Chapter 10: Last War

34 3 0
                                    

CLTANG!!!

Setiap detiknya terdengar suara tangkisan pedang yang saling bertemu.

Mata pedang terus bertemu hingga menimbulkan percikan api kecil.

Untunglah aku berhasil membawanya ke aula utama. Disini aku bisa leluasa menyerangnya.

Takut.

Keringatku tidak berhenti untuk keluar, begitu pula seranganku. Aku tidak akan memberinya celah sedikit pun.

CLTANG!!!

Ku akui, dia cukup kuat, tidak, sangat kuat.

Bersyukur aku menggunakan pedang Karze, jadi aku merasa cukup terlindungi.

“Hyaaah!” ku ayunkan pedang itu dengan melompat tinggi sebelumnya.
Tak peduli berapa kali aku telah menyerang,
Tetap saja dia berhasil menangkisnya.

Sret!
Aku terengah mulai lelah, menarik nafas sebentar dan langsung menyerangnya lagi.

CLTANG!!!

“Agh!” aku terpental cukup jauh, akhibat dari pukulannya di area perutku. Aku menunduk sambil memegang lebaman itu. “Shh! Jangan menyerah!”

CLTANG!!!

Tak peduli berapa kali aku akan diserang,
Dia harus tahu,
Bahwa jiwa Armada Scryptinus harus tetap ada!

“Sekarang!” aku menyerangnya menggunakan big punch sekuat tenaga.

DASH!!!

Sekarang dia yang terpental. Segera, aku mengikuti arahnya dengan cepat menggunakan Great Feets-ku dan membuat kubus di antaranya.

Sring!

Kubus dengan kaca berwarna biru cerah berhasil mengitarinya hingga ku pikir ini sudah selesai. “Oshoza, haah, haah, sudah menyerah?”

“Ehehe, kau pikir hanya dengan kubusmu ini, aku tidak bisa keluar kemana-mana lagi?”

SPLAASH!

Muncul sebuah portal hitam, dan dia terhisap masuk ke dalamnya.

Gawat! Sekarang, aku tidak tahu dia akan muncul dimana setelah ini.

Sret!
“Haah,” di belakang!

DASSH!

“Agh!” lagi-lagi aku terkena serangannya. Pukulannya yang kali ini membuatku terguling-guling hingga 50 meter.

Aku tidak bisa terbangun!

Tap, tap, tap, tap,

Suara langkahnya kian mendekat ke arahku. Mataku hanya bisa melihat sayup-sayup bahwa kakinya sudah berada di depanku.

“Sudah mau menyerah, Sarra?”
Aku tidak menjawab. Tubuhku sudah remuk. “Hei, apa salahnya jika kau ikut bergabung denganku?”

“Tidak, kau tidak mengerti...” perlahan, aku bangun walau badanku sudah penuh dengan luka. “Jika mereka tidak bisa mengingat jati diri mereka... Scryptinus akan hancur, ukh!”

“Itu memang tujuan utamaku.”

Tubuhku yang hampir rubuh berhasil diselamatkan dengan pegangan Oshoza di kerah bajuku. “Scryptinus akan lenyap dan semua orang di dalamnya hanya bisa berperan menjadi orang dungu selamanya.”
Aku tidak mengerti dengan cara berpikir orang ini.

Tubuhku tidak bisa banyak bergerak, jadi aku menatapnya sedingin-dinginnya.

“Hanya karena mereka tidak bisa menerimamu?” aku memberanikan diri untuk memulai topik pembicaraan walau bibirku sudah bergetar seutuhnya.

SCRYPTINUS's FLEETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang