Velya terlonjak bangun ketika sebuah bantal dilempar ke arahnya berkali-kali. Itu bukan cara membangunkan ala mamanya, membuatnya ingin mengutuk siapa pun pelaku tindakan brutal itu. Saat berguling terlentang dan membuka mata, dia melihat sosok Chiko sedang menyunggingkan senyum tanpa dosa padanya. Kesal, Velya meraih guling dan memukulkannya ke badan Chiko.
“Apaan sih?!” dongkolnya, seraya bangkit duduk.
“Jelek banget sih lo?” ledek Chiko, melihat penampilan bangun tidur Velya. “Mandi sana. Ngaku gadis, jam segini masih molor.”
Velya kembali melempar bantal ke wajah Chiko. “Keluar lo! Sembarangan aja masuk kamar cewek.”
Saat Chiko masih tidak bergerak, Velya menendang cowok itu hingga terguling dari ranjang. Chiko mengumpat kesakitan, mendelik kesal pada Velya.
“Kelakuan lo makin bar-bar aja sih!?” omelnya.
“Bodo amat.” Velya menjulurkan lidah, seraya turun dari kasur. Dia meraih handuk, sebelum berjalan ke kamar mandi dan mengunci pintunya.
Velya tidak memiliki ritual macam-macam di kamar mandi, yang membuatnya hanya membutuhkan waktu dua puluh menit di sana. Saat kembali ke kamarnya, Chiko sudah tidak ada di sana. Velya mengenakan kaus dan celana pendek, lalu bergegas keluar kamar. Dia mendapati Chiko tengah mengobrol hangat dengan mamanya sembari sarapan.
Setelah pengakuannya pada Gusti tempo hari, Velya merasa semuanya semakin nyata. Terutama hal yang menyangkut perasaannya untuk Chiko. Sebelum mengaku, dia bisa saja mengelak, bahkan membantah pada diri sendiri. Tetapi, karena kecengengannya yang memutuskan mengadu pada Gusti, tidak ada jalan untuk membohongi diri.
Velya berdeham pelan, mengundang perhatian kedua orang di meja makan. Chiko berdecak saat melihatnya, mengomel tentang lamanya waktu yang sudah dihabiskan cowok itu dari menunggunya bangun hingga bersiap-siap. Biasanya, Velya dengan lancar membalas tiap omelan itu. Kali ini, dia memilih tampak tak acuh.
Selesai sarapan, saat Velya akan membantu mamanya membereskan meja makan, Chiko lebih dulu menarik gadis itu menjauh. Dengan cengiran khasnya, dia meminta izin pada mama Velya, sembari terus mengajak Velya ke luar rumah.
“Jalan yuk?” ajak Chiko, begitu mereka sudah berada di teras.
“Ke mana? Ngapain pakai narik-narik gue?”
“Biar lo nggak nolak. Gue udah izin sama Tante.”
“Ke mana?” ulang Velya.
“Jalan aja. Keliling-keliling.” Chiko mengibaskan tangannya ke sekitar mereka. “Udah lama juga, kan, kita nggak jalan berdua?”
Velya menggigit bibir bawahnya pelan. Kalau boleh jujur, dia ingin mulai meminimalisir interaksi hanya berdua dengan Chiko. Paling tidak sampai perasaannya kembali normal. Mumpung sekarang masih perasaan kecil. Mumpung dia belum keburu cinta mati.
Dia bahkan masih ragu bisa mengkategorikan perasaannya sebagai cinta. Sepertinya masih jauh dari itu. Dia masih dalam tingkatan menganggumi Chiko lebih dari sekadar sahabat.
Setidaknya, itulah yang sedang diupayakannya tertanam di dalam hati. Perasaannya tidak boleh berkembang lebih jauh lagi.
“Vel?” Chiko ganti mengibaskan tangan di depan wajah Velya. “Kok bengong?”
Velya menatap cowok itu. “Ajak Gusti, ya?”
Chiko berdecak. “Dia udah pergi sama Sheryl. Mau CFD katanya tadi.”
Saat seperti ini, sejujurnya Velya sangat berharap Gusti belum memiliki pacar.
“Males ah kalau nggak jelas mau ke mana.”
“Ya elah, Vel, nggak bakal gue culik juga,” dumel Chiko. “Ribet banget deh lo. Cabut sekarang!” Dia kembali menarik tangan Velya, mengajak gadis itu hingga ke depan pagar, di mana motornya terparkir. “Lo ngapain duduk jauh-jauh gitu?” tegur Chiko, saat melihat Velya memilih duduk di ujung jok motor. “Maju lagi, ntar jatuh.”
Velya menggeleng. “Gini aja. Males gue deket-deket elo.”
Chiko berdecak, tetapi tidak memaksa. Dia menunggu Velya memegang pinggangnya sebagai tanda motornya sudah bisa melaju, tetapi tidak dilakukan gadis itu. Begitu melirik sekilas ke belakang, Chiko melihat Velya sudah mencengkram pinggiran jok.
Velya menyadari tatapan sekilas Chiko pada kedua tangannya, dan bersyukur karena cowok itu tidak berkata apa-apa. Chiko memilih melajukan motornya meninggalkan rumah Velya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Honestly Hurt [COMPLETED]
Roman pour AdolescentsHonestly Hurt "Luka hatiku karena kamu..." a story by ELSA PUSPITA Bagi Velya, Chiko dan Gusti mewakili sosok kakak yang tidak pernah dimilikinya. Dia menyukai seluruh waktu yang dihabiskan bersama mereka. Mulai dari perhatian yang didapat sampai ke...