BAB 7

9.8K 411 2
                                    

"Saya akan panggil orang tua kalian!" ucap beliau dengan nada tegas..

Aku hanya bisa menunduk, merasakan tenggorokan yang tercekat saat melihat kepala sekolah menelepon Daddy. GAWAT!

Tak sampai tiga puluh menit, Daddy datang memasuki kantor kepala sekolah, tempatku di interogasi. Daddy menatapku dengan tatapan setajam elang dan mematikan seperti hendak menyergap mangsanya.

'Mampus lo, Sharin!'

"Dia menjambak dan menarik rambutku duluan," ucap Selly dengan muka memelas di depan Daddy dan kepala sekolah. Air mata palsunya siap menetes.

"Sharin... Kenapa kamu menjambak Selly??" tanya kepala sekolah dengan suara tenang namun tetap tegas.

"Tidak pak, dia yang pertama menjambakku, dia menghina keluargaku!" ucapku penuh emosi.

"Dia memfitnahku Pak, Om!" ucapnya pada Daddy dan kepala sekolah. Air matanya meluncur, menciptakan drama yang lebih besar.

Daddy langsung menatapku dengan tatapan tajam.

"Dad, itu semua bohong dia yang menghi...." belum sempat aku teruskan, tatapan Daddy semakin tajam, itu membuatku terdiam pasrah .

"Ini bukan pertama kalinya anak Tuan melakukan pelanggaran di sekolah ini," ucap kepala sekolah menegaskan, mengingatkanku pada semua kesalahan yang pernah kulakukan.

"Baiklah, saya meminta maaf atas kesalahan anak saya," ucap Daddy.

"Jadi saya mohon agar tuan mengajarinya, jika memang tuan masih ingin Sharin bersekolah di sekolah ini," ucap kepala sekolah.

"Baik pak, terima kasih dan mohon maaf sudah merepotkan," ucap Daddy, suaranya datar, tetapi aku bisa merasakan amarah yang dipendamnya.

"Tapi pak, saya hanya membela, karena Selly memfit..." seruku, merasa diperlakukan tidak adil.

"Sharin!" bentak Daddy, kali ini dengan nada yang membuatku terdiam.

"Saya pamit keluar," ucap Daddy sambil berjabat tangan, kemudian berbalik pergi meninggalkanku.

"Daddy!" teriakku pelan, mengejarnya. Daddy berjalan dengan begitu cepat.

"Dad, tunggu!" panggilku lagi, menyamai langkahnya yang cepat.

"Dad, percaya dong sama aku!" ucapku dengan memohon, penuh harapan. "Dia menghina keluarga kita Dad," ucap ku. Tapi Daddy hanya diam dan tetap berjalan.

"Dad? Please, masa Daddy percaya sama orang lain daripada anaknya sendiri," ucapku memelas.

Seketika Daddy berhenti dan aku pun juga ikut berhenti.

"Daddy gak pernah ngajarin kamu bohong, apa lagi memfitnah!" suaranya penuh penekanan, seolah semua harapan dan kasih sayangnya tertutup rapat.

"Tapi Dad..." aku mencoba membela diri.

"Kamu udah bikin malu Daddy!"

"Daddy gak percaya sama aku??" ucapku hampir menangis.

"Ya, karna Daddy tidak suka anak pembohong."

"Dad, aku gak bohong, dia menghina Daddy dan juga Mom!"

"Cukup Sharin! Daddy akan merencanakan kepindahan sekolahmu ke London!" ucap Daddy berjalan kembali.

"What? London? NO! DADDY!!" teriakku, tetapi tak dihiraukannya. Daddy sudah masuk ke dalam mobilnya dan meninggalkanku di sana.

"Selly sialan!" umpatku kesal, menghentakan kaki berlari ke menuju taman sekolah yang nampak sepi. Aku duduk di kursi panjang taman.

"Kenapa sih Daddy lebih percaya sama Selly dibanding gue!" seruku pada diriku sendiri. Tak terasa air mata mengalir begitu saja.

"Usap tuh ingusnya," ucap seorang laki laki secara tiba-tiba muncul di hadapanku sambil menyodorkan sapu tangan.

Aku hanya menatap sapu tangan itu, ragu. Kemudian mendongak mencoba mencari tahu wajah laki-laki di depanku.

Aku memicingkan mataku, mencoba mengingat-ingat wajah yang familiar itu. Sontak aku langsung berdiri dari posisi dudukku.

"Raveno?" aku melotot ke arahnya.

"Kirain lo udah amnesia sama gue!" ujarnya terkekeh sambil menggaruk ujung alisnya.

"Kok lo bisa tau gue?" tanyaku masih terkejut.

Alisnya terangkat,"Siapa sih yang gak tau lo?" ucap nya. "Cewek cantik, famous, banyak followers instagramnya, kalo foto selalu muka datar, kayak gini nih, iya kan?"

Dia menirukan gaya fotoku yang kaku, dan seketika tawaku pecah." Gak lucu lo!" Seruku. "Maksud gue, kok lo bisa ada di sini?"

"Gue mah udah lama di sini!" jawabnya enteng.

"Ngapain? Bukannya lo waktu itu..." ucapku sedikit bingung, namun terpotong olehnya.

"Makanya, kalo jadi orang tuh update dong masa cosigan kayak gue gak tau!" jawabnya sok angkuh, tawa lepasnya menggema. Aku hanya bisa memutar bola mataku.

"Btw cosigan apaan??" tanyaku, merasa bodoh.

"Gini nih, orang yang kebangetan famous sampe terlalu kudet," jawabnya sambil menunjukku dengan gaya dramatis. "Cosigan itu cowok single ganteng," tambahnya sambil membentuk ceklis di bawah dagunya.

"Eww kode lo kalo lo jomblo," ucapku, terpingkal.

Tak lama terdengar bunyi bel tanda istirahat berakhir. Aku pun segera beranjak pergi ke kelas sebelum terlambat.

"Tunggu! Bagi nomer lo, boleh kali?" teriaknya.

"Modus!" seruku sambil mengacungkan jari tengahku, namun tawaku tak bisa kubendung.

Dia hanya tertawa kecil, seolah tak peduli pada sikapku yang acuh tak acuh.

"Found you, Dumb!" ucap Raveno pelan. Kemudian berbalik meninggalkan taman dengan senyum yang tak lepas dari wajahnya.

HOME SWEET HOME [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang