa sengaja aku mendengar suara Yoosung saat kebetulan melewati koridor di sebelah ruang rapat ketika aku baru saja membereskan material rapat evaluasi mingguan tadi dan berniat kembali ke meja kerjaku untuk bersiap pulang sore ini. Kontan aku langsung berhenti di tempatku dan tanpa kusadari rasa penasaranku mendorongku untuk menguping pembicaraan Yoosung dan Sebastian yang berada di ujung koridor kosong yang tepat berada di belokan sebelah kanan tembok yang kupakai sebagai tempat persembunyianku ini.

"Biarpun kau memohon begitu, kau tahu sendiri kan seperti apa perintah Presdir Kim? Beliau hanya memberiku batas waktu sampai lusa. Jadi aku tidak bisa menundanya kali ini." Kudengar Sebastian berbicara dengan nada serba salah, sepertinya dia antara ingin bertindak tegas sebagai atasan tapi juga merasa kasihan sebagai keluarganya.

Sebenarnya ada apa? Kenapa Yoosung tiba-tiba meminta waktu tambahan untuk menyelesaikan laporan divisinya? Seingatku memang divisi marketing kali ini banyak sekali menerima kritikan dalam rapat tadi dan memiliki banyak hal untuk di revisi sampai besok, tapi Yoosung yang kutahu adalah atasan yang dapat diandalkan dimana segala pekerjaannya pasti selalu selesai tepat waktu meskipun dari luar kelihatannya dia sangat santai.

"Begini saja, biar aku membantumu mengerjakan sebagian. Sisanya biar kuserahkan padamu besok jika kau sudah kembali ke Korea. Tapi ingat, jangan memberitahu hal ini pada Presdir." Setelah terdiam hampir semenit, Sebastian pun mengatakan hal ini.

"Oh, tentu! Pasti! Terima kasih banyak, Seo Jin! Kau memang bos yang bisa kuandalkan!" Nada suara Yoosung terdengar begitu sumringah mendengar ide Sebastian barusan.

"Ya, jangan lupa sampaikan salam ku pada Ji-Eun noona. Dan aku juga minta maaf padanya karena tidak bisa hadir di acara pernikahannya di Los Angeles besok." Ujar Sebastian.

Aku kembali mengingat-ingat database karyawan yang pernah kubaca—dan harus diingat atas perintah Sebastian. Yoosung hanya memiliki dua orang anggota keluarga, Kim Ji-Eun sebagai kakak perempuan tertua dan Kim Hana sebagai adik bungsu perempuannya. Ayah Yoosung yang merupakan kakak sulung ayah Sebastian meninggal dunia akibat kecelakaan pesawat 8 tahun yang lalu, sedangkan ibunya meninggal akibat kanker rahim 3 tahun setelahnya. Ji-Eun selama ini bekerja di London sebagai dokter spesialis anak, sedangkan Hana yang masih kuliah di jurusan seni grafis dan desain kini diasuh oleh keluarga Sebastian. Kedua saudari Yoosung tidak ada minat sama sekali di bidang bisnis padahal ayahnya adalah penerus perusahaan TEC yang sah saat itu. Sebastian pernah menceritakan bahwa Ji-Eun yang hanya lebih tua 2 tahun dari Yoosung itu pernah nekat berhijrah ke London dan melanjutkan kuliah profesinya sebagai spesialis disana di tahun yang sama saat ibunya meninggal, hanya karena dia tidak ingin dipaksa menjalani pekerjaan yang tidak diinginkannya. Ji-Eun adalah wanita yang pintar dan hebat seperti ayahnya, sehingga Ji-Eun adalah kandidat yang tepat untuk menjadi penerus perusahaan milik kakeknya ini. Karena kakek Sebastian hanya memiliki dua orang anak lelaki kandung, maka sekarang ayahnya Sebastian lah yang menjadi pemimpin perusahaan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 24, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ResetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang