SEBASTIAN
Hari itu adalah hari sibuk seperti biasanya, hanya saja yang tidak biasa adalah Reina yang entah kenapa mulai membawakanku bekal makan siang sejak kemarin. Dia juga kerja begitu keras sampai sering lembur bersamaku. Jam telah melewati angka sepuluh tapi hujan tidak kunjung berhenti sejak petang, jalanan jadi lebih sepi dari biasanya karena hari hujan membuat orang malas keluar apalagi sudah mulai larut begini. Jalanan yang kutelusuri pulang juga adalah jalanan yang biasanya kujalani tiap pulang dari kantor menuju penthouse-ku. Tapi malam itu ada satu hal yang tidak biasa kulihat, gadis sebayaku sedang meringkuk kedinginan di emperan toko-toko yang telah tutup. Sekilas kulihat dia mirip dengan seseorang, tapi ternyata setelah aku memelankan laju mobilku dan berhenti di dekatnya untuk memperhatikan lebih baik, dia bukan saja mirip tapi bisa jadi dia adalah orang yang sangat aku kenal itu.
Awalnya aku merasa ragu apa jangan-jangan aku salah orang, tapi akhirnya aku keluar juga dari mobil sambil mengambil payung yang selalu tersedia di bagasiku. Hujan masih tetap deras saat aku mendekatinya. Gadis itu meringkuk memeluk lututnya dengan pakaian yang sangat bagus namun terlihat robek di beberapa tempat. Aku hanya terdiam berdiri di depannya sampai akhirnya gadis itu menyadari keberadaanku dan mengangkat kepalanya.
Mataku membelalak melihat gadis ini adalah benar-benar orang yang tadinya hanya ada dalam perkiraanku saja. Aku masih bisa mengenalinya meskipun mascara-nya luntur di pipinya dan rambutnya yang panjang berwarna cokelat karamel itu basah kuyup. Kulit putihnya terlihat semakin pucat akibat suhu dingin, bibirnya yang masih terbalut lipstick pink itu bergetar, mata bulatnya yang ditempeli lensa kontak senada dengan rambutnya itu membelalak kaget melihatku lalu mulai berkaca-kaca seolah siap menumpahkan air selebat hujan malam ini.
"Seo... Jin...?" mulutnya bergetar mengucapkan namaku.
"...Apakah kamu...Jung Hae-in?" aku masih ragu-ragu melihatnya, terlalu tidak mungkin bagiku melihat Jung Hae-in yang kutemui tiga hari yang lalu di backstage konser kpop bersama Reina, kini ada disini dengan kondisi seperti kucing yang dibuang majikannya.
"S-Seo... Jin... Seo Jin oppa??" dia lalu mengulurkan tangannya mencengkram ujung mantelku kuat-kuat dengan tangan gemetar.
"Tolong... Tolong aku, Oppa... Kumohon..." seketika itu dia menangis padaku. Tidak salah lagi dia Hae-In, karena dialah satu-satunya wanita yang pernah memanggilku dengan sebutan "Oppa" seperti itu.
"Hae-in? Ada apa?" aku semakin bingung melihatnya.
"Tolong sembunyikan aku! Bawa aku kemana saja jauh dari sini! Kumohon, Oppa... Tolong akuu..." Dia masih menangis tapi nada bicaranya terdengar begitu ketakutan seolah dia sedang dikejar sesuatu.
Meskipun aku masih bingung apa yang sebenarnya terjadi padanya, tapi aku tentu saja tidak bisa membiarkannya begitu saja disini dengan kondisi seperti ini. Jadi akhirnya kuputuskan membawanya ke tempatku dulu malam ini supaya dia bisa tenang.
***
Sekitar sejam lebih isak tangis Hae-in baru mereda, dia kini sudah mengganti bajunya yang sudah basah kuyup dan robek di beberapa tempat itu dengan kaos yang kupinjamkan untuknya.
"Ini, minumlah." Kuberikan dia segelas teh panas.
"Terima kasih, oppa... ah... maksudku... Kim Seo Jin-ssi..." ucapnya masih terbata-bata padaku, padahal tadi beberapa jam yang lalu dia terus menyebutku dengan sebutan "oppa"—seperti yang dulu selalu disebutkannya saat kami masih berpacaran.
"...Tidak masalah jika kamu mau panggil aku 'oppa' lagi" mungkin saja tadi dia masih dalam keadaan kebingungan jadi lidahnya tanpa sadar hanya mengucapkan sesuatu yang familier dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reset
RomanceKetika cinta tak mengenal tombol Reset... Reina Ayuningtyas dan Sebastian Kim (Kim Seo Jin) merupakan sepasang teman sepermainan sejak kecil. Sejak dulu mereka selalu bersama seperti layaknya saudara sampai akhirnya Sebby harus pindah ke Korea Selat...