Chapter 4

1.1K 65 1
                                    

                          Song Joong Ki

***Author POV***
New York

Semua benar, kehidupan itu terkadang tidak adil.
Hiruk pikuk kehidupan kota memanglah menuntut  semua orang serba cepat.

Tak memungkiri kau adalah pendatang ataupun kau peghuni baru kota ini, bergeraklah cepat sebelum orang lain melindasmu.

Aku rindu Korea…

Lelaki itu mendengus pelan menatap layar komputernya. Sudah hampir 2 jam tangannya mengetik, tepatnya mengerjakan sesuatu hal yang membuatnya sesekali tersenyum sinis.

Ia menyesap kopinya yang hampir dingin karena cukup lama diabaikan.

Aku benci Negara itu

Kali ini ia mengetik dengan kesal dan cepat. Setiap ia mendengar nama Negara itu, didalam benaknya hanya ada kebencian dan amarah.

Sumpah serapah sudah banyak terucap dari bibirnya. Bahkan pernah ia menghayal membumi hanguskan Negara itu.

Paling tidak aku akan dengan perlahan menghancurkan kalian!

Song Joong Ki, ia kembali menatap sinis komputernya harapannya hanya satu, misinya berhasil dan ia akan membuat sesuatu yang sangat menggemparkan seluruh Korea.
Satu langkah lagi mungkin ia akan tersenyum meratapi ini semua. Tidak ada yang melarangnya dan siapapun tidak akan mengetahui ini adalah ulahnya.

Dia tak ingin dianggap menjadi penjahat, siapapun tidak akan menganggap dirinya sendiri penjahat. Bahkan ia tak tahu ini akan terus berlanjut. Song Joong Ki seperti haus akan kebecian yang telah menjerumuskannya.

Tidak ada kawan yang dapat dipercayai. Semua seperti memburunya. Tidak ada kehidupan yang tenang lagi.

Hilangkan rasa rindu itu

***SHK POV***

Seoul

Kehidupan memang kejam, tetapi bukan menajadi alasan kau tak ingin hidup. Bukan dengan menyerah kau dapat hidup dengan tenang. Bukankah kita tak boleh menyerah dengan keadaan? Cukup adil bila kita tidak menyerah dan dunia tidak akan terlalu kejam.

Paling tidak setiap hari masih banyak hal yang membuatmu bersyukur.

“Kyo, cepat kemari. Apa selama itu kau mengganti baju” teriak Shin Min Ah dari ruang tamu.

Kebiasaanya selalu tak berubah, bereriak sesuka hatinya, tak masalah bagiku selama tetangga tak terganggu dengan suara tujuh oktafnya itu.

“Ne.. sabarlah, sebentar lagi aku turun”. Aku menatap dress biru dihadapanku.

Lagi-lagi mereka menyuruhku untuk memakai baju pilihan mereka. Sepertinya Han Hyo Joo yang memilihkan warna ini padaku.
Apa tidak berlebihan hanya makan malam di apartemen seperti ini memakai dress.

“Kyo…. Jangan sampai aku menyeretmu turun. Palli…” kali ini Han Hyo Joo ingin menyaingi suara Shin Min Ah.

Sayup-sayup kudengar mereka sepertinya tertawa. Mereka menyebalkan membuatku harus terburu-buru seperti ini.

Dengan cepat aku memoles riasan wajah natural dan bergegas turun sebelum mereka akan merealisasikan ucapannya.

“Memakai dress itu saja kau sangat lama” sambut Min Ah padaku yang masih berjalan ditanngga.

My Precious WomenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang