Bagian 3

6 2 4
                                    


REINA

Sekitar sepuluh menit kami akhirnya sampai juga di tempat acara kami malam ini. Restoran yang menyuguhkan daging iga sapi panggang sebagai menu utamanya terlihat cukup luas dengan bangunan yang didesain terlihat begitu tradisional. Kami kemudian diantar ke dalam oleh pelayan menuju ke ruangan VIP yang memang khusus digunakan untuk acara makan-makan yang dihadiri banyak orang. Sampai di dalam kami berdua langsung disoraki dengan heboh oleh para pegawai yang hadir disitu, membuatku terlonjak kaget sedangkan Sebastian hanya menyerit dalam seperti mau menelan kepala setiap pegawai yang menyoraki kami dengan noraknya. Dan sedetik kemudian mereka langsung terdiam setelah melihat tatapan haus darah dari Sebastian, tapi entah kenapa aku geli melihat mereka.

"Seo Jin-ah! Lena-ssi! Ayo sini duduk! Dagingnya sudah hampir matang!" Yoosung lalu memekik memecah keheningan, membuatku dan Sebastian akhirnya menuruti Yoosung untuk duduk di tengah meja panjang ini yang juga tepat di depan Yoosung.

"...Seo Jin..." aku menggumam kecil sendiri mengulangi panggilan Yoosung pada Sebastian, entah kenapa aku belum begitu terbiasa dengan nama korea milik Sebastian itu.

"Hm? Ada apa?" Sebastian yang barusan mengambil tempat duduk tepat di sebelahku yang ternyata mendengarku mendengungkan namanya.

"Ah... tidak... Aku hanya masih belum terbiasa dengan nama korea milikmu." Jawabku. Meskipun sebelumnya Sebastian sudah mengatakan bahwa Kim Seo Jin adalah nama korea miliknya dan seluruh keluarganya di korea memanggilnya begitu, tapi tetap saja terasa aneh di telingaku.

"Memangnya kenapa dengan nama itu?" Sebastian terlihat bingung mendengar jawabanku.

"Uhm... entahlah... rasanya... Kim Seo Jin... entah kenapa terasa lebih... ehh apa ya bahasa korea-nya..."

"Tidak apa kalau kamu mau pakai bahasa Indonesia juga..."

"....Uhm... menurutku, nama Seo Jin sepertinya lebih 'cowok banget' gitu..." setelah kukatakan hal itu, aku melirik pada Sebastian yang terlihat kaget mendengarku, tapi sedetik kemudian dia lalu tersenyum miring penuh arti. Dan perasaanku seketika itu langsung aneh, seakan dia mau mengejekku.

"Ooh... 'cowok banget'? Hmm..." gumamnya menggantung sambil menggosok dagunya dengan jarinya dengan wajah yang tetap menatapku memakai senyum penuh arti seperti tadi. Entah kenapa perasaanku tidak enak melihat reaksinya seperti itu, lebih baik rasanya dia mengejekku daripada menjawabku dengan reaksi begitu. Seakan tingkat sok gantengnya meningkat drastis sekarang. Meskipun yaahh... dia memang ganteng.

Tapi selain namanya terasa 'cowok banget', menyebut nama Seo Jin di mulutku membuatku merasa aneh. Seakan lelaki yang kukenal sangat dekat sejak kecil ini terasa semakin jauh dari jangkauanku. Hal ini yang paling kental kurasakan, tetapi aku tidak mungkin bisa bilang padanya tadi, bisa-bisa pembicaraan kita menjadi canggung.

"Tapi aku akan tetap memanggilmu Sebby! Titik! Karena kamu tetap bocah cantik buatku!" aku lalu memeletkan lidahku padanya mengejeknya. Sebastian yang tadinya seperti diatas awan seketika kubanting ke tanah dengan kalimatku dan membuatnya langsung tersinggung menatap tajam padaku.

"Hey kalian... jangan sibuk berdua disitu! Ada kami juga disini!" suara Yoosung tiba-tiba menyadarkanku kembali ke tempat ramai ini. Saat itu barulah aku sadar bahwa selama aku dan Sebastian tadi mengobrol dalam bahasa campuran Korea dan Indonesia, semua mata ternyata tertuju pada kami. Ugh... benar juga, acara kali ini akulah tokoh utamanya, mengobrol akrab dengan bahasa sendiri bersama bos ku tentunya semakin menyedot perhatian semua orang. Aku ini benar-benar bodoh!

"Ah sudahlah! Sekarang waktunya bersulang! Lena-ssi, ayo angkat gelasmu!" Yoosung kemudian menuangkan soju pada gelasku sampai penuh sekali. Mataku langsung membelalak sambil berpikir bagaimana harus kuhabiskan soju segelas penuh begini?!

ResetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang