Chapter 1: My Life

126 12 9
                                        

Pernahkah kalian membayangkan hidup di sebuah armada? Armada kapal luar angkasa yang bisa menampung lebih dari 500 jiwa? Aku yakin kalian belum pernah merasakannya.

Dan untuk menjadi seorang pemimpin di usia yang termasuk muda belia? Apakah itu cukup membanggakan? Atau menyulitkan?
Pasti kalian tidak akan pernah menyangka apa saja yang telah kualami selama hidupku ini, kehidupan yang masih membentang luas seperti luar angkasa ini terus menungguku di depan, dan aku harus mengejarnya sebelum aku tertinggal, sebelum semuanya menjadi terlambat.

Bersyukurlah kalian masih bisa tinggal di bumi.

Bumi-ku saat ini sudah tak layak lagi untuk ditinggal. Alasannya sederhana, oksigen disana sudah tidak cukup bersih dan karbon dioksida level 9 sudah berada di setiap sisi di bumi hingga tidak layak ditinggali lagi. Para ahli menyatakan bahwa bumi sudah kembali dikelilingi pepohonan, tapi suhu disana terlalu mustahil untuk dihunikan. Pasalnya, pada saat petang, suhu seluruh bagian akan berubah drastis hingga -45° celcius.

Sudah cukup lama aku tinggal di armada ini, tepatnya sejak aku terlahir. Aku tinggal bersama ayahku, yah, tepatnya ayahku adalah kapten di armada ini.

Kapten Gransell.

Dia adalah pemimpin yang hebat. Bisa mengatur armada ini dengan cermat dan perhitungan dalam mengambil tindakan. Bukan hanya itu, dia sangat tegas dalam bertugas.
Semua orang percaya dengannya. Karena dia adalah orang yang terkuat di armada ini.

Namun, semenjak ibu meninggal, nampaknya dia sangat tertekan. Penyebabnya karena aku, tepat saat aku dilahirkan. Setahuku, ibu kekurangan darah dan koma panjang. Mana kutahu, umurku masih 1 hari saat itu.

Aku diasuh oleh para pembantu yang ada, dan sesekali kakak laki-lakiku suka menghiburku. Kurasa... Hal itulah yang membuatku semakin menjauh dari ayah. Ayah hanya menanggapi kakak, sedangkan aku malah diacuhkan. Di situlah aku merasa bahwa satu-satunya orang yang bisa mengerti perasaanku hanyalah kakak.

Namun sebuah kecelakaan terjadi lagi,

Saat kakak laki-laki ku menjalankan tugas dengan kapal luar angkasa supra-X, tak tahu alasannya, dia malah menuju ke arah lubang hitam (black hole) yang cukup terbilang besar.

Entah apa yang terjadi setelahnya, aku ragu kami dapat menemukannya. Black hole sangat sulit diteliti, bahkan secanggih apapun alat yang kami punya, tidak ada yang bisa memasuki dan keluar dari black hole. Kekuatannya sangat dahsyat, untuk melihatnya secara langsung saja harus jaga jarak hingga 20 SA.

Namun kami percaya, dia masih hidup disana,

Jadi, sekarang ini kami hanya bisa berdoa dan berharap adanya keajaiban. Dan sekarang ini, aku semakin menjauh dari ayah.
Hei, apa aku sudah memperkenalkan diri?

Salam kenal, aku Sarra Cruasturn.

Kalian tahu sendiri kan? Yah, saat ini, di usia-ku yang ke-15 tahun, aku sudah memegang tugas menjadi koordinator mesin dan senjata serta memegang tanggungjawab menjadi kolonel, yah, setidaknya se-WhiteWings.

Aku sendiri sih tak keberatan dengan hal seperti itu. Toh aku merasa bahwa aku dilahirkan untuk memegang tanggungjawab besar.

Sulit melihat gambaranku?

Begini, aku memiliki rambut berwarna biru kehitaman dengan mata yang berwarna sama. Tapi mata sebelah kananku berwarna ungu,

begini ceritanya,

Aku diceritakan, saat masih kecil, aku nyaris saja mati gara-gara mengalami kecelakaan saat mencoba membuat sebuah mesin baru. Mata sebelah kananku terluka cukup parah, membuatku tidak bisa melihat lagi.
Saat hari terus berganti, seorang donator memberikan sebelah matanya, untuk menyelamatkan tuan puteri katanya. Ternyata dia adalah Letnan Hersel, bawahan ayahku yang sudah pensiun.

SCRYPTINUS's FLEETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang