Seorang wanita melangkah mendekati bufet jati di ruang tengah. Sebuah bingkai dengan foto dua sejoli di atas altar menarik perhatiannya. kemudian tangannya terlulur mengambil benda itu. Ditatapnya erat-erat seolah selama ini tak pernah melihatnya. Lalu mata yang kemerah-merahan menahan tangis, perlahan kelopaknya dirapatkan. Segumpal air mata bergulir di pipinya. Menitik, menimpa kaca gambar itu.
Cklek!
Segera ia menyeka air matanya tatkala seorang pria berjas abu-abu membuka pintu apartemennya. Sembari menyamarkan luka di hatinya, wanita bersurai hitam sepunggung itu mengulas senyum sapa pada suaminya-pria berjas itu-dengan manis.
"Kupikir kau akan pulang larut seperti biasanya," kata wanita itu, "aku akan menyiapkan air panas untukmu."
BRAK!
Tidak ada jawaban-seperti biasanya-yang keluar dari mulut suaminya. Hanya gebrakan pintu kamar yang seakan menjawab pertanyaannya. Bahkan kau bisa menghitung berapa kali pria itu menoleh ke istrinya selama setahun ini.
Lalu Sena, wanita malang itu, kembali memberi lampu hijau pada air mata yang menggebu membasahi pipi tirusnya.
oOo
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Tae?" Suara lirih Sena terdengar saat ia berjalan menuju ranjang mendekati suaminya, "kok belum tidur? Apa kau lapar?" lanjutnya.
Kim Taehyung namanya. Suami yang sangat dicintai Sena, namun entah apakah Sena mendapat timbal balik dari Taehyung. Kurasa tidak.
"Hm ... kau tidak menjawab. Itu berarti kau lapar kan? Baiklah. Aku akan membuatkanmu ramyun dengan samgyupsal."
"Tidak perlu," kata Taehyung dengan tatapannya yang masih fokus pada laptopnya. Singkat, padat, dan menyakitkan. Itulah sebuah kalimat yang selalu diterima oleh Sena dari mulut Taehyung.
Sena tak ingin merasakan sesak di dadanya, maka ia memilih berbaring memunggungi Taehyung. Memaksakan matanya untuk terpejam, agar lekas tertidur, juga lekas melesatkan bulir air mata yang ditahan olehnya.
oOo
Esok harinya...
Sena pov
Cklek!
Suara kenop pintu menggema sampai meja makan. Aku menata sarapan pagi yang kubuat kemudian menoleh ke arah suamiku yang imut dengan muka bantalnya.
